JAKARTA, KOMPAS -- Tim peneliti Indonesia dan Singapura berkolaborasi mengeksplorasi perairan laut dalam di selatan Pulau Jawa. Penelitian secara terpadu ini akan mengungkap keanekaragaman hayati dan diharapkan berhasil menemukan spesies baru untuk memperkaya data keanekaragaman hayati atau biodiversitas laut di Indonesia maupun dunia.
Kekayaan data biodiversitas laut memiliki banyak manfaat dalam kaitan pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi terapan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Data kekayaan biota laut juga bisa digunakan menggali potensi bahan pangan atau manfaat ekonomi di sektor maritim.
Penelitian biodiversitas laut dalam di selatan Jawa ini melibatkan 31 peneliti, terdiri dari 17 peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan 14 peneliti dari National University of Singapura (NUS). Mereka bertolak dari Pelabuhan Muara Baru di Jakarta, Jumat (23/3) sore, menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII.
“Adapun rute pelayarannya melintasi Selat Sunda, lalu Pelabuhan Ratu, dan terakhir berlabuh di Cilacap. Total waktu tempuh 14 hari, yakni tujuh hari pelayaran menuju ke Cilacap dan tujuh hari pelayaran menuju ke Jakarta,” ujar salah satu pimpinan tim ekspedisi dan peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dwi Listyo Rahayu.
Dwi mengatakan, penelitian diawali dengan mengobservasi kondisi laut pada kedalaman 500-2.000 meter. Setelah itu baru ditentukan titik-titik lokasi pengambilan sampel yang akan dilakukan dengan peralatan seperti jaring pukat tarik berbingkai (beam trawl) dan instrumen untuk mengambil biota di dasar laut (epibhentic sledge).
Ekspedisi fokus mengumpulkan sampel biota laut yang sulit didapat seperti ikan, crustasea yakni hewan dengan tubuh tersegmentasi seperti udang, lobster, dan kepiting. Selain itu ekspedisi akan mengambil sampel moluska atau hewan bertubuh lunak dengan atau tanpa cangkang, echinodermata atau hewan berkulit duri, copepoda atau crustacea kecil, serta spesies polichaeta (cacing laut).
Dua tahun
Sampel diteliti di laboratorium yang ada di atas kapal dan dilanjutkan penelitian pasca ekspedisi hingga terkumpul data untuk dikompilasikan.
Penelitian untuk menguak rahasia keanekaragaman jenis biota laut dalam di palung Jawa ditargetkan selesai dalam dua tahun.
“Penelitian ini menantang karena laut dalam di selatan Jawa merupakan daerah yang hampir belum pernah dijelajahi oleh ahli biologi manapun dan referensi tentang kondisi biodiversitas disana sangat minim,” kata Head of the Lee Kong Chian Natural History Museum of the NUS Peter NG.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar mengatakan, pihaknya mengapresiasi semangat kolaborasi peneliti Indonesia dengan Singapura dalam memulai penjelajahan baru di laut dalam di selatan Jawa. Ekspedisi ini diharapkan memperkuat hubungan diplomatik kedua negara yang telah berlangsung selama 50 tahun dan menyongsong hubungan untuk 50 tahun ke depan.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengataka,n ekspedisi riset laut dalam diharapkan mampu meningkatkan kemampuan para peneliti Indonesia, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu kelautan serta memberikan informasi kepada pemerintah tentang potensi sumber daya laut.
“Riset ini penting bagi Indonesia sebagai negara maritim. Pemerintah memberikan dukungan terhadap pembangunan sumber daya manusia termasuk para peneliti dan mendorong lebih banyak hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional,” ucap Nasir.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah menambahkan, seluruh biaya ekspedisi ditanggung oleh NUS. Adapun nilainya diperkirakan mencapai Rp 5 miliar. Sebagai gambaran, biaya operasional kapal per hari Rp 135 juta selama 14 hari berlayar. Ditambah biaya untuk kegiatan lain seperti penelitian di laboratorium.