Main hakim sendiri masih biasa dilakukan masyarakat negeri ini, bahkan di kota metropolitan sekaligus ibu kota Jakarta. Menyerahkan penanganan dugaan kasus kriminal kepada penegak hukum dan memercayakan proses itu berlangsung sepertinya masih sulit dilakukan oleh sejumlah orang, apa pun itu latar belakang suku, agama, ataupun rasnya.
Kasus terakhir di Cengkareng, Jakarta Barat, menunjukkan hal itu. Seorang pria tanpa identitas yang diduga mencuri kotak amal di sebuah tempat ibadah dihajar massa hingga kehilangan nyawa. Pada pria berusia sekitar 40 tahun itu didapati uang Rp 1,8 juta dibungkus tas keresek hitam yang diyakini berasal dari kotak amal dan Rp 800 di sakunya.
”Seandainya dia tidak dibawa ke luar dari masjid di depan keramaian warga, mungkin dia masih hidup dan masih punya peluang memperbaiki diri,” ujar Murtomo (57), marbot Masjid Jami Annur di Jalan Kapuk Raya, Gang Subur RT 015 RW 005, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (9/4/2018).
Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini tidak ingin menyalahkan siapa pun dalam peristiwa tragis, Sabtu (7/4/2018) pagi itu. ”Yang saya sesalkan, pria itu meninggal,” kata Murtomo.
Yang saya sesalkan, pria itu meninggal.
Ia menduga, pria itu mencuri uang dari kotak amal karena lapar sebab di saku celananya cuma ada uang Rp 800. ”Kata beberapa warga dia sudah sejak malam mondar-mandir di masjid,” kata Murtomo.
Mengutip penjelasan polisi, Murtomo mengatakan, jumlah uang yang dicuri dari kotak amal Rp 1,8 juta. ”Dia (terduga pelaku) masukkan ke tas keresek hitam, segitu,” ujarnya.
Menjelang kejadian, pria yang sudah tinggal di lingkungan RW 005 sejak 1977 itu sedang membersihkan sekolah yang berada di samping masjid. Mendengar suara gaduh, sekitar pukul 05.30, ia berjalan ke masjid. Di sana ia melihat rekannya, marbot Suryadi (35) memegang tangan pria tanpa identitas itu sambil memberi tahu warga bahwa pria tersebut telah kepergok mencuri kotak amal besar dari dalam masjid.
Perasaan Murtomo tak enak. Ia buru-buru pergi ke rumah pengurus masjid, Achmad Rofi, sekitar 100 meter dari masjid. Kepada Achmad, Murtomo mengusulkan agar si pencuri diserahkan ke polisi. Achmad sepakat. Ia dan Murtomo bergegas ke masjid. Sayang, ketika keduanya tiba, si pencuri kotak amal sudah terkapar. Tubuhnya kejang-kejang, mulutnya berdarah bercampur busa. Tak berapa lama, pria itu meninggal.
Hari Minggu (8/4/2018), polisi menetapkan lima tersangka pengeroyokan, yaitu MS, SP, AR, SY, dan AK. ”Dari 11 yang diperiksa, lima ditetapkan tersangka. Kasusnya dilimpahkan ke Polres Metro Jakarta Barat,” kata Kapolsek Cengkareng Komisaris Choiri, kemarin.
Choiri prihatin atas kasus yang justru kini membelit warga sendiri. ”Sedih,” katanya. Terbukti main hakim sendiri tak selesaikan masalah, justru menuai masalah baru yang jauh lebih besar.
Prihatin atas kasus yang justru kini membelit warga sendiri.