Stok Bahan Pokok Jelang Puasa dan Lebaran 2018 Aman
Oleh
Samuel Oktora
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Menjelang puasa dan Lebaran 2018, potensi terjadinya peningkatan permintaan barang kebutuhan pokok memungkinkan terjadi kenaikan harga. Namun, pemerintah menegaskan, stok bahan pokok hingga Lebaran aman dan sejumlah langkah antisipasi untuk stabilisasi harga apabila terjadi lonjakan telah disiapkan. Langkah-langkah tersebut di antaranya dengan impor sejumlah komoditas, antara lain beras, daging beku, serta bawang putih.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Harga dan Stok Pasokan Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Puasa dan Lebaran 2018/1439 H di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/3), dalam paparannya mengatakan, seperti beras diperkirakan pada Maret-April memasuki panen raya sehingga stok beras diperkirakan aman dan harga akan terkendali.
”Stok bahan pokok untuk tiga bulan ke depan aman, termasuk beras. Kondisi saat ini secara umum juga tidak ada gejolak harga, malah ada tren penurunan secara gradual. Pada Maret-April memasuki panen raya. Diperkirakan, pada pertengahan Mei atau awal puasa nanti harga masih mengacu pada HET (harga eceran tertinggi),” kata Enggartiasto.
Turut hadir memberikan pemaparan dalam rakor itu Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, Direktur SDM dan Umum Perum Bulog Febriyanto, Deputi Pencegahan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Taufik Ahmad, serta Kepala Satuan Tugas Pangan Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, yang juga Kepala Divisi Humas Mabes Polri.
Menurut dia, pemerintah tetap menyiapkan antisipasi apabila terjadi kelangkaan dan gejolak harga, di antaranya pada April, pemerintah mengimpor daging kerbau beku dari India 100.000 ton.
”Selain itu juga untuk antisipasi pengendalian harga beras dilakukan realisasi impor 500.000 ton, yang baru masuk lebih kurang 281.000 ton. Keran impor bawang putih juga dibuka karena produksi nasional masih rendah,” ujarnya.
Terkait dengan panen raya padi nanti, Enggartiasto menuturkan pula, apabila harga di tingkat petani merosot, Bulog akan turun tangan menyerap beras petani tersebut.
”Jadi masyarakat jangan khawatir, distribusi dan pasokan bahan pokok akan diupayakan terjaga, dan saya juga mengingkatkan kepada pedagang, pengusaha, dan spekulan supaya melepas barang dengan harga yang wajar karena Bulog sebentar lagi akan menggelontorkan beras,” ucap Enggartiato.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga acuan di konsumen melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017, serta harga eceran tertinggi (HET) berdasarkan Permendag No 57 Tahun 2017, di antaranya untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan untuk beras medium seharga Rp 9.450 per kilogram dan beras premium Rp 12.800 per kg. Sementara di Maluku dan Papua untuk beras medium Rp 10.250 per kg, dan beras premium Rp 13.600 per kg.
Di sisi lain, Enggartiasto juga mengimbau jajaran pemerintah daerah tidak membatasi atau menghambat pasokan perdagangan antardaerah guna menjamin tidak adanya kelangkaan di suatu daerah.
”Bisa dipahami mungkin karena pertimbangan pengendalian inflasi, dan menjamin ketersediaan bahan pokok di wilayahnya, tapi jangan sampai berlebihan hingga membatasi pasokan ke daerah lain. Mari kita buka pasar saja, daerah yang membutuhkan komoditas tertetu bisa memesan, dan yang berkelebihan bisa berbagi. Namun kalau memang ada daerah yang mengalami gangguan pasokan, segera lapor ke pusat,” ujar Enggartiasto.
Dalam prediksi
Agung Hendriadi menuturkan, dari pengalaman tahun 2017, kenaikan harga jelang puasa dan Lebaran saat itu masih dalam cakupan prediksi.
”Dari penelitian di 15 provinsi, kenaikan harga itu terjadi pada H-30, H-7, dan H-2, dan komoditas yang sensitif adalah beras, bawang merah, dan cabai,” kata Agung.
Agung juga menjelaskan, dengan panen raya Maret-April, pada bulan Mei yang memasuki bulan puasa, cadangan beras masih mencukupi.
”Cadangan pasar masih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi yang diperkirakan kebutuhan meningkat 10 persen sampai 15 persen. Diprediksi pula, dari kebutuhan rata-rata nasional 2,5 juta ton per bulan, pada bulan Maret, kita akan surplus padi 1,5 juta ton, kemudian April surplus 3 juta ton, dan bulan Mei surplus 2 juta ton,” ucap Agung.
Febriyanto mengatakan, untuk menjaga pasokan, seluruh subdivisi regional Bulog telah menyiapkan stok untuk tiga bulan ke depan. ”Dengan demikian, ini memerlukan gudang. Apabila subdivre belum mempunyai gudang sendiri, maka akan sewa,” ujar Febriyanto.
Taufik Ahmad menegaskan, jika di lapangan harga bahan kebutuhan pokok jauh di atas HET, pihaknya akan segera turun tangan untuk menyelidiki penyebabnya, apakah hal itu terjadi karena pasokan dan permintaan atau terdapat pelaku usaha yang mencoba bermain untuk memperoleh keuntungan yang tidak wajar.
Sementara itu, Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya akan mengawasi rantai distribusi pangan. ”Ini untuk menjamin stabilitas harga. Kalau stok mencukupi, tapi harga terlalu tinggi di tingkat konsumen dengan deviasi yang terlalu jauh, tentu ada masalah di level distribusi,” kata Setyo.
Menurut Setyo, dalam penegakan hukum terkait masalah pangan ini, dari 2017 hingga Februari 2018 mencapai 407 kasus yang telah ditangani.
”Yang perlu diwaspadai juga hoaks. Diharapkan masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan berita bohong, seperti yang baru-baru ini dengan beredarnya kabar telur palsu. Ini malah dapat membuat harga daging ayam dan telur anjlok, peternak juga bisa bangkrut, kasihan mereka,” ujar Setyo.