Setelah 15 jam berlari, para peserta Lomba Lintas Sumbawa 2018 menunjukkan sejumlah kejutan. Salah satunya, ketertinggalan juara bertahan Matheos Berhitu (45) dari pelari debutan ultra 320 kilometer, Oktavianus Quaasalmy (34).
Hingga Kamis (5/4/2018) pukul 07.15, pelari terdepan, yakni Oktavianus, sedikit lagi menghampiri kilometer 120 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sementara Matheos baru memasuki kilometer 110 pada pukul 06.55. Ia bahkan di bawah Hendra Siswanto yang masuk hampir 30 menit lebih awal.
Setelah check point pertama di kilometer 40, Matheos juga disalip Oktavianus. Sebelumnya, Matheos sempat singgah untuk buang air.
Ada apa dengan Matheos yang dua tahun lalu berhasil mencapai finis setelah berlari 320 kilometer? ”Terlalu cepat untuk menentukan pemenang pelari. Masih banyak kemungkinan posisi pelari berubah,” ujar Direktur Lomba Lexi Rohi.
Apalagi, lomba kali ini yang dimulai di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, didera berbagai ujian. Di kilometer 4, pelari harus melintasi genangan banjir setinggi 30 sentimeter. Banjir ini tidak hanya memperlambat laju pelari, tetapi juga membuat kaki mereka kapalan bahkan lecet.
Lexi mengatakan, masing-masing pelari punya strategi untuk mengatur lajunya hingga ke titik finis di kaki Gunung Tambora, tepatnya Doro Ncanga, Kabupaten Dompu, NTB, pada Sabtu (7/4) nanti. Sebanyak 47 pelari harus menempuh waktu paling lama 72 jam. Lebih dari itu, peserta dinyatakan did not finish (DNF).
Hingga Kamis pagi, dua peserta, yakni Haenri Sudarendro dan Eko Ryzananto, dipastikan DNF. Haenri yang berlomba di kategori relay memutuskan DNF karena mag pada 01.00, sementara Eko cedera pukul 04.00.
Bagaimana dengan Matheos? Sebelum lomba, ia menargetkan menempuh waktu di bawah 60 jam sepanjang 320 kilometer. Setiap hari dalam tiga bulan terakhir, ia berlari 5 sampai 12 jam, siang dan malam.
Ia juga menargetkan, di kilometer 160, kakinya telah bekerja keras selama 24 jam. Bahkan, pelari asal Ambon, Maluku, ini tidak ingin istirahat lama. ”Istirahat saya hanya jalan, bukan duduk,” ucapnya.
Saya ingin lari konstan, tetap. Nanti baru tancap gas di akhir.
Bagaimana dengan ritme larinya? ”Saya ingin lari konstan, tetap. Nanti baru tancap gas di akhir,” ujar sopir angkot ini.
Upaya kerasnya itu selain untuk memecahkan rekor juga untuk mewaspadai pendatang baru seperti Oktavianus. ”Kemarin, dia juara di perlombaan lari Maret lalu di kategori 60 kilometer. Saya juara di kategori 120 kilometer,” ujar Matheos.
Adapun Oktavianus mengaku tidak ada persiapan khusus. Ia hanya ingin mencoba lari 320 kilometer dan mencapai finis. ”Coba-coba saja,” ucap Oktavianus yang tahun lalu menempuh kategori relay 160 kilometer di Lintas Sumbawa.
Hari ini, para pelari masih unjuk kekuatan sekaligus strategi. Berbeda dengan sore kemarin yang diguyur hujan, saat ini terik matahari mulai terasa. Pengalaman sebelumnya, suhu di Lintas Sumbawa bisa mencapai 40 derajat celsius.
Apakah Matheos mampu mengejar Oktavianus atau malah semakin tertinggal di tengah ”sangarnya” Lintas Sumbawa? Waktu akan menjawab.