Suharso dan Latihan Evakuasi Tamu VVIP
Ita, Mahaputra, Billy, dan 36 teman lainnya dari remaja Saka Bahari Pramuka Bali senang dapat berpartisipasi latihan evakuasi bencana alam di Pantai Mengiat, Nusa Dua, Bali, Kamis (12/4/2018) mulai pagi hingga siang. Mereka juga bersukacita berkenalan dengan KRI dr Suharso. ”Suharso gagah, ya,” kata teman Pramuka sambil berkeliling di atas Suharso.
Butuh sekitar 20 menit para anggota Pramuka itu bertemu Suharso dari bibir Pantai Mengiat. Mereka menaiki kapal landing craft unit (LCU). Berlari bersama menuju kapal dari titik kumpul setelah sirine tanda pemberitahuan evakuasi adanya gempa besar dan potensi tsunami serta bahaya abu erupsi Gunung Agung dibunyikan.
Petugas evakuasi memberi aba-aba, berbaris, dan membagi para anggota Pramuka. Ya, anggota Pramuka ini mewakili tamu-tamu VVIP dan VIP pertemuan internasional Annual Meeting IMF-World Bank pada Oktober di kawasan Nusa Dua. Latihan ini merupakan Geladi Parsial Pengamanan dan Evakuasi Bencana untuk pertemuan internasional itu.
”Latihan, latihan, latihan... dan terus berlatih. Ini penting. Selain melatih dan mengedukasi kesiapsiagaan menghadapi bencana, Bali yang mewakili Indonesia semakin dipercaya dunia internasional siap mengamankan para tamu pada pertemuan IMF-WB mendatang,” kata Deputi I Bidang Penanggulangan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Widjaja bersama Komandan Satgas Evakuasi dan Pengamanan Bencana Alam Kolonel Laut Sawa pada latihan bersama.
Bagaimanapun latihan ini bagian dari permintaan panitia pelaksana pertemuan tersebut dari Amerika Serikat. Erupsi Gunung Agung, November tahun lalu, memberikan hikmah bagi Bali serta Indonesia betapa rencana operasi seluruh potensi bencana, termasuk teroris, itu penting dimiliki semua daerah. Pengalaman kepanikan warga dan wisatawan asing dan domestik semestinya tak ada lagi atau bisa diminalkan untuk ke depannya.
Karena itu, BNPB sebagai badan yang tengah menyiapkan rencana operasi ini mengapresiasi TNI AL menggelar geladi parsial ini. Geladi parsial merupakan kegiatan rutin yang dilakukan TNI AL.
Latihan untuk melatih kesiapan unsur-unsur satgas dalam pengamanan dan evakuasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam melalui jalur laut. ”Agar mendapatkan hasil yang optimal, perlu dilatihkan dari berbagai pihak terkait untuk bersama-sama dan bersinergi melaksanakan kerja sama dan saling mengisi kekurangan yang ada,” ujar Kolonel Laut Sawa.
Latihan untuk melatih kesiapan unsur-unsur satgas dalam pengamanan dan evakuasi untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam melalui jalur laut.
Bersama Pramuka, belasan media juga diajak bertemu dengan Suharso di laut lepas Nusa Dua. Berlari, masuk kapal LCU, memakai pelampung, menaiki tangga, memasuki pertemuan dengan Suharso. Seru dan menjadi tantangan TNI AL karena geladi ini disiapkan betul untuk menjamin keselamatan 2.400 tamu VVIP dan VIP. Namun, bukan berarti peserta lainnya dan masyarakat terabaikan. Kata Wisnu, ”Semua harus siap untuk selamat!”
Lalu, mengapa harus bertemu Suharso dalam latihan Kamis siang itu? Ya, karena Suharso adalah KRI dengan fasilitas terbaik rumah sakit terapung milik TNI AL. KRI dr Suharso-990 memiliki kapasitas muat sekitar 1.500 orang.
Kapal ini akan disiapkan selama pertemuan internasional pada Oktober itu. Ada empat KRI TNI AL serta beberapa sarana dan prasarana yang digunakan oleh satgas untuk melaksanakan latihan, antara lain kapal jenis bantu rumah sakit, yaitu KRI dr Suharso-990, Lanal Denpasar, landing craft unit (LCU), helikopter, sea rider, dan perahu karet.
Skenario bencana tersebut berdasarkan potensi tsunami di perairan selatan Bali setinggi 12 meter. Namun, ujar Wisnu, potensi ini berbeda dengan potensi di pantai utara Bali. Karena itu, penguatan laut untuk evakuasi bencana akan disusun hingga Gilimanuk. Pihaknya mempersiapkan jalur laut di antara jalur ke Gilimanuk sehingga kapal di jalur tersebut bisa membantu kelancaran langsung ke Pelabuhan Gilimanuk hingga ke Banyuwangi dan Surabaya.
Kolonel Sawa menambahkan panitia IMF-WB menargetkan jika terjadi bencana, waktu evakuasi sekitar 10 jam seluruh tamu VVIP dan VIP harus keluar dari kawasan Nusa Dua melalui laut.
Di lokasi latihan Kamis lalu tiga tempat pendaratan helikopter telah disiapkan dengan jarak tempuh sekitar 3 menit dari KRI dr Suharso-990, yaitu Helipad Paninsula yang tepat berada di bibir pantai, Lapangan Hotel St Regis yang berada 50 meter dari bibir pantai, serta Lapangan Lagoon yang berjarak 1 km dari bibir pantai. Adapun pantai yang disiapkan untuk menjemput personel adalah Pantai Mengiat.
Geladi yang berlangsung pada 11-13 April 2018 tersebut juga dilakukan sebagai bentuk partisipasi untuk Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun 2018 di mana Hari Kesiapsiagaan Bencana diinisiasi oleh BNPB untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana. Diharapkan kegiatan ini dapat menumbuhkan kerja sama di antara seluruh lapisan masyarakat karena penanggulangan bencana merupakan urusan bersama.
”Persiapan lain adalah menyiapkan rencana operasional dan evakuasi di kawasan Nusa Dua akses darat dan udara. Tak hanya untuk peserta, masyarakat juga penting diedukasi. Target Bali menjadi percontohan lengkapnya rencana operasional seluruh kebencanaan. Menurut rencana, latihan bersama geladi laut, udara, dan darat menjelang Oktober nanti,” kata Wisnu.
BNPB menargetkan partisipan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018 mencapai 25 juta orang dari seluruh Indonesia. Pada 26 April diharapkan dilaksanakan latihan penanggulangan bencana mandiri secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat. Khususnya di Bali, BNPB berharap adanya partisipasi aktif, mulai dari keluarga, wisatawan, perkantoran, perhotelan, hingga tempat-tempat publik lainnya, sebagai langkah menuju bangsa yang tangguh menghadapi bencana.
Karena itu, BNPB mengajak seluruh lapisan masyarakat Bali dan Indonesia bersama BPBD untuk dapat berpartisipasi aktif pada Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April 2018.
Sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018 tersebut telah dihadiri oleh lebih kurang 200 orang dari berbagai elemen masyarakat, kementerian/lembaga, unsur pemerintah daerah, jajaran TNI, Polri, kalangan dunia usaha, asosiasi perusahaan perjalanan wisata, asosiasi perhotelan, perguruan tinggi, organisasi/ LSM/NGO, dan media massa, serta unsur masyarakat lainnya.
Melalui kegiatan sosialisasi tersebut, BNPB meminta komitmen seluruh lapisan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam membangun kapasitasnya mengenai kesiapsiagaan bencana. Tanggal 26 April merupakan tanggal kelahiran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang telah mengubah paradigma mengenai perspektif kebencanaan dari responsif menjadi preventif.
Maka, bencana erupsi Gunung Agung tak melulu persoalan kesedihan dan musibah. Dari sisi kesiapsiagaan, bencana ini menjadi hikmah agar semua menyadari selamat menjadi penting. Selamat itu datang dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas. Siap untuk selamat!