SEMARANG, KOMPAS – Proyek tol Semarang-Demak yang dibangun sekaligus sebagai tanggul laut pesisir utara Jawa Tengah, butuh kajian teknis mendalam. Tanpa perhitungan tepat, beban konstruksi jalan di atas lahan pesisir yang lunak dikhawatirkan justru menyebabkan infrastruktur ambles. Pemerintah perlu memerhatikan penurunan muka tanah pesisir utara Semarang.
Pakar hidrologi yang juga dosen Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, Nelwan, menyatakan, pemerintah harus melakukan kajian komprehensif atas proyek jalan tol sepanjang 25,26 kilometer yang akan berfungsi ganda sebagai tanggul laut di kawasan pesisir utara Semarang dan Demak tersebut. Kajian dibutuhkan mengingat tanah pesisir utara sangat lunak, mirip rawa.
”Kalau tanggul laut dibangun, sementara penurunan tanah di kawasan Kaligawe-Genuk dan Sayung (Demak) tidak diatasi lebih dulu, malah kawasan itu bisa jadi rawa, terus tergenang air,” ujar Nelwan, Rabu (11/4/2018), di Semarang.
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2016, penurunan muka tanah di Kota Semarang berkisar 7 sentimeter-10 sentimeter per tahun. Di beberapa lokasi, seperti kawasan Kota Lama dan sekitar Jalan Kaligawe, bisa mencapai 15 sentimeter per tahun.
Mahal
Menurut Nelwan, dari segi konstruksi, proyek jalan tol di atas lahan lunak memerlukan konstruksi memadai. Di antaranya menggunakan fondasi Caisson dengan teknologi suspension bridge yang biasa digunakan pada jembatan-jembatan gantung. Namun, biaya untuk fondasi semacam ini sangat mahal, bisa 10 kali lipat dibandingkan fondasi biasa.
Konsep tanggul laut dipilih agar infrastruktur dapat berfungsi ganda. Selain mengurai kemacetan di jalur nasional Semarang-Demak, jalan itu diharapkan mengantisipasi banjir dan rob atau limpasan air laut ke daratan.
Kepala Sub-Direktorat Jalan Bebas Hambatan Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hari Suko Setiono, dihubungi dari Semarang, mengatakan, tol Semarang-Demak dengan anggaran Rp 6,85 triliun masih dalam proses lelang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono mengatakan, jika yang berfungsi sebagai tanggul laut hanya sejauh 10 kilometer, akan ada kajian ulang terhadap upaya penanganan dan pengendalian banjir di kawasan Semarang dan Demak.