TUBAN, KOMPAS — Pemicu ambruknya Jembatan Babat Widang, Selasa (17/4/2018) sekitar pukul 10.30, diduga karena kelebihan beban. Ambruknya Jembatan Babat Widang mengakibatkan tiga truk tercebur ke Sungai Bengawan Solo dan dua orang dilaporkan meninggal.
Jembatan yang ambruk ada di sisi barat yang dibangun tahun 1983 dan ada di bentang kedua. Selain diduga karena kelebihan beban, konstruksi jembatan dalam tahap pengecekan untuk perawatan. Bentang jembatan yang ambruk sepanjang 30 meter.
Pejabat Pembuat Komitmen Badan Pelaksana Jalan Nasional 8 Satuan Kerja Metropolis 2 Tugiman di lokasi kejadian mengatakan, runtuhnya jembatan itu tidak terduga. Penilik telah mengecek bentang kedua di sisi timur Februari lalu. Pada 2016 juga terjadi pengerasan baut.
Menurut Tugiman, usia jembatan sebenarnya bisa mencapai 50 tahun. Selama ini pihaknya melakukan perawatan rutin untuk mengisi groting (lantai jembatan yang retak dan pecah) dan mengecek join (celah sambungan antarbentang jembatan. ”Kami juga mengecek pengerasan baut dan mengganti yang lepas. Ambruknya ini tak terduga,” kata Tugiman.
Kepala Dinas Perhubungan Lamongan Ahmad Farikh menyatakan, pihaknya berkoordinasi dengan BPJN 8 menyelidiki penyebab ambruknya jembatan. Diduga kuat jembatan ambruk karena ada tiga kendaraan di bentang yang sama.
Akibat ambruknya jembatan, setidaknya 3 truk dan 1 motor Honda Revo tercebur.
Meski ada tiga truk yang tercebur ke Sungai Bengawan Solo, berapa total kendaraan yang ikut tercebur bersamaan ambruknya jembatan masih belum pasti. Namun, satu motor Honda L3455 DJ dan baru satu orang bernama Mukhlisin warga Benjeng, Kabupaten Gresik yang dievakuasi. Selain itu, ikut pula ditemukan SIM B1.
”Korban yang dibawa ke Puskesmas Widang meninggal. Kemungkinan pengendara motor juga tewas, tetapi belum ditemukan,” kata seorang polisi yang bertugas di lokasi, Brigadir Kepala Purnomo.