JAKARTA, KOMPAS — Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dan tahun depan sebesar 5,3 persen. Faktor utama penopangnya adalah pertumbuhan investasi dan konsumsi rumah tangga.
Kepala Perwakilan Bank Pembangunan Asia (ADB) Winfried Wicklein dalam konferensi pers Asian Development Outlook di Jakarta, Rabu (11/4/2018), mengatakan, penguatan investasi di Indonesia telah meningkatkan mutu pertumbuhan. Pengeluaran modal yang besar dari pemerintah di sektor infrastruktur ke depan akan mengurangi kesenjangan infrastruktur.
Laju investasi diperkirakan terus meningkat didorong sentimen bisnis yang positif, reformasi struktural, dan percepatan pembangunan proyek-proyek strategis. Adapun konsumsi rumah tangga, pertumbuhannya akan terbantu dengan inflasi yang terjaga rendah dan pengeluaran pemerintah.
”Inflasi tahun ini diperkirakan 3,8 persen. Hal ini akan turut mempertahankan pengeluaran rumah tangga dan pendapatan riil tahun ini dan tahun depan,” katanya.
Di sektor ekspor-impor, kata Wicklein, pada tahun ini diperkirakan melambat dan impor, terutama barsama modal, tetap kuat. Hal itu akan berdampak pada peningkatan defisit transaksi berjalan dari 1,7 persen pada 2017 menjadi 2,2 persen pada tahun ini.
Wakil Kepala Perwakilan ADB Sona Shresta menambahkan, tensi perdagangan global tahun ini diperkirakan semakin meningkat dipicu ketegangan Amerika Serikat (AS) dengan China.
Namun dampaknya ke Indonesia cukup kecil karena pertumbuhan permintaan akan didorong permintaan dari dalam negeri. ”Ketegangan AS-China ke depan diperkirakan semakin mereda karena kedua negara tersebut tengah bernegosiasi,” katanya.