JAKARTA, KOMPAS — Penduduk usia muda Indonesia didorong untuk terjun langsung ke desa agar berkiprah di bidang pertanian. Pengembangan inovasi teknologi di bidang pertanian menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat pemuda. Dengan kemajuan teknologi, produktivitas pertanian dinilai akan meningkat.
”Kalau pertanian kita ingin bersaing, kalau kita ingin pemuda turun ke lapangan, tidak ada cara lain selain mengembangkan teknologi pertanian,” ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Amran mengatakan, dengan penggunaan teknologi baru dalam rangka mekanisasi pertanian, potensi kenaikan pendapatan petani di Indonesia mencapai Rp 316 triliun per tahun. Potensi tersebut didapat melalui mekanisasi mulai dari saat menanam hingga memanen.
Kalau pertanian kita ingin bersaing, kalau kita ingin pemuda turun ke lapangan, tidak ada cara lain selain mengembangkan teknologi pertanian.
Menurut Amran, penggunaan mesin penanam (rice transplanter) di seluruh Indonesia dapat menghemat biaya tanam 30 persen sehingga memberikan keuntungan Rp 8,6 triliun per tahun. Hal itu juga dapat meningkatkan produksi gabah kering giling sebesar 10,6 juta ton per tahun atau senilai Rp 48 triliun per tahun.
Selain itu, Amran mengatakan, penggunaan teknologi rice processing complex dapat meningkatkan rendemen (persentase berat beras dari gabah yang digiling) sebesar 9 persen atau senilai Rp 28 triliun per tahun. Dengan demikian, produksi beras dapat meningkat 26 juta ton per tahun yang setara dengan Rp 191 triliun per tahun.
Sementara itu, penggunaan mesin pemanen (combine harvester) dapat mengurangi kerugian susut gabah saat panen sebesar 6,7 juta ton per tahun. Itu dapat memberikan keuntungan Rp 25 triliun per tahun. Adapun biaya panen pun menurun sehingga dapat menambah keuntungan Rp 8,8 triliun per tahun.
Kecepatan menyiang padi juga lebih cepat tiga kali daripada menyiang secara manual. Itu dapat meningkatkan keuntungan Rp 7 triliun per tahun.
”Sudah tidak ada alasan lagi pemuda tidak turun ke sawah. Sudah ada teknologi, para pemuda ini nanti yang melanjutkan bertani dengan cara modern ini. Sebagai contoh, kemarin pemuda di Kalimantan yang bertani jagung ada yang bisa berangkat ke Spanyol nonton bola dari hasil bertaninya,” tutur Amran.
Ia menambahkan, melalui program Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) Kementerian Pertanian, sebanyak 300.000 pemuda sudah turun ke sawah untuk bertani. Ia berharap, Pemuda Tani HKTI dapat ambil bagian, terlebih pemerintah saat ini telah mencanangkan Indonesia dapat menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Sudah tidak ada alasan lagi pemuda tidak turun ke sawah. Sudah ada teknologi, para pemuda ini nanti yang melanjutkan bertani dengan cara modern ini.
”Saya bagikan 150.000 bibit untuk Pemuda Tani HKTI. Saya lihat hasilnya tahun depan. Awas kalau pemuda tidak turun. Para orang tua dan pemuda harus mengubah pola pikir bahwa pegawai lebih sejahtera dari petani,” ujar Amran.
Regenerasi petani
Rina Saadah, Ketua Pemuda Tani HKTI, mengakui, saat ini semakin jarang pemuda yang bertani. Ia berharap, inovasi di bidang teknologi pertanian dapat membangkitkan kembali semangat pemuda untuk bertani.
Sekretaris Jenderal HKTI Bambang Budi Waluyo menyampaikan, jumlah petani di kelompok usia muda di Indonesia masih sedikit. Mengutip data Badan Pusat Statistik tahun 2013, jumlah petani pada kelompok usia 25-35 tahun sebesar 3,1 juta orang. Jumlah petani terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun, yaitu 7,3 juta orang.
”Regenerasi petani merupakan persoalan serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi HKTI. Kami harap para pemuda dapat melampiaskan kreativitasnya di bidang pertanian,” ujar Bambang.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang juga hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut menilai, saat ini petani didominasi oleh masyarakat berusia lanjut. Padahal, pertanian adalah sektor utama yang menopang ketahanan pangan di Indonesia.
”Mungkin nanti Pemuda Tani HKTI bisa membuat program desa percontohan yang di desa itu pemudanya sukses mengembangkan pertanian. Misalnya, di Garut (Jawa Barat) itu ada pemuda yang sukses mengembangkan pertanian dan bahkan bisa mengintegrasikannya dengan ternak ikan. Para pemuda nantinya bisa dikirim ke sana untuk bertukar informasi dan wawasan,” tutur Imam.