Khofifah dan Saifullah Perlu Angkat Produk Unggulan Kabupaten/Kota
Oleh
AMBROSIUS HARTO M
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Meningkatkan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat menjadi fokus visi dan misi pasangan kandidat Pilgub Jatim. Namun, turunan berupa janji politik atau rencana kerja belum ada yang secara konkret mengangkat produk unggulan usaha mikro kecil menengah atau UMKM setiap kabupaten/kota.
Pilgub Jatim diikuti oleh dua pasangan. Nomor urut 1 ialah mantan Mensos Khofifah Indar Parawansa-Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak yang diusung koalisi pemilik 42 kursi di DPRD Jatim yakni Demokrat, Golkar, PAN, PPP, Nasdem, dan Hanura.
Nomor urut 2 ialah Wagub Jatim Saifullah Yusuf-Anggota DPR Puti Guntur Soekarno yang diusung koalisi pemilik 58 kursi di parlemen provinsi yakni PKB, PDIP, Gerindra, dan PKS.
Khofifah-Emil bervisi kerja bersama untuk Jatim sejahtera, bermartabat dengan semangat gotong royong, religius, dan berkeadilan sosial.
Perekonomian mendapat porsi besar dalam misi yakni dua dari lima fokus. Butir pertama ialah keseimbangan pembangunan ekonomi dan butir keempat keunggulan industri daerah. Janji politik yang bisa dikatakan terkait dengan perekonomian ialah Jatim Sejahtera, Akses, Berkah, Agro, dan Berdaya.
Adapun visi Saifullah-Puti ialah perubahan berkelanjutan untuk Jatim makmur. Perhatian pada isu perekonomian terletak dalam butir ketiga misi yakni ekonomi ditopang pusat pertumbuhan dan butir keempat yakni hubungan dan kerjasama antarwilayah.
Janji politik yang bisa dikaitkan dengan perekonoman ialah Satria Madura (satu triliun untuk Madura), Desa Cemara (desa cerdas maju sejahtera), Tebar Jala (pusat ekonomi baru jalur selatan), Mas Metal (masyarakat melek digital), dan Seribu Dewi (seribu desa wisata).
Namun, belum terlihat janji politik yang konkret untuk meningkatkan produk unggulan kabupaten/kota. Misalnya, produk seni ukir Madura yang diyakini sudah ada sejak abad ke-14. Sampai kini, belum ada janji politik dari Khofifah atau Saifullah yang memastikan keberlangsungan seni ukir Madura itu.
Jika UMKM seni ukir Madura di Pamekasan dan Sumenep dianggap yang terbaik, maka perlu dikembangkan dengan program penguatan modal, pelatihan peningkatkan keterampilan perajin, dan pembukaan jaringan pasar.
Yang paling kentara ialah batik. Sebanyak 38 kabupaten/kota di Jatim punya sentra batik meski dalam penelusuran sejarah di masa lalu masyarakatnya tak berketerampilan atau tak dipengaruhi oleh budaya membatik. “Setiap daerah punya UMKM unggul yang perlu didorong,” ujar Gubernur Jatim Soekarwo, Senin (26/3/2018).
Yang diharapkan dari pemimpin baru nanti adalah mampu mengangkat keunikan dan keunggulan daerah
Contoh lainnya, Ponorogo sudah amat dikenal sebagai daerah kelahiran seni Reog. Berbagai produk kerajinan Reog tentu menjadi keunggulan sekaligus keunikan tiada tara kabupaten ini. Jika sentra kerajinan Reog dikembangkan di daerah lain, berpotensi ‘membunuh’ aset budaya Ponorogo. Biarkan sentra kerajinan Reog tetap ada dan berkembang di Ponorogo.
“Yang diharapkan dari pemimpin baru nanti adalah mampu mengangkat keunikan dan keunggulan daerah,” ujar Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni.
Pelaksana Tugas Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin mengatakan, keunggulan setiap daerah harus menjadi keunikan yang dapat menarik publik untuk berwisata. “Contoh kecilnya begini, kalau mau makan ayam lodho dan membeli kerajinan miniatur kapal selerek sebaiknya datang dan menikmati Trenggalek,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Khofifah mengatakan, penguatan UMKM dan produk unggulannya akan menjadi salah satu program kerja jika dirinya menjadi Gubernur Jatim. “Kekuatan UMKM tidak bisa diabaikan,” katanya.
Saifullah yang dua periode mendampingi Soekarwo juga berpendapat senada jika menjadi Gubernur Jatim. UMKM turut meningkatkan indeks pembangunan manusia di Jatim senilai 4,4 poin dan menurunkan angka kemiskinan kurun 2010-2016 sebesar 4,8 persen. “UMKM harus dan pasti diperhatikan,” ujarnya.