Memahami Pilkada Tanpa Kening Berkerut
Langkah Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat menyosialisasikan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018 lewat seni tradisi longser dapat membuat suasana semarak dan gembira. Sosialisasi terasa ringan dengan diselingi lawakan segar sehingga masyarakat dapat menerima pesan pemilihan itu tanpa harus kening berkerut.
Dalam acara Pasanggiri Longser dalam Rangka Sosialisasi Pilgub Jabar 2018, yang digelar Sabtu-Minggu, 24-25 Maret di Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung, sayembara itu pun menjadi tontotan gratis yang menarik dan menghibur.
Sayembara yang digelar dua hari itu tampil 11 kelompok longser yang dibagi dua bagian. Pada hari pertama, tampil Bandoeng Mooi Kota Cimahi, Ngaprak Teater Kabupaten Bandung, Komunitas Possteatron Kabupaten Garut, Geng Longser Cicalengka Kabupaten Bandung, Longser Famor Baleendah, Kabupaten Bandung, dan Longser Injuk Kota Bandung.
Lima kelompok lainnya yang tampil hari ini, Minggu, adalah Longser Bojegan ETPIS Kota Bandung, Kabayan Kang (Polban) Kabupaten Bandung Barat, Longser Toonel Kota Bandung, Longser Campernik Kota Cimahi, serta Longser Kujang Siliwangi Kabupaten Bandung Barat.
Sejak penampilan kelompok pertama, Bandoeng Mooi, berjudul Pilkades Lain Pilkadal, penonton dibuat tertawa terpingkal-pingkal ketika tiga peserta pemilihan kepala desa memaparkan visinya.
”Saya mempunyai visi jelas menyejahterakan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, bibir pecah-pecah, dan sariawan,” kata salah seorang calon yang disambut gelak tawa penonton.
Dalam penyelenggaraan pilkades itu sempat beredar hoaks atau berita bohong adanya peserta dari kalangan jurik atau hantu yang membuat heboh, dan pilkades pun nyaris batal.
Pihak penyelenggara harus turun tangan kepada warga untuk meyakinkan masyarakat bahwa tidak ada peserta jurik, yang ada adalah orang gila yang mendaftar, tapi peserta itu tidak lolos dalam pencalonan.
Masyarakat diingatkan menghadapi pemilihan, sebagaimana Pilgub Jabar ini untuk tidak mudah terhasut oleh berita hoaks yang sengaja diembuskan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab yang ingin mencari untung untuk kepentingan diri sendiri.
Penampilan kelompok longser berikutnya dengan gaya aktor yang kocak dan lawakan-lawakannya juga membuat penonton sangat terhibur, apalagi penampilan tiap kelompok lumayan lama, 40 menit.
Ngaprak Teater Kabupaten Bandung melemparkan istilah-istilah atau plesetan yang menggelitik, seperti nama tokohnya, Angel Putekakung (punya teman tukang telikung), ”pilkada” (pemilihan kekasih daerah), pemilu (pemanis hati yang pilu), juga pakamo (pacaran kagak modal).
Kelompok longser ini membawakan cerita berjudul Enya. Mengisahkan seorang pelajar bernama Robi yang diputus kekasihnya, Angel Putekakung, karena dipandang miskin.
Robi yang hampir putus asa kemudian diberi motivasi oleh gurunya untuk menggunakan hak pilihnya dan jangan golput dalam Pilgub Jabar 2018 untuk mencari pemimpin yang peduli pada dunia pendidikan, yang diharapkan bisa memperjuangkan dirinya untuk kuliah.
Robi juga didorong memilih karena dia sudah memasuki kategori pemilih pemula yang berusia 17 tahun. Jika belum memiliki kartu tanda penduduk elektronik, Robi dianjurkan supaya mengurus ke kantor kelurahan dan kecamatan setempat untuk mendapatkan surat keterangan.
Yang tak kalah seru dan kocak penampilan dari Longser Injuk Kota Bandung dengan judul Nyalon, yang mengisahkan tokoh bernama Apih yang diperankan oleh Agus Injuk yang mencalonkan diri dalam pilkada, tapi melakukan politik uang.
Dalam ceritanya disisipkan kejutan banyolan klasik, yakni tim sukses Apih yang berpenampilan tidak meyakinkan hanya mengenakan kaus dan celana pendek, yang kemudian disuruh berganti pakaian yang menarik.
Dengan cepat, tim sukses itu keluar ke panggung, tapi tak sampai satu menit sudah masuk panggung kembali dengan sudah mengenakan celana panjang sambil cengar-cengir. Penonton sempat dibuat terkejut sambil terkekeh-kekeh. Namun kemudian menyusul lagi orang yang mirip tim sukses tersebut, yang ternyata mereka itu kembar, yang diperankan oleh pemain sinetron Aman-Amin.
Kelompok ini menitikberatkan supaya dijauhkan politik uang dalam pilkada, sambil mengingatkan warga supaya mencoblos tanggal 27 Juni.
Walau dalam balutan lawakan, pesan kreatif lain juga dikemas oleh kelompok Bojegan ETPIS Kota Bandung berjudul Doraka, yang mendapat giliran tampil sebagai peserta ke-7 hari ini. Kelompok ini beranggotakan kalangan mahasiswa.
Kelompok ini mengisahkan Usep, pelajar SMA yang sudah mempunyai hak pilih, tapi ayahnya bersikap apatis, dan melarang Usep untuk mencoblos.
Jika tak menuruti perintah ayahnya, Usep akan dikutuk sebagai anak yang durhaka. Ayah Usep bersikap apatis karena dari pengalaman pemilihan periode sebelumnya pemimpin yang terpilih suka lupa akan janji-janjinya waktu kampanye.
”Kalau engkau tetap mencoblos akan kukutuk menjadi kotak suara,” kata ayah Usep. Usep pun menimpali daripada menjadi kotak suara mending menjadi kotak amal yang disambut tawa penonton.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat Nina Yuningsih mengatakan, dari hasil sayembara ini, dokumentasi tayangan longser akan dijadikan materi sosialisasi, terutama kepada kalangan pemilih pemula.
”Kami memilih sosialisasi menggunakan media seni budaya lewat longser karena seni itu menggunakan bahasa yang universal dan longser juga merupakan aset budaya Sunda. Diharapkan output-nya dapat meningkatkan partisipasi pemilih,” kata Nina.
Nina juga menyinggung, sosialisasi lewat longser ini juga memberikan unsur hiburan kepada masyarakat tanpa mengurangi kualitas pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
”Karena kami juga ingin ajang pilkada ini selain menjadi sarana edukasi demokrasi, juga menjadi wahana wisata politik, yang mengesankan pilkada itu semarak dan dapat disambut dengan gembira,” ujar Nina.
Sementara itu, Rektor ISBI Een Herdiani mengatakan, seni juga mempunyai unsur edukasi yang sangat tinggi, termasuk dari seni tradisi longser dapat memberikan edukasi berupa sosialisasi terkait Pilgub Jabar 2018.
Sosialisasi lewat longser ini juga memberikan unsur hiburan kepada masyarakat tanpa mengurangi kualitas pesan yang disampaikan kepada masyarakat.
Ketua Tim Juri Arthur S Nalan, yang juga Direktur Pascasarjana ISBI, Bandung, menuturkan, pilihan KPU Jabar untuk bersosialisasi menggunakan media longser positif.
”Sebab, longser juga merupakan seni tradisi yang komunikatif, pesan-pesan terkait pilkada juga dapat disampaikan lewat longser tanpa penonton berpikir berat atau sangat serius karena di dalamnya diwarnai dengan humor atau lawakan-lawakan yang menghibur,” kata Arthur.
Dalam sayembara ini, panitia menyediakan hadiah untuk para pemenang, juara 1 sebesar Rp 15 juta, juara II Rp 12,5 juta, juara III Rp 10 juta, dan juara favorit memperoleh Rp 7,5 juta.