SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, meluncurkan bus Suroboyo yang menggunakan pembayaran sampah plastik, Sabtu (7/4/2018). Langkah ini ditempuh untuk mengelola sampah plastik sekaligus volume kepadatan di jalan raya.
Peluncuran bus Suroboyo dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di halaman Gedung Siola, Jalan Tunjungan. Hadir dalam peluncuran ini Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Rudi Setiawan dan Komandan Korem 084/ Bhaskara Jaya Kolonel Kav M Zulkifli.
Surabaya menjadi kota pertama di Indonesia yang menerapkan penggunaan sampah plastik sebagai alat pembayaran transportasi umum. Cara yang sama digunakan di Beijing, China, sejak 2014 untuk mengurangi volume sampah plastik dengan menggunakan sampah botol plastik sebagai pembayaran kereta bawah tanah.
Saat diluncurkan, tiga bus yang disediakan berjalan berkeliling Kota Surabaya. Tamu undangan yang hadir, sejumlah kepala dinas, serta awak media diberi kesempatan untuk menjajal bus ini.
Bus berwarna merah yang diproduksi pabrikan asal Jerman, Mercedes-Benz, ini memiliki panjang 12 meter dan lebar 2,4 meter. Ketinggian bus bisa diatur untuk mengakomodasi keluar-masuk penumpang difabel dan ketinggian halte yang tidak seragam.
Bus seharga Rp 2,4 miliar per unit yang dibeli dari dana APBD ini memiliki kapasitas penumpang sebanyak 67 orang, terdiri dari 41 kursi dan 26 area berdiri. Terdapat kursi prioritas untuk penyandang difabel, warga lansia, dan ibu hamil. Selain itu, area penumpang perempuan terpisah dengan area penumpang umum.
Ada layar penunjuk lokasi bus yang memudahkan penumpang untuk mengetahui lokasi pemberhentian halte selanjutnya. Saat berhenti di halte, ada pengumuman menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa dialek Surabaya.
Untuk sektor keamanan, bus ini dilengkapi 12 kamera pemantau (CCTV) di bagian dalam dan 3 kamera CCTV di bagian luar. Kamera CCTV ini terhubung dengan Command Center 112 sehingga bisa mengantisipasi adanya tindak kejahatan di dalam bus.
”Transportasi massal harus dibuat nyaman dan aman agar bisa mengubah perilaku masyarakat yang terbiasa menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum,” kata Risma.
Transportasi massal harus dibuat nyaman dan aman agar bisa mengubah perilaku masyarakat yang terbiasa menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum.
Selain untuk mengurangi kepadatan, lanjut Risma, bus ini juga digunakan sebagai salah satu usaha untuk mengurangi sampah plastik. Sebab, sampah plastik termasuk sampah yang sulit terurai meskipun sudah ditimbun lebih dari 100 tahun. Oleh sebab itu, pembayaran di bus Suroboyo hanya bisa dilakukan dengan sampah plastik dan tidak menerima pembayaran menggunakan uang.
Untuk saat ini, penumpang bisa menukarkan sampah plastik berupa botol air mineral. Untuk sekali perjalanan selama dua jam, diperlukan sampah plastik sebanyak 10 gelas air kemasan, atau 5 botol air mineral ukuran 600 mililiter, atau 3 botol air mineral ukuran 1,5 liter. Sampah yang terkumpul akan dijual kembali di bank sampah.
Sampah plastik yang dibawa penumpang bisa ditukarkan menjadi tiket kepada kader lingkungan yang berada di halte. Saat ini, ada 40 halte di sepanjang rute antara Terminal Purabaya dan Halte Rajawali.
Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyu Drajat mengatakan, ada delapan bus yang beroperasi dari pukul 06.00 hingga pukul 22.00. Adapun waktu tunggu antarbus berkisar 20 menit. ”Bus terhubung dengan Surabaya Intelligent Transportation System yang membuat lampu lalu lintas menyala hijau saat dilewati bus ini,” ucapnya.
Bus ini nantinya juga bisa dipantau melalui aplikasi Gobis yang dikembangkan Dinas Perhubungan Surabaya. Dalam aplikasi yang bisa diunduh di ponsel dengan sistem operasi Android ini, penumpang bisa melihat lokasi bus secara real time sehingga bisa memperkirakan waktu kedatangannya. ”Minggu depan sudah bisa mulai diunduh masyarakat umum,” kata Irvan.