JAKARTA, KOMPAS – Peranan perempuan sangat besar dalam perkembangan sebuah bangsa. Upaya untuk membangun negara yang kuat hanya bisa dilakukan dengan memastikan perempuan berdaya. Indonesia sudah punya banyak contoh perempuan yang berperan penting di ruang publik, baik pada masa kerajaan, masa prakemerdekaan, maupun setelah kemerdekaan.
“Semua capaian di dunia ini bisa diatribusikan pada perempuan yang kuat. Tanpa ibu yang kuat dan gigih bekerja keras, anak-anak tidak akan bisa berkembang, tidak bisa belajar. Ini pelajaran bagi semua pemimpin di dunia,” kata Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto saat memberi sambutan pada pembukaan Wadah Global Gathering bertajuk “Perempuan: Pembawa Obor dan Pilar Harapan untuk Mencapai Tujuah Global 2030” di Jakarta, Kamis (22/3).
Wadah Global Gathering yang diselenggarakan Yayasan Wadah Titian Harapan bersama dengan sejumlah mitra internasionalnya itu dihadiri oleh sekitar 200 perempuan dari 16 negara, seperti Indonesia, India, Malaysia, Nepal, Perancis, Amerika Serikat, dan Jerman. Mereka sebagian besar merupakan pegiat sosial di negaranya masing-masing.
Prabowo juga sempat menampilkan paparan mengenai sosok-sosok perempuan penting dari masa ke masa di Indonesia. Menurut dia, sejarah sudah menunjukkan besarnya peran perempuan di Indonesia. Ada perempuan yang menjadi ratu yang kuat, admiral armada laut, pejuang gerilya, serta perempuan yang masuk dalam pemerintahan di era kemerdekaan. Indonesia juga pernah memiliki perempuan yang menjadi presiden, yakni Megawati Soekarnoputri.
“Itu hanya beberapa poin untuk menunjukkan peran kuat perempuan sampai sekarang. Saat ini juga banyak gerakan perempuan dari berbagai latar belakang, ada yang kaya, kelas menengah. Ada yang lulus universitas, ada yang tidak lulus sekolah dasar. Satu persamaan mereka, sayang anaknya. Masa depan negara ini,” kata Prabowo.
Memberi masukan
Dalam pertemuan yang berlangsung pada 21-23 Maret itu para perempuan dan pegiat sosial saling berbagi pengalaman soal cara bertahan serta melawan tantangan dan bangkit untuk meraih impian, tidak hanya bagi individu, tapi juga bangsanya. Pembahasan akan fokus pada isu yang menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni mewujudkan ketiadaan kemiskinan, bebas kelaparan, pendidikan bermutu, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, energi terjangkau dan bersih, serta kesetaraan gender.
Neeru Singh, Chairperson Wadah International Committee menuturkan, dalam forum itu para peserta yang mayoritas perempuan baik dari negara berkembang maupun negara maju akan berbagi pengalaman untuk mencari solusi yang tepat. Dia juga menekankan, perempuan mempunyai posisi strategis untuk berkontribusi memecahkan masalah dunia.
Pembina Yayasan Wadah Hashim Djojohadikusumo menuturkan, Wadah sudah menjadi organisasi yang mendapat Status Konsultatif Khusus pada Dewan Ekonomi dan Sosial atau ECOSOC, Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan begitu, para peserta pertemuan itu bisa membantu menghasilkan gagasan-gagasan untuk disampaikan ke PBB.
Peranan perempuan
Dalam sesi ketiga Wadah Global Gathering, Kamis (22/03/2018), terungkap bahwa peranan perempuan sangat esensial dalam pendidikan terutama untuk anak-anak yang telantar. Peranan ini tidak saja terjadi secara domestik di dalam rumah tangga, tapi juga di dalam masyarakat. Itu terungkap lewat cerita Pushpa Madhwal dari India, Sonia Stephan dari Malaysia, Kalapana Das dari India, dan Kiswanti dari Indonesia.
Kalpana yang merupakan penyelia di Udayan Center di India mengatakan, Udayan memberi tempat untuk anak-anak lewat kelompok rumah. Kelompok ini memberikan perlindungan pada anak dalam bentuk memberikan rumah dalam arti keluarga pada anak-anak tersebut. Model yang diberikan termasuk di dalamnya, orang tua asuh, mentor, psikolog, dan pekerja sosial. Masing-masing bertanggungjawab untuk anak-anak yang sebagian besar adalah anak-anak jalanan.
Dalam waktu 24 tahun, telah ada 21.000 anak yang mendapat bantuan dari Udayan Center. Mereka tidak hanya lepas dari masalah-masalah di jalanan seperti menjadi pengemis hingga masalah perdagangan manusia. Tetapi mereka bahkan telah menjadi agen perubahan bagi masyarakat. Oleh karena itu, Udayan Center mendapat penghargaan dari pemerintah India pada tahun 2014. “Saya sendiri menemukan hidup saya di sini lebih berharga, setelah saya menyelesaikan masalah-masalah pribadi saya,” kata Kalapana Das.
Kiswanti dari Pusat Kegiatan Masyarakat PKM Wadah Warabal di Bogor bercerita tentang sejarah hidupnya. Ia sendiri tidak bisa sekolah karena miskin. Setelah berhasil belajar membaca, ia lalu mencoba untuk masuk sekolah. Ia bahkan kemudian menemukan dunianya di perpustakaan. Oleh karena itu, ia pun terobsesi agar anak-anak lain juga membaca.
Kiswanti mengatakan berkat Yayasan Wadah yang didirikan oleh Anie Hashim Djojohadikusumo, ia bisa mendirikan perpustakaan yang sekarang bahkan sudah berkembang. PKM Wadah Warabal berhasil mengentaskan enam literasi yaitu baca tulis, numerical, finansial, sains, digital, and kesadaran sebagai warga negara dan warisan bangsa. ”Ini pendidikan berkesinambungan dari kecil sambil dewasa,” kata Kiswanti.
Kiswanti mengatakan, di PKM ada paguyuban simpan pinjam serta kegiatan kesenian. Mulai dari kesenian untuk anak-anak berupa marawis hingga kasidahan untuk ibu-ibu. Anak-anak juga bisa belajar komputer dan bahasa inggris. “Yang luar biasa, sekarang guru-gurunya adalah anak-anak yang dulu juga belajar di sini,” kata Kiswanti. (EDN/GAL)