FUZHOU, KOMPAS -- Kontribusi China terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi semakin diperhitungkan dengan menjadi negara yang memiliki jumlah publikasi ilmiah tertinggi di dunia, menggeser dominasi Amerika Serikat. Perguruan tinggi di China juga semakin membuka diri terhadap mahasiswa internasional dengan menawarkan berbagai beasiswa.
Obsesi perguruan tinggi di China untuk menarik minat mahasiswa internasional itu terlihat di kampus-kampus yang dikunjungi 20 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti program pertukaran pelajar ke China mulai Sabtu (14/4/2018) hingga Jumat (20/4/2018).
"Program internasional baru kami buka dalam dua tahun terakhir, namun saat ini kami sudah memiliki 100 mahasiswa internasional. Kebanyakan dari Afrika, Arab, dan Bangladesh. Kami harap ke depan ada mahasiswa dari Indonesia," kata Zhang Jingfeng, Direktur Bagian Pertukaran dan Kerjasama Internasional Universitas Sanming, Rabu (18/4).
Ambisi untuk menarik minat mahasiswa internasional itu dilakukan dengan menawarkan sejumlah beasiswa untuk mahasiswa internasional. "Mahasiswa internasional di kampus kami rata-rata dari program beasiswa," kata Zhang.
Tawaran program internasional berikut beasiswanya juga disampaikan dari perguruan tinggi lain yang didatangi para peserta pertukaran mahasiswa dari Indonesia, yaitu Universitas Xiamen, Universitas Jimei, dan Universitas Minnan. Untuk menarik minat mahasiswa inetrnasional, rata-rata kampus di China juga membuka akses mahasiswanya terhadap dunia internet
"Kalau di kampus jangan khawatir, bisa akses internet, seperti google, termasuk juga sosial media seperti facebook, dan youtube.," kata Long Yuxi, Sekretaris Kerjasama Asing Universitas Xiamen.
Sedangkan untuk menarik mahasiswa dari negara-negara muslim, Pemerintah China juga mendorong kampus-kampus mereka menyediakan kantin halal.
"Di kampus kami ada dua kantin makanan halal. Selain untuk mahasiswa internasional, itu juga untuk memfasilitasi mahasiswa China dari etnis minoritas yang muslim," kata Zhang.
Aland Dharmawan, mahasiswa pascasarjana Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Xiamen dari Malang, Jawa Timur mengatakan, suasa belajar di kampusnya cukup kondusif. Biaya hidup juga relatif murah, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia.
Publikasi Ilmiah
Tak hanya menarik minat mahasiswa internasional, China saat ini juga gencar mendorong para staf perguruan tingginya berkontribusi menerbitkan paper-paper ilmiah, terutama di bidang sains dan teknologi. laporan dari United States National Science Foundation (NSF) tahun 2017, China saat ini sudah menjadi negara dengan produksi publikasi ilmiah tertinggi di dunia, menggeser posisi Amerika Serikat.
Menurut data ini, pada tahun 2016, China telah mempublikasikan lebih dari 426.000 paper ilmiah atau sekitar 18.6 persen dari total paper yang terindeks di Elsevier’s Scopus. Pada saat yang sama, Amerika Serikat mempublikasikan 409.000 paper ilmiah.
Sebelumnya, menurut laporan nature.com, pada tahun 2014 China masih menempati peringkat ketiga dalam hal publikasi ilmiah, di belakang Uni Eropa dan Amerika Serikat. Data NSF, pertumbuhan jumlah publikasi ilmiah di China dalam kurun 2001-2011 meningkat rata-rata 15 persen dan merukan yang terpesat di dunia.