Youry (25) memainkan nada-nada pada Partita Number 2 in D Minor karangan Johann Sebastian Bach di bawah rindangnya pepohonan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/4/2018) malam. Suara biolanya terdengar syahdu di tengah hiruk-pikuk keramaian Jakarta.
Selain Youry, beberapa orang lainnya berlatih gitar dan cello. Mereka merasakan Taman Suropati pada malam hari menjadi tempat untuk mencari keheningan di tengah sibuknya kehidupan kota Jakarta.
”Kami bebas berlatih kapan saja tanpa ada waktu yang membatasi,” ujar Youry. Sementara itu, Billy (27) dapat berlatih cello dengan bebas tanpa mengganggu lingkungan sekitar.
Menurut Billy, Taman Suropati layaknya sebuah oase di tengah padang gurun yang kering. Taman Suropati menjadi sebuah tempat yang menyegarkan di tengah gedung-gedung pencakar langit yang terkesan keras dan menjenuhkan.
Ia berharap, Jakarta memiliki lebih banyak ruang terbuka hijau (RTH) agar masyarakat dapat berkumpul dan mengekspresikan dirinya melalui seni. ”RTH dapat menjadi ruang belajar dan bersosialisasi,” ucap Billy sambil memainkan lagu ”Elegy” ciptaan Gabriel Faure.
Keberadaan RTH juga menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi bagi sejumlah pengendara yang melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Depok atau Tangerang pada sore hari. Kawasan Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, digunakan pengendara kendaraan bermotor untuk beristirahat dan menikmati keindahan panorama danau.
Iqbal (19) memilih beristirahat di Setu Babakan sebelum melanjutkan perjalanan ke Pamulang, Tangerang Selatan. Menurut Iqbal, Setu Babakan dapat menjadi tempat istirahat yang menyegarkan karena ada hamparan danau yang menyejukkan dan pepohonan yang rindang. Ia dapat menghirup udara segar setelah terjebak macet selama perjalanan di Jakarta.
Sementara itu, Andi (45) warga Bekasi, tertarik datang ke Setu Babakan untuk melepas penat bersama dengan anak dan istrinya. Ia dapat melihat pemandangan yang masih asri di tengah padatnya kota Jakarta.
Pengunjung dapat beristirahat di pinggir danau dengan ditemani kopi dan makanan ringan. Di sepanjang pinggir danau, terdapat beberapa warung yang menyediakan aneka makanan dan minuman.
Pada sore hari, pengunjung dimanjakan dengan keindahan langit senja yang menambah daya tarik panorama di Setu Babakan. Beberapa pengunjung juga memanfaatkan kawasan ini untuk memancing.
Akhir pekan
Jumlah pengunjung Taman Suropati dan Setu Babakan akan meningkat pada waktu akhir pekan. Akhyar (60), penjual air minum di Taman Suropati, menuturkan, pada malam Minggu, pengunjung yang datang jumlahnya dua kali lipat daripada hari biasa.
”Saya dapat menjual enam kardus isi 24 botol air mineral pada malam Minggu, sedangkan hari biasa hanya dapat menjual dua kardus,” ujar Akhyar.
Akan tetapi, penjualannya tersebut menurun dibandingkan tiga tahun lalu. Pada tiga tahun lalu, ia dapat menjual minuman hingga 10 kardus pada malam minggu.
Pada malam minggu, Taman Suropati dipenuhi muda-mudi yang berpacaran. Mereka dihibur oleh pertunjukan musik dari Komunitas Seni Taman Suropati. Pada Minggu pagi, Taman Suropati akan dipenuhi pengunjung yang berolahraga.
Sementara itu, Setu Babakan juga akan dipenuhi pengunjung pada Sabtu dan Minggu. Akan tetapi, kawasan ini hanya buka pukul 05.00 hingga 19.00.
Koordinator perparkiran kawasan Setu Babakan, Ali Parham, menuturkan, pada akhir pekan, setiap petugas parkir dapat memperoleh pemasukan hingga Rp 70.000, sedangkan pada hari biasa hanya memperoleh Rp 35.000 per orang.
Kawasan Setu Babakan memiliki daya tarik perkampungan budaya Betawi selain pemandangan danau yang indah. Pada Minggu siang hingga sore, ada pertunjukan lenong, keroncong betawi, tari topeng, marawis, dan pertunjukan khas Betawi lain yang dapat dinikmati pengunjung secara gratis.
Bahagia
Pengamat perkotaan dan pegiat penghijauan Jakarta, Nirwono Joga, mengatakan, keberadaan RTH dapat meningkatkan kebahagiaan penduduk yang tinggal di sekitarnya. ”RTH dapat membantu mengurangi tingkat stres seorang,” katanya.
Nirwono menuturkan, sebagian besar kota maju menjadikan RTH sebagai tolok ukur arah pembangunan. Oleh karena itu, kota-kota besar di Indonesia harus mulai berubah dalam membuat perencanaan pembangunan kota.
Ia menyayangkan keputusan pemerintah menebang pepohonan di beberapa ruas jalan Jakarta dan menggantinya dengan memperlebar trotoar sehingga terkesan tandus. Keputusan tersebut akan memperburuk situasi DKI Jakarta yang hanya memiliki RTH sekitar 9 persen dari luas wilayah keseluruhan.