Buah dari Kesabaran dan Ketangguhan Diri
Lintas Sumbawa 320K yang berlangsung sejak Rabu (4/4/2018), berakhir Sabtu (7/4) di Doro Ncanga di kaki Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Para jawara lomba lari ultra maraton terganas di Asia Tenggara itu membuktikan diri bahwa kesabaran, ketekunan, mental baja, dan ketangguhan diri mengantar mereka ke garis finis.
Pelari full ultra, William Binjai, bukan saja menempatkan diri sebagai pemenang pertama Lintas Sumbawa kategori full ultra maraton, tetapi juga memecahkan rekor Lintas Sumbawa dengan waktu 62 jam 26 menit 7 detik, yakni 2 menit lebih cepat daripada rekor yang sudah berusia empat tahun atas nama Alan Maulana.
Hasil yang diraih William tak lepas dari kesabarannya dalam melangkahkan kaki dari start hingga finis. Sejak lomba dimulai, pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, 25 April 1986, itu konsisten dengan kecepatan rata-rata pace 11 (11 menit/km).
Tak peduli lawannya melakukan sprint atau lari cepat di awal lomba, William fokus dengan dirinya dan menikmati alam sekitar. ”Saya ini pelari lambat, tidak bisa cepat. Saya tidak seperti teman-teman yang bisa sprint sejak awal lomba,” ujar anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
Strategi fokus pada diri sendiri terbukti ampuh. Para pelari yang menggeber kecepatan di awal lomba justru bertumbangan setelah melewati kilometer 160, setengah perjalanan lomba. Seperti dialami Oktavianus Quasalmy dan Matheos Berhitu. Sejak awal lomba, dua pelari ”veteran” itu bertarung sengit dengan pace 8-9.
Namun, setelah kilometer 160, Oktavianus mengalami gejala cedera parah. Puncaknya, di kilometer 170, pelari kelahiran Palembang itu terkena radang otot telapak kaki (plantar fasciitis) kiri. Setelah kilometer 170, juara 100K Lintas Sumbawa pada 2016 dan juara relay Lintas Sumbawa pada 2017 hanya bisa berjalan. Memasuki kilometer 200, ia tercecer ke urutan ketujuh.
Hal serupa dialami Matheos. Karena terlalu memforsir diri di awal lomba, fisik Matheos ”hancur” selepas kilometer 160. Di Km 220, pelari asal Ambon itu tak bisa lari lagi. Ia mengalami cedera pergelangan kaki kiri. Memasuki kilometer 290-300, juara full ultra putra Lintas Sumbawa 2016 dan 2017 itu tercecer ke urutan kelima.
Pada kilometer 308, ia memilih mundur dari lomba (do not finish/DNF). Padahal, batas waktu akhir lomba (cut of time/COT) 72 jam masih ada sekitar 5 jam. ”Saya sangat capai. Saya tak sanggup melanjutkan sisa lomba,” kata Matheos yang tampak jatuh mental sejak disalip Ari Iskandar di kilometer 290, di belakang William Binjai dan Maryanto.
Sementara itu, William yang sabar dan penuh percaya diri terus melaju ke garis depan. Ia mulai masuk tiga besar sejak kilometer 160. Di sana, ia berada di posisi kedua. Pada kilometer 240, ia mantap memimpin lomba.
William menjadi yang terdepan dengan catatan waktu 62 jam 26 menit 7 detik. Prestasi itu jauh lebih baik daripada catatan di Lintas Sumbawa 2016. Saat itu, ia finis melebihi COT 3 jam 30 menit.
Tangis Sri Wahyuni
Lintas Sumbawa kali ini menghadirkan banyak drama mengharukan. Semua pelari yang mencapai finis adalah mereka yang mendorong batas dirinya untuk menuntaskan misi. Berbagai kendala dialami peserta. Oktavianus mengalami cedera telapak kaki nyaris DNF, Lily Suryani sempat mengalami halusinasi dan gejala heat stroke, serta Sri Wahyuni nyaris menyerah menjelang garis finis.
Sri benar-benar kelelahan, terutama karena cuaca terik. Ia didera cedera dari telapak kaki, betis, lutut, sampai paha. Ia sempat terjatuh di sekitar kilometer 230. Diterapi berkali-kali dan makan obat tak meredakan rasa sakit. ”Pinggang seperti mau putus, terasa hingga ubun-ubun,” ujar pelari yang baru pertama kali tampil di Lintas Sumbawa.
Namun, berkat dukungan pasangan relay larinya, Kristine Sihotang, Sri berupaya melanjutkan lomba meski dengan berjalan pelan. Karena itu, ia yang tadinya memimpin, jadi tersusul Christine Gautama (pasangan relay Santih Gunawan) di kilometer 300-an. Berbeda dengan Sri, Christine yang lebih dari 100 km bareng Eni Rosita, berlari dengan nyaman dan riang.
Ditemani Kristine, Sri berupaya menghabiskan sisa jarak. Ia tiba di garis finis sebagai pemenang kedua relay putri dengan waktu 67 jam 55 menit. Tangis Sri meledak di pelukan Kristine.
”Ini lomba gila. Saya rasanya mau mati. Ini lomba pertama dan terakhir saya di sini. Saya kapok,” katanya berlinang air mata.
Christine yang ditemani Santih Gunawan masih bisa meloncat setiba di garis finis. Mereka menjadi pemenang pertama relay perempuan Lintas Sumbawa dengan waktu 67 jam 10 menit.
Secara keseluruhan, Lintas Sumbawa kali ini lebih cadas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini, antara lain, karena suhu udara teramat panas. Menurut alat pengukur suhu, Sabtu pukul 11.00-13.00 Wita, suhu Doro Ncanga 43-48 derajat celsius.
Hingga akhir lomba, dari 47 peserta yang terjun berlari, 20 peserta DNF. Mereka terdiri dari 16 pelari full ultra dan 4 pelari relay. ”Mataharinya gila. Wajah saya seperti terbakar,” ujar pemenang kedua full ultra putri, Lily Suryani. Lily sempat mengalami halusinasi akibat serangan panas dan kecapaian luar biasa pada 10 km terakhir.
Dominasi pendatang baru
Gelaran Lintas Sumbawa 320K tahun ini didominasi wajah-wajah baru sebagai pemenang. Paling tidak, di full ultra putra ada Ari Iskandar yang menjadi pemenang ketiga. Ini lomba perdana Ari di full ultra. Tahun lalu, ia turun di relay. Di full ultra putri, muncul Novita Wulandari sebagai pemenang ketiga. Novita juga baru pertama terjun di full ultra. Tahun lalu, ia di relay.
Semua pemenang relay putra- putri adalah wajah baru. Pemenang relay putra, di urutan pertama pasangan Mariadi-Yurika Chendy Rusianto, urutan kedua Hadi Mustofa-Ari Masrudi, dan urutan ketiga Riski Saputra-Mohammad Ali Ridho.
Urutan pertama pemenang relay putri adalah Santih Gunawan-Christine Gautama, urutan kedua Kristine Sihotang-Sri Wahyuni, dan urutan ketiga Sinta Wati-Siti Maimunah. ”Lomba ini sangat menantang dan seru. Saya pasti akan ikut lagi,” ujar Santih.
Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo menyatakan, Lintas Sumbawa semakin dikenal dan menarik minat warga berpartisipasi. Jumlah peserta lomba yang terdaftar paling banyak dibandingkan sebelumnya, 51 orang. ”Selain sukses dari sisi penyelenggaraan, lomba kali ini sukses dari prestasi. Terbukti, rekor full ultra terpecahkan tahun ini,” katanya.