SIDOARJO,KOMPAS - Penyebab ambruknya jembatan cincin yang melintasi Sungai Bengawan Solo Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jatim, belum bisa dipastikan sebab memerlukan analisis oleh tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jembatan berusia 35 tahun itu ambruk tepat sebelum pekerjaan penggantian plat dan pengerasan baut direalisasikan.
Kepala BBPJN VIII Surabaya (Jawa Timur-Bali) I Ketut Darmawahana mengatakan perlu waktu dan proses untuk menganalisis penyebab ambruknya jembatan nasional di Widang. Namun tim analisis sudah mulai bekerja. Selain mencari penyebab ambruk, pihaknya juga akan segera memperbaiki jembatan yang rusak karena dampaknya yang besar di sektor transportasi maupun ekonomi.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ruas Tuban-Babat-Lamongan-Gresik Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Nasional Metropolitan II Surabaya Tugiman mengatakan, jembatan yang ambruk merupakan jembatan lama yang dibangun tahun 1980 an. Jembatan itu memiliki lima bentang rangka dan yang ambruk merupakan bentang ketiga.
Jembatan lama ini dilintasi kendaraan dari arah Surabaya menuju Tuban. Sedangkan kendaraan dari Tuban menuju sebaliknya melintas di jembatan cincin yang baru yang terletak sejajar. Meski berusia 35 tahun, jembatan ini laik dilalui kendaraan karena dipelihara secara rutin.
“Namun berapa persen kelaikan fungsi jembatan dan berapa besar kemampuannya menahan beban, itu yang akan dianalisis untuk mengetahui penyebab ambruknya,” ujar Tugiman.
Pemeliharaan yang dimaksud antara lain pengecekan kondisi fisik jembatan, pengerasan baut yakni metode pengencangan baut yang kendor dan perbaikan joint sambungan dari bentang satu ke bentang lain. Selain itu dilakukan penggantian plat rangka hingga penanganan karat pada material besi.
Tahun ini, BBPJN VIII Surabaya mengagendakan pemeliharaan jembatan berupa penggantian plat rangka dan pengerasan baut. Pekerjaan itu telah selesai ditenderkan dan dalam proses menentukan masa persiapan pelaksanaan. Namun, tidak sampai terlaksana, jembatan sudah ambruk.
Tugiman mengatakan Febuari lalu pihaknya menemukan terjadinya penurunan permukaan jembatan pada bentang kedua, sekitar 10 cm. Selain itu ada sejumlah baut yang patah karena goncangan dan beban yang berat. Namun temuan di lapangan itu langsung ditindaklanjuti sehingga tidak sampai terjadi runtuh dan bentang kedua bertahan hingga sekarang.
Sedangkan kondisi bentang ketiga tidak ada masalah. Dia mengaku terkejut sebab kejadian ambruknya bentang ketiga ini sangat tiba-tiba tanpa didahului adanya tanda-tanda kerusakan jembatan.