Rencana penataan trotoar di Sudirman- Thamrin menuai apresiasi positif warga. Warga berharap trotoar menjadi lebih lebar dan nyaman, tanpa mengurangi keteduhan dan kerindangan pohon yang ada saat ini.
Oleh
Budiawan Sidik A
·3 menit baca
Harapan mempertahankan pohon di Sudirman-Thamrin ini sedikit meleset dengan adanya pemindahan dan penebangan pohon.
Pemprov DKI Jakarta meluncurkan rancangan trotoar sepanjang 7 kilometer di ruas Jalan Thamrin-Sudirman. Trotoar yang semula sekitar 6 meter akan menjadi 9-12 meter. Konsekuensinya, jalur lambat kendaraan dihilangkan dan dijadikan trotoar.
Sampai pada titik itu, konsep penataan dipercaya oleh hampir 70 persen responden jajak pendapat Kompas, akan menjadi trotoar yang lebar sekaligus nyaman. Trotoar akan berbatasan langsung dengan jalur hijau berisi pohon trembesi, mahoni, dan angsana yang rindang.
Namun ternyata konsep tak berhenti sampai disitu. Penataan juga menjadikan jalur hijau pemisah jalur lambat dengan jalur cepat ini sebagai badan jalan. Dampaknya, 541 pohon rindang dipindahkan ke RPTRA Kalijodo, Taman BMW, dan ruang terbuka Tipar Cakung. Sebanyak 101 pohon yang tidak layak atau rapuh ditebang.
Separuh lebih responden tidak sepakat dengan pemindahan dan penebangan pohon untuk penataan trotoar. Mayoritas responden (42,5 persen) tidak sepakat karena kondisi itu akan membuat udara di Jalan Sudirman-Thamrin semakin panas.
Mereka mengacu ke Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan. Sebelum proyek MRT, dari catatan Dinas Pertamanan DKI, ada sekitar 973 pohon di sepanjang jalan ini hingga Sudirman. Ratusan pohon di tepi dan median jalan itu menyejukkan Jakarta yang panas. Setelah pembangunan jalan layang MRT, pohon-pohon di median jalan ditebang.
Akibatnya, sisa pohon yang ada tidak efektif untuk mengurangi pancaran sinar matahari yang cukup terik.
Hal lain yang dikhawatirkan oleh 40,3 persen responden adalah berkurangnya penghijauan di Jakarta. Penebangan pohon berarti mengurangi luasan ruang terbuka hijau di Jakarta. Padahal persentase luasan RTH di Jakarta baru 9,98 persen dan belum memenuhi target RTH 30 persen dari luas wilayah. Berkurangnya penghijauan membuat berkurangnya resapan air seperti yang dicemaskan hampir 15 persen responden.
Ramah lingkungan
Sebenarnya, dalam setiap pembangunan proyek infrastruktur, tidak perlu mengorbankan lingkungan yang telah terbentuk alami. Jalur hijau dan deretan pepohonan telah terbentuk ekosistem alami. Organisme dalam ekosistem seperti burung, cacing, mikroba, atau bahkan manusia saling bergantung satu sama lain. Jika ditebang atau dipindah, rantai makanan yang sudah terbentuk bertahun-tahun, lambat laun akan rusak.
Pemindahan atau penebangan pohon hanya merupakan langkah praktis, cepat, dan murah untuk memuluskan suatu proyek infrastruktur.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menawarkan banyak cara untuk mempertahankan jalur hijau dan pepohonan, bersamaan dengan proyek penataan trotoar.
Seperti yang disebutkan ahli lanskap Nirwono Joga, disign jalan dan trotoar konsep baru tersebut seharusnya mengikuti dan mempertahankan pepohonan yang ada. Selain itu, juga menambah lebih banyak lagi pohon besar yang kuat sebagai peneduh jalan (Kompas, 9/3).
Pemikiran ini sejalan dengan pendapat 57 persen warga ibu kota yang cenderung mempertahankan pohon di lokasi yang sama. Jika kondisi pohon sudah tua atau rapuh, cukup ditumbangkan dan diganti pohon baru di posisi semula. Dengan kata lain, proyek penataan trotoar menyesuaikan dengan pepohonan dan tanaman saat ini.
Namun, konsep pembangunan infrastruktur yang mempertahankan kelestarian jalur hijau hampir tak pernah dilakukan.
Pembangunan bus transjakarta Koridor 11 pun memindah 512 pohon dan menebang 660 pohon di Kampung Sumur, Klender dan kolong jalan layang Pulogebang pada Oktober 2011.
Pembangunan Tol Becakayu, Bekasi juga tak luput dari penebangan 917 pohon yang akhirnya diganti dengan penanaman 7.017 pohon di Jalan Kalimalang.
Pada lokasi itu, cukup terasa perubahan suasana lingkungan. Konstruksi beton lebih menonjol dibandingkan keteduhan pepohonan. Secara tak langsung, kondisi ini menyurutkan niat seseorang berjalan kaki menyusuri trotoar pada siang hari sehingga memilih menggunakan kendaraan pribadi.