Lima Ratus Pohon Dipindah, Seratus Lainnya Akan Ditebang
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 541 pohon dari ruas Jalan Sudirman akan dipindah untuk pelebaran trotoar. Selain ratusan pohon yang dipindah itu, sebanyak 101 pohon lainnya pada ruas jalan tersebut akan ditebang.
Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kehutanan Pertamanan dan Permakaman DKI Jakarta Jaja Suarja mengatakan, hingga Kamis (22/3/2018), sebanyak 390 pohon telah direlokasi dari ruas Jalan Sudirman. ”Sebanyak 390 pohon telah direlokasi dari jumlah total 541 pohon,” kata Jaja, Kamis, di kantornya, Jakarta.
Ia menjelaskan, tanggung jawab pemindahan ke-541 pohon itu berada pada dua perusahaan, PT Mitra Panca Persada (MPP) dan PT Keppel Land Investama. PT MPP bertanggung jawab memindahkan pohon-pohon pada segmen Patung Pemuda (Bundaran Senayan) hingga Kali Krukut. Sementara PT Keppel Land bertanggung jawab pada segmen Kali Krukut hingga Dukuh Atas. Pelaksana segmen Senayan-Kali Krukut adalah PT Wijaya Karya, sedangkan segmen Kali Krukut-Dukuh atas adalah PT Jaya Konstruksi.
Kepala Seksi Perencanaan Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Mutiara Ayuputri menuturkan, dari 541 pohon yang akan direlokasi, sebanyak 530 berasal dari separator lajur lambat-cepat dan 11 lainnya dari jalur pejalan kaki.
Mutiara mengatakan, menurut rencana, pohon-pohon tersebut akan dipindahkan ke empat lokasi. Tempat-tempat tersebut adalah Taman Bersih Manusiawi Wibawa (BMW) Sunter, Ruang Terbuka Hijau-Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RTH-RPTRA) Kalijodo, Wisma Atlet Kemayoran, dan sebuah lahan kosong milik Pemda DKI Jakarta di Jalan Tipar Cakung Cilincing, Jakarta Utara.
Mutiara melanjutkan, saat ini 188 pohon telah selesai ditanam kembali di Taman BMW Sunter dan 10 lainnya di RTH Kalijodo. ”Sisanya akan ditanam di Tipar Cakung dan Wisma Atlet,” ucap Mutiara.
Ia menambahkan, 21 titik tanam telah ditentukan di Wisma Atlet. Namun, hingga saat ini belum ada progres apa pun di lokasi tersebut. ”Di lokasi itu belum ada penggalian atau bahkan survei. Ada kemungkinan bertambah atau berkurang,” lanjut Mutiara.
Lahan pemda di Tipar Cakung dinilai Jaja dapat menampung jumlah pohon yang tersisa. Luas lahan tersebut 20.800 meter persegi. Dengan luas sebesar itu, ujar Jaja, sekitar 2.000 pohon dapat ditanam di lahan tersebut.
Ia menjelaskan, di lahan Tipar Cakung, pohon tidak akan langsung ditanam. Pohon-pohon tersebut diberi perlakuan (treatment) khusus terlebih dahulu selama dua minggu sebelum ditanam kembali. Pohon yang tiba di sana akan direbahkan, kemudian disiram dan diberi pupuk hormon untuk merangsang pertumbuhan bakal akar.
”Kalau langsung ditanam berdiri, pohon-pohon yang baru saja dipindahkan begitu biasanya bisa mati sebab kandungan airnya tidak terdistribusi dengan baik di dalam batang kayu,” ucap Jaja.
Ada masa garansi selama tiga bulan pada pekerjaan penanaman kembali tersebut. Ia mengatakan, pohon yang mati harus diganti oleh pihak pelaksana proyek.
Lahan gersang
Di lahan Tipar Cakung, puluhan batang pohon sepanjang 3-4 meter tampak direbahkan di atas tanah dalam beberapa barisan. Ada sebagian batang pohon yang direbahkan secara sendiri-sendiri, tetapi banyak juga batang pohon yang bertumpukan.
Ranting-ranting kecil juga telah dipisahkan dari batang-batang pohon berdiameter 30-70 sentimeter tersebut. Namun, ranting-ranting itu tetap dibiarkan menumpuk di atas batang-batang pohon tersebut hingga mengering.
Ageng Prasetyo dari pihak manajemen konstruksi dari PT Mitra Panca Persada (MPP) mengatakan, idealnya pohon yang dipindah masih menyisakan 30 persen dahannya. ”Dengan menyisakan dahan, pohon akan cepat rimbun kembali,” ucapnya.
Hampir seluruh batang-batang tersebut ditutupi pada bagian akarnya dengan karung plastik atau plastik transparan. Tenda dari jaring berukuran 5 meter x 5 meter juga didirikan di atas salah satu tumpukan batang pohon. Jaja mengatakan, fungsi tenda tersebut adalah untuk mengurangi penguapan air dari batang-batang kayu tersebut agar tidak cepat kering.
Slamet Riyadi, petugas pengamanan dinas kehutanan yang berjaga di lokasi, mengatakan, biasanya penyiraman dan pemberian obat dilakukan pada pagi dan sore hari. ”Biasanya sekitar pukul 09.00 dan 17.00 petugas dari Wika (PT Wijaya Karya) akan menyirami,” ujarnya.
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan pada Jumat (23/3/2018) sejak pukul 12.00 hingga pukul 19.00, tidak ada penyiraman yang dilakukan pada sore hari. Namun, terlihat tanah di sekitar tumpukan batang-batang pohon tersebut basah, bekas penyiraman sebelumnya. Dari siang hingga malam pun tidak terlihat pekerja yang berada di lokasi.
Penyiraman memang tidak dilakukan setiap hari. Suhandi (49), pekerja perawatan pohon-pohon tersebut, mengatakan, penyiraman dilakukan berdasarkan kondisi cuaca. Jika hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Hujan deras yang terjadi selama beberapa jam pada Minggu (25/3/2018) siang membuat Suhandi tidak perlu menyirami batang-batang pohon tersebut.
”Hujan deras seperti ini, ya, paling tidak tiga hari ke depan tidak perlu menyirami,” katanya. Dalam melakukan pekerjaannya itu, Suhandi dibantu satu pekerja lain.
Pemberian hormon perangsang pertumbuhan akar, kata Suhandi, juga tidak dilakukan setiap hari. Pemberian hormon diberikan setiap dua minggu sekali. Ia menyebutkan, hormon diberikan dengan cara menyiramkan larutan air di root ball (bagian pangkal akar dan sekitarnya yang masih membawa tanah).
”Saya sirami pohon dengan larutan hormon tersebut ketika tiba di sini. Pemberian selanjutnya mungkin nanti ketika pohon akan ditanam,” kata Suhandi.
Kondisi tanah di lahan Tipar Cakung tersebut tampak tidak layak untuk ditanami pohon. Lebih dari 80 persen tanah pada lahan itu tampak gersang dan kering. Material sisa-sisa bongkaran bangunan seperti pecahan beton dan keramik terlihat tersebar di bidang tanah ini. Tanahnya pun padat dan keras. Pada beberapa lokasi, permukaan tanah tampak seperti bekas lapisan aspal yang sudah rusak.
Truk kontainer pun sering melintas di lahan ini sebab tanah kosong ini adalah satu-satunya akses masuk menuju tempat parkir umum yang sering digunakan truk kontainer. Hanya ada sekitar belasan pohon yang tumbuh di pinggiran lahan, jauh dari bagian yang sering dilewati kendaraan.
Pengelola RPTRA Tipar Cakung, Wisnu, mengatakan, sepengetahuannya, beberapa tahun lalu, lahan kosong bekas rawa tersebut digunakan sebagai tempat parkir.
”Dulu rawa-rawa di sini, kata warga sekitar. Tetapi kemudian, oleh warga diuruk tanah dan dulu pernah menjadi tempat parkir,” kata Wisnu. ”Saya kira, kalau di sini mau ditanami pohon, tanahnya harus digali dengan alat berat sebab tanahnya sudah keras di sini,” tambahnya.
Ageng Prasetyo mengatakan, tanah di lokasi tersebut memang tidak cocok sebagai media tanam pohon. ”Jenis tanah di sini berbeda dengan tanah yang semula di tempat asalnya. Selain itu, di sini banyak sisa-sisa puing bangunan, jadi perlu ada perlakuan khusus, yaitu penambahan tanah,” kata Ageng, Jumat.
Ageng menjelaskan, tanah merah akan digunakan di setiap lubang tanam. Titik tanam tersebut berukuran minimal 60 cm pada panjang dan lebarnya serta sedalam 1 meter. Selain menggunakan tanah merah, lubang tanam akan dibersihkan dari puing-puing bangunan dan sampah plastik.
”Harus bersih dari benda-benda tersebut karena akan mengganggu pertumbuhan akar pohon,” ucap Ageng.
Ia mengatakan, Minggu (25/3/2018), ada 189 batang pohon yang berada di lokasi tersebut. ”Masih ada 67 batang pohon lagi yang belum direlokasi dari Jalan Sudirman area Kali Krukut dan di depan Markas Polda Metro Jaya,” lanjut Ageng.
Menurut rencana, ujarnya, penanaman akan dimulai pada pekan depan. Saat ini, ia telah mempersiapkan rencana pola lubang tanam di lahan Tipar Cakung. Setiap pohon akan ditanam secara zig-zag dengan jarak 5-7,5 meter.
”Kalau ditanam tanpa pola dan tanpa jarak yang cukup, akar pohon dapat saling berebut makanan sehingga pertumbuhan pohon tidak akan maksimal,” kata Ageng.
Suhandi optimistis seluruh pohon yang dirawatnya saat ini bisa tumbuh kembali. Berdasarkan pengamatannya, batang-batang pohon di lokasi tersebut masih tergolong sehat, kemungkinan untuk hidup kembali cukup besar. ”Kalau 95 persen bisa hidup kembali, ya, sudah tergolong baguslah,” ujar Suhandi.
Mulai tumbuh
Berbeda dengan lahan Tipar Cakung yang belum ditanami, pohon-pohon hasil relokasi telah ditanam kembali di dua lokasi lain, yakni RTH-RPTRA Kalijodo dan Taman BMW. Pohon-pohon di kedua lokasi tersebut ditanam dalam keadaan yang berbeda dibandingkan pohon-pohon di Tipar Cakung.
Apabila di Tipar Cakung pada batang pohon masih terdapat dahan-dahan berdaun, pohon di Taman BMW dan RPTRA Kalijodo dipotong seluruh dahannya sehingga menyisakan batang pohon setinggi 2,5 meter.
Walaupun begitu, pohon-pohon tersebut dapat berhasil tumbuh. Di Taman BMW, batang-batang pohon yang disangga dengan bambu tersebut telah ditumbuhi ranting-ranting kecil berdaun.
Pada bagian depan taman ini, pohon-pohon hasil relokasi ini ditanam dengan jarak 2-3 meter. Akan tetapi, di bagian belakang taman, jarak antarpohon tersebut lebih pendek, hanya 1-2 meter. Padahal, menurut Jaja, jarak ideal antartitik tanam adalah 3-6 meter.
Sementara itu, di RTH-RPTRA Kalijodo, pohon-pohon relokasi pun sudah ditanam. Sebanyak delapan pohon mahoni ditanam di ujung utara ruang terbuka hijau tersebut, dekat dengan pintu keluar.
Pohon-pohon berdiameter sekitar 40 cm tersebut ditanam dengan jarak antarpohon 2-3 meter. Sebuah ranting kecil yang masih muda tampak tumbuh dari salah satu pohon di sana.
Kepala pengelola RPTRA Kalijodo Jamaludin mengatakan, batang-batang tersebut sudah mulai ditanam sejak Minggu (11/3/2018) malam hingga Rabu (14/3/2018). Sejak ditanam, kata Jamaludin, pohon-pohon relokasi tersebut disirami dan diberi pupuk setiap subuh.
”Saya pikir (pohon-pohon tersebut) masih bisa hidup. Setiap subuh, pohon-pohon itu disiram dan diberi pupuk,” kata Jamaludin, Rabu (21/3/2018) sore.
Jamaludin mengatakan, RTH-RPTRA Kalijodo siap menerima tambahan pohon. ”Luas lokasi ini hampir 1,7 hektar dan masih banyak area yang bisa ditanami pohon. Mungkin bisa 30 hingga 40-an lagi dengan ukuran sebesar itu di berbagai titik karena pohon di sini masih sedikit,” ucap Jamaludin.
Seratus pohon ditebang
Selain 541 pohon yang dipindahkan, proyek pelebaran jalur pejalan kaki Jalan Sudirman itu juga akan menebang 101 pohon lainnya. Mutiara mengatakan, 101 pohon dengan jenis angsana tersebut adalah pohon-pohon yang saat ini berada di jalur pejalan kaki.
Pohon-pohon ini, lanjut Mutiara, harus ditebang karena tiga alasan. Pertama, pohon-pohon tersebut tidak sesuai dengan pola jalur pedestrian. Kedua, tidak layak karena sudah tua. Ketiga, karena akan ada pekerjaan utilitas di lokasi pohon tersebut.
Walaupun demikian, bukan berarti akan ada 10 pohon baru untuk setiap satu pohon yang ditebang. Mutiara menyebutkan, kesepakatan rasio penggantian 1:10 tersebut tidak muncul dalam kesepakatan proyek itu.
Akan tetapi, Mutiara memastikan bahwa jumlah pohon yang akan ditanam pada akhirnya akan berjumlah lebih banyak dibandingkan jumlah pohon eksisting.
Ia menambahkan, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008, ruang terbuka hijau harus seluas 20-30 persen dari ruang milik jalan.
Untuk pohon pengganti, Mutiara mengatakan, pihaknya telah memberikan rekomendasi jenis pohon. Rekomendasi tersebut adalah pohon sawo kecil, ketapang kencana, dan tabebuia. Selain dapat menyerap polusi, ketiga jenis pohon itu dipilih karena faktor estetika. ”Misalnya, pohon tabebuia adalah pohon berbunga,” ujar Mutiara.