JAKARTA, KOMPAS — Sejak akhir pekan lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memblokir beberapa kartu anjungan tunai mandiri beberapa nasabah yang diduga menjadi korban tindakan penyalinan data dari satu kartu ATM ke kartu lain dengan tujuan mencuri uang (skimming).
Nasabah diminta mendatangi kantor cabang BRI terdekat untuk mengganti kartu ATM yang baru. Bahkan, ditemukan nasabah yang harus mengganti kartu ATM-nya dua kali dalam dua bulan terakhir karena dugaan terkena skimming.
Satria Aji Imawan (28) saat dihubungi dari Jakarta, Senin (26/3), mengatakan, hari ini kali kedua ia harus mendatangi kantor cabang BRI di DI Yogyakarta untuk mengganti kartu ATM miliknya yang diduga terkena skimming. Sebelumnya, pada Februari 2018, ia juga telah mengganti kartu ATM setelah diminta pihak BRI dengan dugaan yang sama, skimming.
”Agak unik ya karena bulan lalu saya sudah mengganti kartu ATM karena menurut BRI, kartu ATM saya diduga terkena skimming. Beberapa hari yang lalu saya kembali diminta mengganti kartu ATM saya dengan kasus yang sama,” ujar Satria.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, hasil investigasi BRI yang diterima Kompas, Selasa (20/3), terkait tindakan penyalinan data dari satu kartu ATM ke kartu lain dengan tujuan skimming, mendapati tujuh kota di Indonesia yang menjadi sasaran.
Tujuh kota tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Denpasar, Manado, Batam, dan Bandung. Dari tujuh kota tersebut, ditemukan setidaknya 30 terminal ID BRI dipasangi alat skimming.
Kalau masalah skimming bisa diselesaikan dengan ganti kartu ATM, buktinya saya sudah dua kali kena. Tampaknya, peralihan transaksi perbankan dari yang konvensional harus benar-benar memperhatikan risiko keamanan. Bank harus betul-betul siap mengamankan informasi nasabah di era keterbukaan informasi saat ini.
”Kalau masalah skimming bisa diselesaikan dengan ganti kartu ATM, buktinya saya sudah dua kali kena. Tampaknya, peralihan transaksi perbankan dari yang konvensional harus benar-benar memperhatikan risiko keamanan. Bank harus betul-betul siap mengamankan informasi nasabah di era keterbukaan informasi saat ini,” kata Satria.
Satria berharap BRI dapat menjaga keamanan data nasabahnya secara lebih ketat. Kejadian skimming tidak hanya merugikan nasabah dalam bentuk kerugian finansial, tetapi juga waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk bekerja.
”Sekarang saya di BRI mendapat nomor antrean 997, sementara yang sudah dipanggil baru sampai nomor urut 220,” kata Satria.
Sementara itu, Lalu Rahardian (27), nasabah BRI di Jakarta, menyayangkan pemberitahuan pihak bank memblokir kartunya dilakukan secara mendadak.
”Harusnya ada waktu seminggu atau tiga hari sebelum kartu ATM dimatikan. Kalau mendadak seperti ini kan repot, saya mau tidak mau harus ke bank hari ini karena butuh uang. Padahal, hari ini saya masuk kerja,” kata Lalu.
Lalu berharap, ke depan semua bank dapat memberikan kartu ATM dengan tingkat keamanan yang tinggi. Hal itu dapat meminimalisasi risiko skimming yang telah menjadi kejahatan di tingkat internasional.
”Pengamanan di mesin ATM juga harus diperketat agar tidak mudah dipasangi alat skimming,” ujar Lalu.
Sebelumnya, Sekretaris BRI Bambang Tribaroto menyampaikan, kartu ATM yang diblokir merupakan yang terindikasi terkena skimming. Demi keamanan dana nasabah, BRI memblokir kartu tersebut.
BRI memberi tahu nasabah yang kartunya diblokir antara lain melalui pesan singkat (SMS). Nasabah yang ingin mengganti kartu ATM dapat mendatangi kantor cabang BRI terdekat. Nantinya, kartu ATM nasabah yang diblokir akan diganti dengan kartu berpengaman cip.
Kasus skimming yang melanda BRI menjadi sorotan publik saat diberitakan 33 nasabah BRI di Kediri, Jawa Timur, kehilangan sebagian uang di rekening mereka. Jumlah totalnya Rp 145 juta.
Setelah dicek BRI, ada transaksi penarikan uang menggunakan ATM dari rekening para nasabah itu, antara lain di Jerman dan Yunani. Kejahatan itu diperkirakan berupa skimming atau pencurian data nasabah melalui ATM (Kompas, 15/3). (DD14)