WASHINGTON, SABTU — Lebih dari 1 juta orang turun ke jalan di sejumlah kota di Amerika Serikat. Mereka menuntut pengetatan penggunaan senjata api, terutama jenis senapan otomatis.
Unjuk rasa yang berlangsung Sabtu (24/3) tercatat sebagai aksi terbesar terkait senjata sejak tahun 2000. Para mahasiswa dan pelajar sekolah di Atlanta, Boston, Chicago, Dallas, Denver, Los Angeles, Miami, Minneapolis, Seattle, dan kota-kota lain berjalan kaki bersama di jalan-jalan utama sambil memampang aneka spanduk dalam aksi yang disebut dengan ”March for Our Lives”. Penyelenggara memperkirakan, aksi turun ke jalan akhir pekan ini terjadi di 800 kota, termasuk di kota-kota di luar AS.
Kendati kasus penembakan di sekolah sudah berulang kali terjadi, tak dapat disangkal, demonstrasi besar ini dipicu oleh kasus penembakan yang terjadi di sebuah sekolah di Parkland, Florida, sebulan lalu. Dalam peristiwa itu, 17 pelajar tewas akibat peluru yang dimuntahkan dari senapan otomatis yang dimiliki bekas murid di sekolah itu. Sejumlah murid yang selamat memberikan pidato dengan nada emosional.
”Politisi, apakah Anda mewakili warga atau keluar,” kata Cameron Kasky (17) dari SMA Marjory Stoneman Douglas, yang sekolahnya menjadi lokasi penyerangan di Florida. Kasky dan juga murid lainnya, David Hoog, yang selamat dari penembakan, di hadapan massa di Washington mengatakan, perubahan ada di tangan mereka yang duduk di lembaga legislatif.
Dari unjuk rasa hari itu, jumlah massa terbanyak, menurut NBC News, terdapat di Washington DC yang dibanjiri sekitar 800.000 orang. Panggung yang disiapkan penyelenggara demo ditempatkan dekat gedung kongres. Wali Kota New York Bill de Blasio mengatakan, sekitar 175.000 orang ambil bagian dalam unjuk rasa di kotanya. ”Para pelajar akan mengubah Amerika,” tulis Blasio dalam akun Twitternya.
Mantan anggota The Beatles, Paul McCartney, ikut bergabung dengan massa di New York dan mengungkapkan kejadian tahun 1980 yang menimpa sahabatnya, John Lennon. ”Setiap pekan kalian mendengar tentang penembakan baru dan tidak ada yang dilakukan untuk itu,” kata McCartney.
Pengetatan
Para pelajar khususnya menuntut larangan senapan serbu seperti yang digunakan oleh penembak di Parkland. Mereka juga meminta pengecekan latar belakang komprehensif dan peningkatan batasan umur untuk bisa membeli senjata. Selain menunjuk kepada politisi, pengunjuk rasa juga menuding Asosiasi Senjata Nasional (NRA) sebagai pihak yang berada di balik kemudahan penjualan senjata.
Penyelenggara demo berharap unjuk rasa yang begitu menggetarkan akan menjadi titik balik perubahan. Apalagi pelajar yang turun ke jalan mulai memiliki hak suara pada pemilu Oktober mendatang.
Ada 291 penembakan di sekolah, rata-rata satu penembakan per minggu.
Rata-rata 30.000 orang tewas di AS akibat penggunaan senjata api. Kelompok nirlaba Everytown for Gun Safety mengatakan, penembakan di SMA Marjory Stoneman Douglas merupakan yang ke-18 kalinya dalam tahun 2018. Jika dirunut ke belakang dari tahun 2013, Everytown for Gun Safety mencatat ada 291 penembakan di sekolah, rata-rata satu penembakan per minggu.
Selain penembakan di sekolah, penembakan massal kerap terjadi di AS. Pada Desember 2015, misalnya, sepasang suami istri menembak acak mengakibatkan 14 orang tewas dan 21 orang luka-luka di Bernardino. Sebelumnya, seorang pria di Orlando menembaki pengunjung di klub malam menewaskan 49 orang dan 53 orang lagi menderita luka-luka. Pada 1 Oktober 2017, di Las Vegas terjadi penembakan yang menewaskan 59 orang dan melukai lebih dari 520 orang.
Saat demo berlangsung, Presiden Donald Trump berada di tempat peristirahatannya di Florida. Tak seperti biasa, Trump tidak memberikan tanggapan apa pun lewat akun Twitternya. Begitu juga NRA.
Hingga demo berakhir, NRA tidak berkomentar. Padahal, bulan lalu, ketika terjadi mogok sekolah menentang kekerasan senjata, NRA menyampaikan pesan di Twitter, ”Saya mengawasi senjata-senjata saya, terima kasih.”
Juru bicara Gedung Putih, Zach Parkinson, mengatakan, ”Kami memuji banyaknya anak muda Amerika yang berani menggunakan hak-hak Amendemen Pertama hari ini.”
Lebih lanjut dia mengacu pada upaya Trump melarang penggunaan alat khusus pada senjata yang bisa mengakibatkan senjata memuntahkan peluru secara cepat. Juga upaya Trump melakukan pengamanan di sekolah dan melakukan penelitian latar belakang pembelian senjata.
Paus: jangan diam
Paus Fransiskus meminta kaum muda untuk tidak tinggal diam. Kendati tidak menyebut sama sekali peristiwa demo besar di AS, suara pemimpin tertinggi umat Katolik ini dikaitkan dengan hal ini.
”Yang tercinta anak-anak muda, kalian sudah melakukannya, berteriak,” kata Paus di Lapangan St Peter, Minggu. Kebetulan tahun ini merupakan Tahun Pemuda.
Menurut Paus, godaan untuk hanya diam selalu ada bagi anak muda. ”Semuanya bergantung kepada kalian, apakah mau tetap diam,” kata Paus. (AFP/AP/REUTERS)