JAKARTA, KOMPAS – Accorhotels, jaringan hotel dari Prancis yang sudah beroperasi di Indonesia selama 25 tahun menargetkan pembukaan 200 hotel hingga 2020. Pembangunan hotel diprioritaskan pada lokasi wisata andalan pemerintah untuk menarik minat wisatawan lokal.
Wakil Presiden Pengembangan dan Direktur Eksekutif Accorhotels untuk Indonesia dan Malaysia Rio Kondo di Jakarta, Rabu (4/4/2018), mengatakan, selama 25 tahun beroperasi di Indonesia, jaringan hotel dari Perancis ini sudah membangun 115 hotel.
Tahun ini, Accorhotels yang terdiri dari 25 merek, di antaranya Novotel, Mercure, Pullman, Fairmont, dan Ibis, akan membuka 15 hotel lagi.
“Kami menargetkan untuk membuka 200 hotel sampai tahun 2020,” kata Rio dalam jumpa pers perayaan ulang tahun ke25 Accorhotels di Indonesia di Jakarta.
Dalam acara itu, hadir pula Chief Operating Officer Accorhotels untuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura, Garth Simmons.
Hotel-hotel yang akan dibangun hingga 2020 diprioritaskan untuk dibangun di 10 lokasi pariwisata andalan pemerintah.
Adapun lokasi tersebut adalah Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur; Borobudur, Jawa Tengah; dan Tanjung Lesung, Banten. Sebanyak lima lokasi lainnya, yaitu Danau Toba, Sumatera Utara; Tanjung Kelayang, Kepulauan Bangka Belitung; Kepulauan Seribu, Jakarta; Morotai, Maluku; serta Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Hingga saat ini, Accorhotels sudah menandatangani pembangunan satu hotel di Labuan Bajo. Pembangunan di Mandalika, Tanjung Kelayang, sekitar Danau Toba, dan Candi Borobudur juga sudah direncanakan.
Simmons mengatakan, di Mandalika akan dibangun hotel Pullman dengan 251 kamar bergaya kontemporer dan dilengkapi ruang pertemuan berteknologi canggih. Targetnya, hotel itu dibuka pada 2021.
Di Labuan Bajo, Accorhotels berencana akan membangun hotel Mercure yang memiliki 200 kamar kemudian membukanya pada 2020. Kedua hotel itu, tambahnya, dibangun dengan fasilitas kelas dunia dan memiliki akses langsung ke pantai.
Menurut Rio, pembangunan di lokasi wisata menjadi prioritas karena wisatawan lokal merupakan konsumen utama Accorhotels. Dalam rentang waktu 10 -15 tahun terakhir, pasar domestik cenderung menguat.
Sebelumnya, kunjungan ke hotel lebih banyak dilakukan oleh wisatawan luar negeri, namun saat ini warga lokal justru mendominasi.
“Sebanyak 70 persen konsumen kami berasal dari dalam negeri. Wisatawan luar negeri hanya sekitar 30 persen,” ujar Rio.
Mereka juga menggemari hotel-hotel kelas menengah dan ekonomi. Oleh karena itu, merek yang lebih banyak dikembangkan di Indonesia adalah Novotel, Mercure, dan Ibis.
Selama 10 tahun ke belakang juga, pertumbuhan Accorhotels cukup tinggi. Rio mengatakan, bisnisnya selalu tumbuh sekitar 10 persen per tahun. “Tingkat hunian juga tidak pernah menurun,” kata Rio.
Simmons mengatakan, 115 hotel yang ada di Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Lombok. Jumlah hotel terbanyak terdapat di tiga provinsi, yaitu DKI Jakarta, 32 hotel; Jawa Tengah, 12 hotel; dan Bali, 21 hotel.
Pemberdayaan masyarakat
Menurut Simmons, untuk membangun bisnis yang berkelanjutan, Accorhotels berkomitmen untuk mengembangkan tenaga kerja dan memberdayakan masyarakat lokal.
Saat ini, Accorhotels memiliki 13.000 pegawai di seluruh Indonesia. Jaringan hotel ini juga memiliki beberapa program pemberdayaan masyarakat.
Sejak lima tahun lalu, kata Simmons, pihaknya bekerja sama dengan petani kopi di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, mengembangkan kopi gayo.
Perusahaan mendanai penanaman kopi serta membuka akses bagi para petani menjual kopinya ke hotel.
Adapun kopi yang dijual terbagi ke dalam dua jenis, yaitu kopi spesialti untuk hotel mewah dan kopi kemasan untuk hotel kelas menengah dan ekonomi.
Perusahaan juga bekerja sama dengan para petani di Bali Barat Laut untuk menanami kembali daerah-daerah ekosistemnya terganggu karena budidaya ikan dan garam. Seperti menanam mangrove dan tanaman pesisir lainnya.