5 Hari Jelang Kompas Lintas Sumbawa 320K: Lari dan Festival
Oleh
BUDIMAN TANUREDJO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lima hari menjelang start Kompas Lintas Sumbawa 320 kilometer, pelari ultramarathon Gatot Sudariyono (56) membuktikan komitmennya tetap menulis catatan harian tentang dunia lari. Profesional yang sangat peduli pada isu pendidikan ini untuk kedua kali akan menjajal lintasan di Pulau Sumbawa.
Sebanyak 50 pelari akan mengikuti Kompas Lintas Sumbawa 320K yang diselenggarakan harian Kompas untuk keempat kalinya. Pelaksanaan pertama pada tahun 2014 bertepatan dengan peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Dari 50 pelari itu, terdiri dari 29 pelari individual yang akan berlari sendirian sejauh 320 km dengan cut off time 72 jam. Adapun untuk katagori relay diikuti 22 pasangan.
Gatot selain berlari juga akan berdonasi untuk Yayasan Jantung Indonesia. Berikut catatan harian Gatot yang dikirimkan kepada Kompas.id.
Kegiatan berlari jauh menjadi sangat populer dalam lima tahun ini di Indonesia. Sejak saya mengikuti Bali Marathon thn 2012 oleh MayBank (dh BII) telah bermunculan puluhan event road dan trail running.
Menyelenggarakan event lari jauh pada ghalibnya seperti menyelenggarakan festival. Di mana kita sebagai pelari berharap event tersebut dapat terselenggara setiap tahun. Di sini tantangan bagi penggagas dan pemilik event dan sekaligus event organizer-nya. Beberapa event lari karena satu dua hal hanya dapat terselenggara sekali atau dua kali. Karenanya event lari yang dapat hadir setiap tahun dengan bulan dan tanggal yang tetap akan mempunyai pengikutnya sendiri.
Lintas Sumbawa 320 K sebagai event ultramarathon yang tahun ini telah memasuki tahun ke-4 patut mendapat pujian tersendiri karena konsistensinya. Event yang digagas harian Kompas dalam rangka memperingati 200 tahun Letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa.
Lintas Sumbawa tidak hanya event lomba lari, tetapi juga selalu bersamaan dengan Festival Tambora di tempat finis di Doro Ncanga. Jadi, di sini dua festival berlangsung bersamaan. Dengan demikian, makna kuat yang ingin disampaikan adalah ”berlari tidak hanya sekadar berlari” , run not for the sake of running.
Festival selain diharapkan menjadi tradisi juga sekaligus menjadi jati diri sebuah negeri.
Dengan dipilihnya jarak berlari sejauh 320 km, saya mencatat bahwa pihak penyelenggara menginginkan Semangat Ultramarathon ke depan seyogianya menjadi jati diri putra-putri negeri ini untuk bekerja dan memenangi kompetisi. Festival Gunung Tambora menjadi penanda bahwa kita harus mengembangkan tradisi hidup di negeri dengan ratusan gunung berapi.
Dan inspirasi nyata-nya dapat kita lihat dari para juara yang telah dihasilkan Event Lintas Sumbawa dari awal. The Heroes of Lintas Sumbawa.
Semoga kiranya Kompas senantiasa berjaya dan dapat terus menyelenggarakan Lintas 320K di tahun-tahun mendatang dengan slot peserta yang makin banyak dan kualifikasi yang makin meningkat. Terima kasih kami juga kepada Pemerintah Provinsi NTB, Kabupaten Kota, dan masyarakat Pulau Sumbawa.
Kembali saya menyampaikan, saya berlari di Lintas Sumbawa 320K akan saya dedikasikan untuk Yayasan Jantung Indonesia (YJI) menggalang dana untuk operasi jantung bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Semoga sahabat berkenan berbagi untuk donasi di atas melalaui link di bawah ini: