Pertumbuhan Industri Otomotif Sokong Peningkatan Laba PT IKT
Oleh
DD01
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba PT Indonesia Kendaraan Terminal mencatatkan kenaikan 32,2 persen pada 2017. Kenaikan terjadi karena tingginya minat terhadap produk otomotif, baik di dalam maupun luar negeri. Perusahaan juga menaikkan tarif terminal sejak 2016.
Direktur Utama PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) Chiefy Adi Kusmargono di Jakarta, Rabu (11/4/2018), mengatakan, anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II itu merupakan satu-satunya penyedia jasa terminal khusus bagi kendaraan mobil, truk, bus, alat berat, dan suku cadangnya di pelabuhan atau dedicated car terminal di Indonesia.
Pada 2017, perusahaan meraih laba bersih sebesar Rp 130,1 miliar. Raihan tersebut naik 32,2 persen dari laba bersih 2017 sebesar Rp 98,4 miliar.
Menurut Chiefy, Indonesia memegang peran penting dalam industri otomotif dunia. Oleh karena itu, pengiriman dan kedatangan mobil di pelabuhan juga ramai. Hal itu berdampak besar pada perolehan laba perusahaan.
Berdasarkan data Konsultan Penelitian Bidang Maritim Inggris Drewry, produsen mobil tertinggi di dunia berasal dari kawasan Asia-Oseania, salah satunya Indonesia, dengan pertumbuhan produksi sebesar 8 persen dari 2016 ke 2017. Adapun produksi mobil pada 2017 yaitu 51,8 juta unit.
Produsen mobil tertinggi di dunia berasal dari kawasan Asia-Oseania, salah satunya Indonesia, dengan pertumbuhan produksi sebesar 8 persen dari 2016 ke 2017.
Dalam catatan Federasi Otomotif ASEAN (ASEAN Automotive Federastion), Indonesia merupakan produsen mobil tertinggi kedua di Asia Tenggara. Indonesia berada satu tingkat di bawah Thailand dan mengungguli Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Myanmar.
Di samping menjadi produsen, Indonesia juga merupakan pasar penjualan mobil terbesar di dunia. Berdasarkan data Automotive Intelligent and Data Industry, Indonesia merupakan pasar terbesar ke-17 di dunia dengan penjualan mobil sebanyak 1,04 juta unit pada 2017.
Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar tertinggi disusul Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, Brunei Darussalam, dan Myanmar.
Direktur Operasi dan Teknik IKT Indra Hidayat Sani mengatakan, kenaikan laba juga terjadi berkat kebijakan relaksasi tambang yang dilaksanakan pemerintah sejak 2017. Kebijakan tersebut mendorong semakin banyak perusahaan tambang luar negeri yang beraktivitas di Indonesia. Dengan begitu, semakin banyak pula alat berat yang mereka kirimkan.
Contohnya perusahaan tambang dari Australia yang rata-rata mengirim 25 alat berat per bulan. Sebelum kembali, alat berat tersebut harus dibersihkan karena Australia menerapkan disiplin tinggi terhadap kebersihan alat berat yang masuk dari luar negeri.
Sebelumnya, alat-alat berat itu harus dibawa ke Singapura untuk dibersihkan sebelum kembali ke Australia, tetapi saat ini IKT telah menyediakan layanan pembersihan.
”Kami menawarkan layanan pencucian dengan jaminan biosecurity, salah satunya menggunakan deterjen yang bisa langsung terurai dengan air,” kata Indra.
Selain itu, kata Indra, sejak 2016 perusahaan juga menaikkan tarif. Kenaikan itu baru pertama kali dilakukan sejak perusahaan didirikan pada 2012. Mulanya, tarif terminal adalah Rp 500.000 per unit selama tujuh hari kemudian naik menjadi Rp 700.000 per unit selama tujuh hari. Untuk alat berat, tarif dihitung berdasarkan dimensi alat berat.
Beberapa kondisi yang menguntungkan dan kebijakan menaikkan tarif, pendapatan IKT tumbuh 34,3 persen dari Rp 314,3 miliar pada 2016 menjadi Rp 422,1 miliar pada 2017.
Chiefy menjelaskan, dari seluruh pendapatan tersebut, 97 persen disumbang oleh bidang bisnis terminal penanganan (terminal handling). Sebanyak 3 persen sisanya merupakan pembagian dari terminal layanan (value added) dan pemindahan angkutan darat ke jalur laut sebagai bagian dari program tol laut yang digagas pemerintah.
Untuk meningkatkan laba di masa mendatang, selama lima tahun ke depan IKT akan menambah luas terminal dari 31 hektar menjadi 89 hektar. Dengan begitu, kapasitas kendaraan pun ingin ditingkatkan, dari 750.000 unit per tahun menjadi 2,5 juta unit per tahun.
”IKT juga berencana untuk memperluas jangkauan operasi hingga ke seluruh pelabuhan di Indonesia, di luar pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo II,” kata Chiefy. IKT telah menandatangani nota kesepahaman dengan beberapa pelabuhan, antara lain di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Pangkal Balam, Bangka.
Siap lepas saham
Berbekal kinerja perusahaan dan kondisi keuangan yang baik, IKT semakin percaya diri untuk melepas sahamnya ke publik melalui penjualan saham perdana (initial public offering/IPO).
Menurut Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia IKT Sugeng, total nilai aset IKT saat ini Rp 336 miliar. Laju pertumbuhan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) dari sisi pendapatan mencapai 30,7 persen dan dari sisi penghasilan neto, CAGR mencapai 37,8 persen.
”Jadi, jika dilihat secara keuangan, perusahaan kami cukup bagus bagi investor,” kata Sugeng.
Chiefy menjelaskan, saat ini IKT sudah melakukan registrasi tahap pertama di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sambil menunggu surat persetujuan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. ”Kami berharap akhir semester pertama 2018 sudah bisa dicatat di Bursa Efek Indonesia,” ujarnya.
Dia melanjutkan, jumlah saham yang akan dilepas paling banyak sebesar 30 persen. Dari 30 persen saham itu, IKT mengharapkan investasi dana Rp 1 triliun.
”Dalam penjualan saham ini, kami tidak hanya mengharapkan uang, tetapi juga mendapatkan mitra strategis yang mengerti anatomi bisnis IKT, misalnya produsen mobil atau perusahaan logistik,” ucap Chiefy.
Kemitraan dengan bidang usaha tersebut diyakini mampu mengembangkan usaha IKT dengan membentuk unit bisnis baru.