Kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek Berkurang Mulai Januari 2019
Oleh
DD06
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepadatan kendaraan bermotor di Tol Jakarta-Cikampek akan mulai terurai pada Januari 2019. Kemacetan berkurang karena telah selesainya konstruksi berat jalan layang tol.
Sebelumnya, sejak 30 Januari 2018, Tol Jakarta-Cikampek semakin padat. Hal itu disebabkan dimulainya tahap konstruksi alat berat pada pengerjaan jalan layang tol. Pengerjaan itu berlangsung pada 10 zona dengan panjang 38 kilometer di area tol, dari Cikunir hingga Karawang Barat.
Pemimpin Proyek PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Iwan Dewantoro mengatakan, pengerjaan berat proyek jalan layang baru akan berakhir pada Januari 2019. Untuk itu, kepadatan masih akan terjadi sampai awal tahun depan.
Konstruksi berat itu meliputi pemasangan box builder dan pengecoran slap lantai. Pengerjaan itu mengganggu lajur tol karena harus ada penutupan sebagian lajur tol. Pada saat bersamaan, kepadatan diperparah dengan transportasi bahan pengerjaan.
”Sampai saat ini masih berjalan dan akan terus dilakukan. Konstruksi berat pada 10 zona kerja, dari fondasi sampai cor kami lakukan secara paralel, sampai selesai Januari 2019,” ucap Iwan saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Menurut Iwan, kemacetan baru akan berkurang setelah Januari, setelah konstruksi berat. Hal itu karena pekerjaan selanjutnya hanya tinggal penyempurnaan. Pengerjaan itu tidak perlu mengganggu ruas jalan tol.
Per April 2018, realisasi proyek jalan layang Tol Jakarta-Cikampek sudah mencapai 28,938 persen. Kemajuan itu tercatat sekitar 7 persen dibandingkan saat Januari 2018 yang baru mencapai 21,793 persen.
Pihak JJC meyakini, jalan layang itu akan rampung pada Maret 2019. Sementara itu, operasi baru akan dilakukan pada April 2019 setelah uji coba kelaikan jalan layang. ”Kami tetap optimistis sesuai target awal. Sampai saat ini semua berjalan sesuai rencana,” kata Iwan.
Pihak JJC meyakini, jalan layang itu akan rampung pada Maret 2019. Sementara itu, operasi baru akan dilakukan pada April 2019 setelah uji coba kelaikan jalan layang.
Seusai operasi jalan layang tol, kepadatan di Tol Jakarta-Cikampek akan semakin terurai. Jasamarga menilai, kemacetan bisa berkurang sampai 40 persen. Kepadatan kendaraan akan terbagi melalui jalur bawah dan atas lewat jalan layang.
Iwan menambahkan, rasio antara volume kendaraan dan jalan (V/C) di Tol Jakarta-Cikampek akan menjadi 0,7. Rasio itu akan mengecil dibandingkan saat ini, 1,3. Adapun semakin kecil rasio, ruas jalan semakin tidak macet.
”Kalau rata-ratanya jalan tol 0,8, sedangkan rasio 1 itu sebenarnya kendaraan sudah berhenti, tidak bisa jalan. Tetapi, kadang pengendara memanfaatkan bahu jalan yang seharusnya tidak boleh dilalui,” ucap Iwan.
Apalagi, kemacetan itu akan semakin parah saat pagi dan sore. Pagi, yakni pukul 05.00-10.00, ketika waktu berangkat kerja dan sore sampai malam, pukul 17.00-22.00, ketika pulang kerja dan mulai keluarnya truk-truk logistik.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menuturkan, jalan layang tol memang bisa mengurai kemacetan. Namun, kemacetan yang teratasi bersifat sementara dan hanya pada titik tertentu.
Menurut Djoko, jalan layang tol hanya akan menyelesaikan permasalahan kemacetan di titik sepanjang 38 kilometer Tol Jakarta-Cikampek saja. Sementara itu, permasalahan utama kemacetan di Jakarta tidak akan terselesaikan.
Hal itu diakibatkan penggunaan kendaraan pribadi yang masih menjadi pilihan utama. Untuk itu, lanjut Djoko, perlu ada transformasi masyarakat agar menggunakan kendaraan umum.
”Seharusnya di setiap perumahan disediakan kendaraan umum, minimal bus. Sekarang ini tidak ada sama sekali. Masyarakat masih enggan menggunakan kendaraan umum karena akses dari rumah mereka masih sulit. Itu yang harus dibenahi,” tutur Djoko.