Pemerintah Kota Surabaya terus menggali potensi destinasi baru untuk mendongkrak angka kunjungan wisata ke kota ini setelah menghidupkan semua kampung lama dengan festival seperti Dolly Saiki Fest 2018 yang digelar 22 April hingga 9 Juni 2018, Mlaku-mlaku Neng Tunjungan yang hampir setiap bulan digelar, termasuk hampir 400 taman dengan memiliki tema masing-masing.
Kawasan Hutan Mangrove Wonorejo seluas 200 hektar dan Gunung Anyar juga terus ditambah fasilitasnya, termasuk air mancur menari setiap Sabtu di Jembatan Suroboyo, Kenjeran.
Surabaya juga akan memiliki Kebun Raya Mangrove yang luasnya hampir 1.000 hektar, yang menggabungkan Mangrove Information Center di Wonorejo dengan kawasan mangrove Gunung Anyar.
Kini, untuk memberikan kenyamanan bagi turis, baik domestik maupun mancanegara, Pemkot Surabaya tak hanya berjalan sendiri, tetapi juga menggandeng swasta serta instansi pemerintah, salah satunya dengan membangun kereta gantung di Kenjeran. Kali ini, destinasi tambahan bagi Surabaya dengan penduduk sekitar 3,5 juta jiwa ini berencana menggandeng Kodam V Brawijaya untuk mengembangkan dan menghidupkan Wisata Bungker atau Benteng Kedung Cowek atau disebut bekas gudang peluru Kedung Cowek.
Kunjungan turis ke Surabaya mengalami peningkatan selama 2017. Hingga akhir tahun lalu, jumlahnya mencapai 24 juta orang. Padahal, tahun sebelumnya hanya 19 juta orang. Dari jumlah 24 juta turis tersebut, sebanyak 9,6 juta orang merupakan wisatawan mancanegara. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 7,6 juta.
Agar penumpang kapal pesiar semakin betah berkeliling dan menikmati hijuanya di Surabaya, waktu sandar bisa menjadi 10-12 jam. Selama ini, waktu sandar kapal pesiar hanya 6 jam, dengan alasan minim destinasi.
Peningkatan turis mancanegara ini disebabkan beberapa faktor, antara lain semakin banyak kapal pesiar sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
”Agar penumpang kapal pesiar semakin betah berkeliling dan menikmati hijuanya di Surabaya, waktu sandar bisa menjadi 10-12 jam. Selama ini, waktu sandar kapal pesiar hanya 6 jam, dengan alasan minim destinasi,” tutur Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Setidaknya, ada sembilan benteng atau bungker di Kelurahan Kedung Cowek yang merupakan bekas peninggalan Belanda. Benteng itu masih terlihat kokoh dengan bangunan cor yang tebal. Lumut yang mulai menghitam juga menghiasi bangunan tersebut. Coretan tulisan yang dilakukan warga yang tidak bertanggung jawab juga banyak terlihat di benteng bersejarah itu.
Benteng di pinggir pantai itu selama ini kurang terawat karena tumbuh-tumbuhan menjalar seakan menyelimuti benteng itu. Bahkan, pohon-pohon yang menjulang tinggi juga tumbuh di kawasan itu sehingga daerah tersebut seperti hutan yang masih hijau. Namun, panorama laut dan indahnya Jembatan Suramadu masih terlihat jelas dari kawasan itu.
Memasuki beberapa benteng itu perlu hati-hati sebab beberapa ruangan sangat gelap gulita meskipun siang hari. Di beberapa ruangan juga ada kelelawar yang menghuni benteng tersebut. Beberapa ruangan benteng berbentuk lingkaran, segi empat, dan ada pula yang memanjang. Di ruangan itulah dulu sejumlah peluru TNI disimpan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Irvan Widyanto mengatakan, sebenarnya sebagian besar warga Surabaya sudah tahu bahwa di daerah Kedung Cowek ada benteng atau gudang penyimpanan peluru. Namun, dulu tidak bisa masuk ke benteng tersebut karena dijaga TNI sehingga tidak semua orang bisa memasuki benteng itu.
”Akan dibahas ulang dengan pemangku kebijakan, bagaimana teknis agar benteng bisa menjadi destinasi di kota ini,” ucapnya.
Irvan juga berencana membawa pemikiran itu di tingkat kota sehingga semua dinas bisa bersinergi menghidupkan destinasi tersebut. Ia juga akan berusaha menggandeng Kodam V Brawijaya selaku pemilik lahan di kawasan benteng-benteng itu.
”Sekarang tengah fokus untuk menggali potensi destinasi wisata baru di Surabaya. Jika sudah ada gambaran, akan dikoordinasikan untuk sama-sama membangun atau menghidupkannya,” ujar Irvan.
Irvan menambahkan, langkah awal untuk menghidupkan benteng di Kedung Cowek itu harus betul-betul ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan. Selanjutnya, kawasan tersebut harus dibersihkan dengan mengoordinasikan kepada semua pemangku kepentingan. Selanjutnya dilakukan pembenahan infrastruktur.
Benteng itu sangat layak dijadikan cagar budaya sekaligus destinasi. Jika ini direalisasikan, kemungkinan menjadi wisata bungker pertama di Indonesia dan akan menambah destinasi wisata baru di Surabaya. Dengan demikian, di pesisir Surabaya tidak hanya ada wisata pantai, tetapi juga wisata bungker atau benteng yang pemandangannya langsung ke laut lepas.
Memang, dari Jembatan Suroboyo dan Sentra Ikan Bulak di Kenjeran sangat menyenangkan memandang laut lepas. Dengan dijadikannya benteng Kebon Cowek menjadi tempat wisata, pilihan semakin banyak dan beragam.
Meskipun demikian, saat ini begitu memasuki wilayah Kota Surabaya yang seluas 350 hektar persegi, dari Bundaran Waru tidak hanya trotoar yang lebarnya 4-6 meter, jalan juga lebar dan sepanjang jalan terdapat ratusan taman yang indah dan hijau.