Andalan Nasional Bidang Hubungan Luar Negeri Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Brata T Hardjosubroto, di Jakarta, Jumat (30/3), mengatakan, World Organization of Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Gerakan Pramuka Dunia untuk pertama kalinya melakukan kajian ilmiah terhadap anggota Pramuka Penggalang.
Kajian dilakukan di tiga benua di tiga negara, yakni Kenya, Inggris, dan Singapura, yang melibatkan responden 2.685 anggota Pramuka Penggalang berusia 14-17 tahun dan 936 remaja sebaya yang bukan anggota Pramuka sebagai pembanding.
Hasilnya, anggota Pramuka lebih banyak melakukan kegiatan fisik, lebih aktif sebagai warga negara, serta lebih tinggi dalam keterampilan hidup dan kesiapan bekerja. Selain itu, lebih bertanggung jawab dan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan yang bukan Pramuka.
Itulah analisis data statistik yang dilakukan SocStats, sebuah lembaga nirlaba di London, Inggris, yang berpengalaman mengolah data di bidang sosial. Organisasi Pramuka mengukur 14 aspek yang ditekuni dan dilatih oleh anggota Pramuka Penggalang berusia 14-17 tahun, dan hasilnya, anggota Pramuka memiliki skor yang lebih tinggi pada 13 aspek.
Anggota Penggalang juga dinilai lebih sadar akan pentingnya lingkungan hidup, lebih terampil dalam kepemimpinan, lebih terbiasa dalam kerja sama tim, dan lebih tinggi dalam inteligensi emosional dibandingkan dengan yang bukan Pramuka.
Toleran pada keberagaman
Dalam aspek lainnya, anggota Penggalang lebih peka terhadap dunia sekitarnya, juga lebih toleran terhadap keberagaman, dan lebih tinggi dalam rasa memiliki dan kebersamaan, lebih ulet dan tangguh, dan lebih mampu dalam memecahkan masalah.
Satu-satunya skor yang rendah pada anggota Penggalang, dan ini agak mengejutkan, adalah pada aspek agama dan kemampuan merefleksi diri sendiri, yang 2,2 persen lebih rendah dibandingkan dengan anak sebayanya yang bukan Pramuka. Bahkan, dalam survei, ada anggota Penggalang yang mengaku tidak beragama.
Skor ini diinterpretasikan bahwa bagi anggota Penggalang berusia 14-17 tahun, walaupun mereka beragama, itu bukanlah hal yang penting untuk dikedepankan. Juga refleksi diri belum menjadi hal penting karena pada usia tersebut mereka masih didukung orangtua dan keluarganya.
Sekretaris Jenderal WOSM Ahmad Alhendawi menyatakan kegembiraannya atas hasil survei itu. ”Ini untuk pertama kalinya kita memiliki data konkret dan ilmiah tentang manfaat kepramukaan,” kata Ahmad.
Menurut Ahmad, melalui riset-riset seperti ini, WOSM akan mampu membantu National Scout Organization atau Organisasi Pramuka Nasional di tingkat negara untuk mengembangkan pelatihan dan kegiatan kepramukaan yang bermutu sehingga mudah merekrut anggota baru dan mempertahankan anggota yang telah ada dalam rangka mencapai Visi WOSM 2023.
Riset tahap selanjutnya akan melibatkan lebih banyak responden di tiga negara di tiga benua, yakni Meksiko, Perancis, dan Arab Saudi.
Anggota Gerakan Pramuka Indonesia, menurut data tahun 2015, berjumlah lebih dari 21,8 juta orang. Tiap tahun diharapkan tumbuh terus sebanyak 0,05 persen.
Dalam rapat Komite Regional Pramuka Se-Asia Pasifik (Asia Pacific Regional Scout Committee) di Singapura, 21-22 Oktober 2017, target pertumbuhan anggota sebesar 3 persen di seluruh 29 organisasi nasional Pramuka (NSO/National Scout Organization) se-Regional Asia Pasifik. Pada 2015 ada sekitar 30 juta anggota Pramuka.
Berdasarkan data tersebut, berarti pada 2015 jumlah anggota Pramuka Indonesia setara 41,15 persen dari total populasi anggota Pramuka se-Regional Asia Pasifik. Pada 2023 angka tersebut akan naik menjadi 51,77 persen.