Drama Tawa dan Tangis Para Atlet Masa Depan
Bertanding di lapangan 3, Devin Artha Wahyudi (11) langsung menangis saat smes keras William Tanady (12) tidak mampu dikembalikannya. Set kedua babak perempat final bulu tangkis pada ajang Audisi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2018 di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (26/3/2018), berakhir sudah untuk kemenangan William.
Berbeda dengan Devin, William justru seakan tidak dapat menyembunyikan tawa. Senyumnya semakin lebar sehingga mata sipitnya terlihat tinggal segaris. Tangannya terus mengepal keras menandakan perjuangan kerasnya telah memberi sesuai harapannya.
Pada saat bersamaan, Kevin Satrio Wibowo (11) yang bertanding di lapangan 6, juga mengalami nasib sama seperti Devin. Hanya dalam tempo kurang dari 30 menit, Kevin dihabisi pemuda kecil berkulit legam, Tommy Saputra (12), dengan skor 14-21, 14-21.
Kevin menangis sesenggukan. Dalam pikirannya, angan-angan untuk mencicipi pengalaman berlatih di Klub Djarum di Kudus, Jawa Tengah, lenyap sudah. Peristiwa Senin siang itu mengulang kisah sama seperti audisi bulu tangkis pada tahun sebelumnya saat Kevin dikalahkan secara telak oleh Devin Artha Wahyudi.
Dua kali secara berturut-turut Kevin gagal di babak delapan besar. Dua kali pula harapannya buyar. Padahal, pertandingan audisi untuk kelompok putra hanya meloloskan atlet yang masuk ke babak semifinal. Itulah yang menyebabkan ia menangis.
Adapun Tommy yang memenangi pertandingan melawan Kevin sejenak seperti orang kebingungan. Namun, sebentar kemudian dia sudah tersenyum lebar.
Remaja setinggi 130 cm asal Bukittinggi, Sumatera Barat, itu seakan tidak menyangka dapat lolos dalam audisi tahun ini.
Pada tahun sebelumnya, pada saat pertandingan babak perempat final, Tommy menangis keras seperti Kevin ketika dia kalah menyakitkan dari Fauzan Agus Santoso (12), atlet asal Riau.
Namun, siapa sangka, satu jam kemudian tangisan pilu Devin (asal Merangin, Jambi) dan Kevin (Pekanbaru) justru berubah menjadi tawa lebar.
Kesedihan keduanya hilang dan berganti menjadi kegembiraan tidak terhingga saat Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi mengumumkan bahwa Devin dan Kevin berhak mendapatkan supertiket tambahan dan dinyatakan lolos untuk tahap selanjutnya di Kudus.
Rupanya, tim pemandu bakat yang diketuai maestro bulu tangkis Christian Hadinata menilai Kevin dan Devin memiliki potensi yang dapat berkembang. Keduanya diberi kesempatan mengikuti seleksi berikutnya.
Audisi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis memang dapat diibaratkan sebagai drama yang tidak kalah seru dibandingkan kisah-kisah tentang pahlawan dan pecundang. Tawa dan tangis selalu mewarnai perjalanan para atlet cilik, yang berpotensi menjadi tulang punggung olahraga bulu tangkis nasional pada masa mendatang.
Ajang Audisi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis adalah program PB Djarum untuk mencari bibit-bibit potensial atlet masa depan Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Djarum mengadakan seleksi di delapan sampai sembilan kota di Indonesia.
Pada 24 Maret sampai 26 Maret 2018, PB Djarum memulai seleksi atlet-atlet muda berpotensi di Kota Pekanbaru, Riau. Setelah itu, penjaringan berikutnya bakal dilaksanakan di Balikpapan, Manado, Purwokerto, Surabaya, Cirebon, Solo, dan berakhir di Kudus
Di Pekanbaru, 570 atlet dari seluruh wilayah Pulau Sumatera telah mendaftar dan berjibaku melalui tahapan panjang yang dimulai dari masa screening (uji kemampuan dasar) sampai uji tanding sesungguhnya melawan lawan-lawan tangguh sesuai kategori umurnya.
Usia 6 tahun sampai 10 tahun masuk kelompok U-11. Umur 10-12 tahun untuk U-13 dan usia 13-14 tahun dalam kelompok U-15. Setelah bertanding selama 3 hari, 23 atlet dinyatakan lolos untuk saringan selanjutnya.
Sebanyak 18 atlet mendapatkan tiket setelah menang bertanding dari tahap awal. Adapun lima lainnya merupakan atlet-atlet seperti Devin dan Kevin, yang kalah di perempat final, tetapi di mata para pencari bakat dianggap memiliki potensi besar untuk berkembang.
Untuk kategori putri usia 11 tahun atau U-11 yang lolos dalam bertanding adalah Jolin Angelia (Medan) dan Tahta Prila Kembang Arum Pamungkas (Medan). U-13, Fransiska Pray Adventri Sitepu (Deli Serdang) dan Sarah Maryam (Siak), serta U-15, Debby Ariani (Labuhan Batu Utara) dan Silvi Kartika Hasanah (Medan).
Untuk kelompok Putra U-11 adalah Yudha Rendra Wijaya (Lubuklinggau), M Islamsyah (Muara Bungo), Hafizh Al Habsyi (Bangka), Radithya Bayu Wardhana (Tanjung Pinang). U13, M Nafis Syiraz (Aceh Barat), Tommy Saputra (Bukittinggi), William Tanady (Pekanbaru) dan Adlil Wafi (Jambi). U-15 Luis Nasution (Binjai), Gregorius Frederico Kristianto (Palembang), Muhammad Rizky Akbar (Pekanbaru), dan Farhan Javalino (Muara Tebo).
Adapun atlet pilihan pemandu bakat yang mendapat supertiket tambahan selain Devin dan Kevin adalah: U-11 Putri, Nazmy Alya Isni (Labuhan Batu), U-11 Putra, Yuga Gustisyah (Aceh Barat) dan U-13 Putra, M Afif Iqrom Efendi (Labuhan Batu Utara).
Dari atlet yang lolos tersebut, ternyata tidak seluruhnya wajah baru. Beberapa di antaranya pernah turun pada audisi sebelumnya. Sebut saja Yudha Rendra Wijaya, M Afif Iqrom Efendi dan Devin Artha Wahyudi.
Ketiganya lolos pada audisi pertama di Pekanbaru 2017, tetapi kemudian dipulangkan pada masa karantina di Kudus setelah kalah uji kemampuan dari peserta lainnya.
Wajah lama lain yang berhasil melaju adalah Tommy Saputra yang menghabisi Kevin Satrio Wibowo.
Dari domisili para atlet pemenang, sepertiga lebih berasal dari Sumatera Utara, terutama dari kelompok putri. Rinciannya, 6 dari 7 atlet putri yang lolos adalah warga Sumatera Utara.
Yang patut diacungi jempol adalah klub Sulhas dari Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, yang meloloskan dua atletnya, yaitu Debby Ariani dan M Afif. Ini adalah untuk kedua kalinya secara berturut-turut, klub kecil itu meloloskan dua atlet ke Kudus.
Pelatih bulu tangkis Klub Sulhas, Rizky Ariamdani, mengaku sangat senang dengan prestasi yang dicapai atletnya pada tahun 2018 ini. Paling tidak, mereka tetap bertahan dalam level elite bulu tangkis di Sumatera.
”Sampai saat ini, atlet kami Nurul Tetra Junia yang lolos audisi 2017 masih berlatih di klub Djarum Kudus. Tahun ini kami meloloskan Debby dan Afif. Mudah-mudahan mereka dapat bertahan seperti Nurul,” kata Rizky.
Di sisi lain pada audisi tahun 2018 ini, terjadi penambahan kelompok usia atlet yang disaring, yaitu U-15. Sebelumnya, audisi hanya menyaring atlet U-11 dan U-13.
Menurut salah seorang anggota tim pemandu bakat, Lius Pongoh, kelompok U-15 adalah upaya untuk memberi kesempatan lebih besar kepada atlet-atlet remaja untuk bergabung di klub Djarum.
”U-15 adalah upaya menampung atlet yang tidak lolos audisi pada tahun lalu, tetapi usianya sudah di atas 13 tahun. Mereka masih dapat dibina,” kata Lius, mantan pebulu tangkis top nasional itu.
Apakah mereka tidak terlalu tua untuk dibina?
”Tidak,” kata Lius. ”Justru mereka harus berlatih lebih keras agar dapat bersaing dengan atlet yang masuk dengan usia lebih dini. Kesempatan mereka terbatas, tetapi masih dapat bersaing. Inilah kesempatan terakhir buat mereka,” kata Lius.
Mengapa Djarum melakukan audisi di luar Pulau Jawa?
Menurut Christian, tujuan audisi di luar Jawa adalah ingin menjaring lebih banyak atlet-atlet potensial dari seluruh daerah di Indonesia. Apabila audisi dilakukan di Jawa, atlet-atlet Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur tidak akan masuk dalam saringan.
”Harus diakui, gap pemain (bulu tangkis) Jawa dan luar Jawa masih cukup jauh. Pembinaan atlet luar Jawa belum mampu menyaingi Jawa. Makanya kami melakukan sistem jemput bola. Kami mendatangi daerah-daerah potensial dalam pembinaan bulu tangkis untuk mencari bibit yang dapat dibina untuk bersaing dengan Jawa. Kami berharap pada masa mendatang gap itu dapat semakin mengecil,” ujar Christian, peraih tiga gelar All England itu.