JAKARTA, KOMPAS-- Peliknya permasalahan Sekolah Menengah Kejuran atau saat ini adalah akibat dari tumpukan persoalan yang sekian lama tak diatasi. persoalan itu mencakup krisis guru produktif, kelambanan memutakhirkan kurikulum, dan minimnya laboratorium memadai. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK hendaknya dioptimalkan sebagai acuan pengelolaan SMK.
Guru Besar Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan yang dihubungi dari Jakarta pada hari Selasa (3/4/2018) mengatakan, kurikulum SMK bisa memiliki dua orientasi. Pertama, mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang erat berhubungan dengan kebutuhan di dunia usaha dan industri.
Orientasi kedua ialah kepada kewirausahaan. "SMK-SMK berukuran kecil yang kesulitan berhubungan dengan dunia usaha dan industri bisa fokus mendidik siswa berwirausaha," ujar Hamid.
Menurut dia, SMK kecil tidak perlu membuat kurikulum yang sama dengan SMK negeri dan swasta yang besar. Justru, fokus kepada wirausaha kecil yang memiliki potensi untuk berkembang lebih baik. Siswa dididik agar mampu mencari modal dan mengembangkan usaha.
Terhadap SMK-SMK kecil yang kewalahan mengelola pendidikannya, Hamid menyarankan merger sebagai salah satu pilihan. Hanya saja, ini tidak serta-merta menyelesaikan persoalan pemenuhan SKKNI. "Setiap pengajar berhak mendapat pelatihan dan peningkatan kompetensi," ujarnya. Kewajiban konstitusional pemerintah ialah menyediakan pelatihan tersebut.
Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan M Bakrun mengatakan, setiap wilayah harus melakukan pemetaan kebutuhan SMK. Dengan demikian, kerja sama dengan dunia industri dan usaha menjadi lebih terarah.
Data Kemdikbud 2017 menunjukkan, terdapat 13.552 SMK yang terdiri dari 3.468 sekolah negeri dan 10.084 swasta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, lulusan SMK merupakan penyumbang penganggur tertinggi, yakni 11,4 persen. Keluhan yang sering diutarakan dunia usaha dan industri adalah rendahnya keterampilan lulusan SMK.
Manfaatkan alumni
Salah satu SMK yang memaksimalkan keterampilan siswanya adalah SMKN 18 Jakarta. Sekolah ini mengasuh tiga jurusan, yaitu Akuntansi, Administasi Perkantoran, serta Pemasaran dan Bisnis Daring. "Alumni merupakan salah satu sumber informasi tentang perkembangan kebutuhan keterampilan di dunia usaha," tutur Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Khadariyah.
Pihak sekolah memiliki data seluruh alumni, mulai dari yang bekerja di perusahaan yang memiliki nota kerja sama dengan SMKN 18 Jakarta hingga yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Berdasarkan informasi dari alumni, guru-guru produktif berembuk membuat rencana pembelajaran yang mengandung materi terkini. "Misalnya jurusan Akuntansi dulu hanya mengandalkan materi Microsoft Excel. Sekarang, siswa harus menguasai program Curate, Zahir, dan beberapa aplikasi khusus perusahaan tertentu," ujar Khadariyah.
Alumni juga sering diundang untuk menjadi guru tamu guna memotivasi siswa. Selain itu, sekolah juga mengundang para profesional dunia industri dan usaha untuk berbagi ilmu terbaru.
Menurut Khadariyah, 50 persen alumni terserap di dunia usaha dan industri. Sisanya berwirausaha dan melanjutkan pendidikan. "Kami meminta siswa menargetkan lulus seleksi perguruan tinggi negeri. Minimal perguruan tinggi swasta yang berakreditasi B," katanya. (DNE)