PURWOKERTO, KOMPAS — Umat Gereja Paroki Santo Yosep, Purwokerto, Jawa Tengah, menggelar jalan sehat yang didahului dengan doa lintas agama dan kepercayaan dalam rangka perayaan ulang tahun ke-54 gereja tersebut, Minggu (15/4/2018). Seruan perdamaian dalam keberagaman diserukan dalam kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 500 orang dari masyarakat sekitar gereja dan umat paroki itu.
”Dalam hidup bermasyarakat ini yang paling penting adalah kita bisa memaknai apa itu perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan, kita justru jadi mengenal yang lain. Dengan tidak mengenal perbedaan, artinya kita tidak bisa mengenal kebersamaan sesungguhnya,” kata Banthe Parijhanavaro dari Padepokan Astha Bratha, Baturraden, Banyumas, yang turut hadir dalam perayaan ulang tahun Gereja Paroki Santo Yosep di Purwokerto, Minggu.
Dalam hidup bermasyarakat ini yang paling penting adalah kita bisa memaknai apa itu perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan, kita justru jadi mengenal yang lain.
Parijhanavaro mengatakan, dalam pandangan Buddhis terdapat konsep Sabbe Satta Bhavantu Sukhittata.
”Artinya, semoga semua makhluk hidup turut berbahagia. Makna itu harus diwujudkan dengan nyata. Ini wujud kebersamaan dan cinta yang universal. Ini salah satu bagian dari praktik nyata ajaran itu sendiri. Kalau kita hanya mengucapkan cinta kasih, tapi tidak ada perbuatan, rasanya sia-sia. Teori tanpa praktik itu akan menjadi sia-sia. Adapun praktik tanpa teori bisa jadi penyesatan,” paparnya.
Ketua Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Banyumas Putut Widjoseno juga menyampaikan hal serupa. ”Kita semua berbeda agama dan suku. Tapi, kalau kita saling menghargai, Indonesia ini akan bertahan,” kata Putut.
Kalau kita hanya mengucapkan cinta kasih, tapi tidak ada perbuatan, rasanya sia-sia. Teori tanpa praktik itu akan menjadi sia-sia. Adapun praktik tanpa teori bisa jadi penyesatan.
Sesepuh agama Hindu Kabupaten Banyumas, Made Sedana Yoga, menegaskan, dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, kebersamaan adalah hal yang paling utama. ”Kita bisa menemukan jati diri bangsa serta memperkuat NKRI,” ujar Made.
Ketua Panitia HUT Ke-54 Paroki Santo Yosep Purwokerto Dominikus Santoso menyampaikan, tema kebinekaan dipilih sebagai ekspresi serta sosialisasi pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.
”Melalui doa lintas iman, kami ingin menyosialisasikan serta mengekspresikan kebinekaan yang ada di masyarakat,” ujar Santoso.
Dalam doa lintas agama dan kepercayaan, hadir pula perwakilan dari agama Islam, Khonghucu, serta Pastor Agustinus Dwiyantoro yang memimpin doa secara Katolik. Doa-doa yang dipanjatkan oleh para pemuka agama itu antara lain memohon perdamaian bagi bangsa dan kesejahteraan bagi seluruh warga negara.
Jalan sehat dalam kegiatan itu menempuh jarak sekitar 4 kilometer melalui Jalan Kaliputih, Jalan Supriyadi, depan RS Sinar Kasih, Jalan Martadireja, dan kembali ke halaman Kelurahan Purwokerto Wetan yang menjadi tempat berlangsungnya acara. Selain dibagikan aneka hadiah, ada pula lomba mewarnai bagi anak-anak.
Para peserta jalan sehat juga dipersilakan menuliskan ”Pesan Damai dalam Persatuan dan Kebinekaan” pada selembar kain putih yang berukuran panjang 10 meter.
Beberapa pesan yang dituliskan antara lain ”Damai Selamanya”, ”Damai Itu Indah”, ”Mari kita bina sikap saling menghargai dalam pluralitas”, ”Beda itu indah lho...”, ”Jayalah Indonesia”, ”Berbeda warna tapi tetap satu Indonesia”, ”Tetap Semangat, Bersatu Kita Teguh!”, ”We are One”, dan ”Salam Damai”.