Di mata sejumlah orang, tempe lekat dengan citra pembuatannya yang jorok. Sebanyak sembilan ibu-ibu di Desa Geneng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berupaya mengangkat harkat tempe sebagai makanan berkelas.
Mengenakan sarung tangan berbahan plastik dan masker, Kamis (5/4/2018), Enyk (51), warga Desa Geneng, secara telaten mencampur kedelai dengan ragi di sebuah ruangan seluas 42 meter persegi. Selang lima menit kemudian, ia menata sejumlah kedelai yang sebelumnya telah dicampur ragi pada sebuah rak untuk proses fermentasi.
Di ruangan sebelahnya, dua wanita lain disibukkan dengan proses perebusan dalam air mendidih dengan suhu 100 derajat celsius. Proses tersebut dilaksanakan agar kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah lepas.
Seluruh kegiatan tersebut berlangsung di Rumah Tempe Srikandi Geneng yang terletak di Kantor Desa Geneng. Ketua Rumah Tempe Srikandi Selly Marfiana menuturkan, sudah setahun kegiatan produksi tempe berlangsung di lokasi tersebut, sejak April 2017.
Rumah Tempe Srikandi Geneng terdiri atas sembilan ibu-ibu warga Desa Geneng yang sehari-hari mengolah kedelai menjadi tempe. Proses pengolahan dimulai dari penyiapan bahan baku, pemisahan kedelai kering dari bebatuan atau ranting, pencucian, perendaman, perebusan, pemisahan kulit kedelai, pencucian, penirisan kedelai, peragian, pengemasan, hingga proses fermentasi.
”Seluruh proses yang kami lakukan diupayakan sehigienis mungkin. Tidak ada proses menginjak-injak kedelai karena kami sudah menggunakan mesin,” ujar Selly.
Selain wajib mengenakan sarung tangan dan plastik, seluruh pekerja diharuskan mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Sebuah poster berisi tujuh langkah mencuci tangan bahkan terpampang di salah satu sudut Rumah Tempe Srikandi Geneng.
Setiap hari, mereka mampu memproduksi sekitar 20 kilogram tempe atau setara dengan 120 kemasan tempe berukuran panjang 22 sentimeter dan lebar 12 sentimeter. Tempe tersebut diberi merek Tempe Echo Sari. Setiap kemasan dibanderol Rp 3.000.
Berdayakan warga
Selly mengatakan, Rumah Tempe Srikandi Geneng didirikan atas bantuan PT Sarihusada Generasi Mahardika, perusahaan yang memproduksi berbagai produk nutrisi untuk ibu hamil dan menyusui serta anak. PT Sarihusada terus memberikan pendampingan dari awal pendirian, pelatihan warga, hingga proses pemasaran.
Berdirinya Rumah Tempe Srikandi Geneng berdampak positif bagi warga Desa Geneng. ”Ibu rumah tangga di Desa Geneng kini ada kegiatan tambahan yang bisa menghasilkan pendapatan,” ucap Selly.
Tiga pekerja diminta melakukan pengolahan kedelai menjadi tempe selama satu pekan. Sif kerja di Rumah Tempe Srikandi Geneng digilir setiap pekan. Dalam sehari, setiap orang yang bekerja saat giliran sif bisa membawa pulang hingga Rp 40.000 per hari.
Enyk menyebutkan, keberadaan Rumah Tempe Srikandi Geneng memberikan aktivitas tambahan di luar pekerjaannya sebagai pengajar di salah satu PAUD di desa tersebut. Sehari-hari, ia mengajar pukul 08.00-10.00 dan langsung mengolah kedelai hingga pukul 16.00 saat kebagian sif kerja.
”Saya jadi tidak stres karena ada kegiatan yang memberikan tambahan uang,” katanya.
Dari segi penjualan, Selly mengatakan, mereka baru menjangkau penduduk di Kabupaten Klaten. Promosi produknya mulai dilakukan lewat media sosial guna menarik calon pembeli mengunjungi Rumah Tempe Srikandi Geneng.
Untuk menambah daya tarik, pihaknya berkolaborasi dengan anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam mengolah tempe menjadi produk lain. Produk Tempe Echo Sari diolah oleh ibu-ibu PKK menjadi beberapa makanan, seperti keripik tempe, donat tempe, dan risoles isi tempe.
Kepala Desa Geneng Agung Saputro menuturkan, ruangan yang dipakai Rumah Tempe Srikandi Geneng awalnya berfungsi untuk menunjang kegiatan ibu-ibu PKK. Setelah berjalan selama setahun, dia berharap program tersebut bisa terus dikembangkan hingga akhirnya Desa Geneng menjadi sentra tempe.
”Ini waktunya mengubah pandangan masyarakat bahwa tempe bukan makanan ndeso,” ujarnya.
Public Affairs & Internal Communication Manager PT Sarihusada Endah Prasetioningtias mengatakan, Rumah Tempe Srikandi Geneng mendukung program pembangunan masyarakat yang dinamakan ”Tempe untuk Rakyat”. Ini merupakan program pembangunan mikro desa berbasis peningkatan potensi pangan lokal di wilayah pabrik PT Sarihusada.
Dalam perjalanannya, program tersebut mengikutsertakan sejumlah pihak, seperti Forum Tempe Indonesia, Pemerintah Desa Geneng, dan PKK Desa Geneng. ”Kami mengangkat tempe sebagai makanan sehat yang harus dipertahankan ketahanan pangannya,” ujar Endah.