Asian Games Jadi Alasan Penerapan Ganjil-Genap di Tol
Oleh
DD14
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Uji coba penerapan skema pembatasan kendaraan pribadi dengan pelat nomor ganjil-genap di beberapa ruas tol di Jabodetabek tidak hanya didasari alasan semakin padatnya jalan tol. Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games Jakarta-Palembang 2018 yang akan dimulai pada Agustus nanti juga menjadi salah satu alasan pembatasan kendaraan pribadi.
Mulai hari Senin (16/4/2018) pukul 06.00-09.00, mekanisme pelat nomr ganjil-genap sesuai tanggal juga berlaku bagi kendaraan pribadi di ruas Tol Jagorawi dan Tangerang.
Untuk Tol Jagorawi, mekanisme ganjil-genap berlaku di Gerbang Tol (GT) Cibubur II. Adapun di Tol Jakarta-Tangerang berlaku di GT Tangerang II dan Kunciran II. Sebelumnya, sejak 12 Maret, skema tersebut lebih dahulu diuji coba di ruas Tol Jakarta-Cikampek, yaitu di GT Bekasi Timur dan Bekasi Barat.
Skema ganjil-genap berlaku pada hari Senin-Jumat, kecuali hari libur. Skema tersebut tidak berlaku untuk mobil pimpinan lembaga negara Indonesia, mobil pimpinan atau pejabat negara asing atau lembaga internasional, mobil angkutan umum (pelat kuning), mobil dinas pemerintah (pelat merah), ambulans, dan mobil pemadam kebakaran. Untuk ruas Tol Cikampek dan Tangerang, saat ganjil-genap kendaraan pengangkut barang golongan III-V juga dilarang melintas.
”Ada dua faktor yang menjadi dasar pemberlakuan ganjil-genap di Tol Jagorawi dan Tangerang. Pertama kesuksesan uji coba di Tol Cikampek. Kedua, untuk kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018,” tutur Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (13/4/2018).
Menurut Bambang, uji coba ganjil-genap kendaraan pribadi di ruas Tol Cikampek berhasil mengurangi rasio antara volume dan kapasitas kendaraan (VP ratio) secara siginifikan. Setelah pemberlakuan skema ganjil-genap, rasio itu menjadi 0,54. Sebelum uji coba ganjil-genap, rasionya 1,05. Rasio itu jika menyentuh angka satu menandakan padatnya jalan tol. Kecepatan kendaraan pun rata-rata meningkat 10 kilometer per jam setelah uji coba.
”Untuk Asian Games, panitia menginginkan waktu tempuh dari satu titik ke titik lain (venue Asian Games) paling lambat 30 menit. Sudah kami coba simulasi dan itu gagal semua, lebih dari 30 menit,” kata Bambang.
Bambang mengatakan, saat Asian Games 2018, rencananya skema ganjil-genap juga akan diterapkan di beberapa ruas jalan di Jabodetabek tidak hanya di jalan tol. Selain itu, penutupan gerbang tol saat keadaan tol macet pun akan dilakukan.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengatakan, untuk mekanisme skema ganjil-genap, Polri akan mengerahkan sekitar 10 petugas di setiap ruas jalan tol. Total dengan berlakunya uji coba ganjil-genap di tiga jalan tol terdapat sekitar 30 petugas yang akan berjaga.
”Tindakan hukumnya bagi yang ingin masuk gerbang tol tetapi pelat nomornya tidak sesuai dengan jadwal ganjil-genap akan kami minta putar balik. Belum ada tilang karena belum ada permenhubnya,” ujar Royke.
Menurut Bambang, permenhub yang mengatur skema ganjil-genap di jalan tol direncanakan terbit pada bulan Mei. Setelah itu, sanksi hukum kemungkinan akan diterapkan bagi pengendara kendaraan pribadi yang melanggar aturan.
Ihwal penyelenggaraan Asian Games 2018, Royke mengatakan, sejauh ini dari target maksimal 30 menit waktu tempuh antara satu venue ke venue lain masih tidak bisa dicapai. Saat ini rata-rata waktu tempuh yang diperlukan berkisar 1,5-2 jam.
Royke mengatakan, pihaknya akan menerjunkan 3.000 personel untuk mendukung kelancaran lalu lintas saat penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang.
”Salah satu wacana lainnya adalah anak sekolah (SD-SMA) harus libur. Kalau mereka libur, itu bisa mengurangi kemacetan hingga 40 persen,” tutur Royke.
Tidak naik
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, tarif tol di Jabodetabek tidak pantas untuk dinaikkan karena keadaannya yang sudah sangat padat. Terdapat beberapa indikator minimal yang harus dipenuhi pengelola jalan tol agar jalan tol sesuai dengan fungsinya, antara lain kecepatan minimal kendaraan.
Tulus menilai, skema ganjil-genap merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi jalan tol. ”Keuntungan konsumen harus meningkat dengan adanya mekanisme ganjil-genap,” ujarnya.
Meski begitu, skema ganjil-genap harus dipandang sebagai mekanisme yang sifatnya sementara. ”Di banyak negara, mekanisme ganjil-genap itu insidental, harus ada mekanisme permanen yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi kemacetan. Integrasi berbagai infrastruktur angkutan massal yang telah dibangun, seperti light rapid transit (LRT) dan mass rapid transportation (MRT), juga harus dilakukan,” kata Tulus.