Pemda Mulai Alokasikan Anggaran Memperkuat Pendidikan Orang Rimba
Oleh
Irma Tambunan
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Dua kabupaten di Provinsi Jambi, Sarolangun dan Merangin, mengalokasikan sejumlah anggaran untuk mendukung pendidikan bagi komunitas Orang Rimba di ekosistem Bukit Duabelas. Bentuknya difokuskan pada peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik.
Pemerintah Kabupaten Merangin, misalnya, memberikan kendaraan roda dua dan insentif bagi para tenaga pengajar yang bersedia menjadi guru Rimba. Komunitas adat ini tersebar di pedalaman ekosistem Taman Nasional Bukit Duabelas. Jumlah guru yang mendapatkan bantuan motor sebanyak 16 orang. Mereka juga mendapatkan insentif bulanan.
Kusminarni, Penilik Sekolah Dinas Pendidikan Merangin mengatakan, bantuan motor itu untuk memudahkan mobilitas guru yang bertugas di sekitar hutan.
"Insentifnya sebesar Rp 750.000 sebulan,” katanya, Minggu (1/4/2018).
Pemberian kendaraan dan insentif diharapkan memicu semangat para guru yang bertugas di pedalaman itu.
Menurut dia, Dinas Pendidikan Merangin berupaya memperhatikan pendidikan bagi warga Suku Rimba. ”Mereka juga warga negara dan berhak mendapatkan pendidikan,” katanya.
Kepala Seksi Bina Pendidikan Suku Anak Dalam Kabupaten Sarolangun Jamaris mengatakan sangat mendukung pemberdayaan Orang Rimba di sana, khususnya terkait pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk pendidikan, tahun ini 10 guru honorer dikerahkan untuk mengajar anak-anak Rimba setempat.
Para guru tersebar di lima kecamatan, yakni Limun, Cermin Nan Gedang, Air Hitam, Batin VIII, dan Pauh. ”Guru-guru ini khusus menangani pendidikan anak Rimba yang jumlahnya cukup banyak di Kabupaten Sarolangun,” katanya.
Untuk tingkat sekolah dasar saja, jumlah siswa dari komunitas Rimba sekitar 350 orang.
Wakil Direktur KKI Warsi Adi Junedi mengatakan, terdata tiga kategori Orang Rimba di pedalaman Bukit Duabelas. Pertama yang masih hidup di dalam hutan. Kedua yang hidup di sepanjang Jalan Lintas Sumatera dan hanya menggantungkan hidup dari berburu. Yang ketiga adalah mereka yang hidup di perkebunan-perkebunan sawit.
”Dari ketiga itu, yang paling butuh perhatian sebenarnya yang hidup di sepanjang jalan lintas. Mereka sudah tidak memiliki lahan lagi sehingga sangat butuh perhatian,” ujarnya.
Ia melanjutkan, perlu ada sinergi para pihak dalam membangun kemandirian Orang Rimba, baik pemerintah maupun lembaga swadaya. Tujuannya untuk membangun kualitas pendidikan bagi komunitas adat setempat tanpa melenyapkan tradisi adat setempat.