DEMAK, KOMPAS – Sebulan menjelang Ramadhan, harga beras medium dan premium di sejumlah sentra pertanian di Jawa Tengah cenderung meningkat. Kondisi tersebut menyebabkan usaha-usaha penggilingan padi di daerah tersebut kewalahan. Mereka memilih tutup sementara ketimbang merugi.
Harga beras medium, pekan lalu di tingkat penggilingan padi masih Rp 8.050 per kilogram (kg), kini kembali meningkat menjadi Rp 8.600 per kg. Adapun beras premium, naik dari Rp 10.382 per kg menjadi Rp 10.500 per kg.
Pantauan Kompas di sejumlah penggilingan padi (ricemill) di sejumlah desa di Kecamatan Demak Kota, Gajah, dan Dempet, Kabupaten Demak, Kamis (19/4/2018), hampir 70 persen penggilingan padi kelas kecil, banyak yang tutup. Pada kondisi normal, mereka rata-rata mampu memproduksi beras berkisar 10 ton-20 ton per hari.
Mereka berhenti beroperasi, karena kesulitan mendapatkan gabah untuk diolah menjadi beras. Mustofa (53), pekerja di penggilingan padi di Desa Banjarsari, Kecamatan Gajah, mengatakan, sulit sekali mendapatkan gabah kering panen. Daerah yang panen hanya di Pekalongan dan Tuban, Jawa Timur.
"Selain itu, jika pun ada yang panen, harganya tinggi. Harga gabah kering dengan mesin Harvester (pemanen mekanis) paling murah Rp 5.800 per kg. Kalau dipaksakan, kami rugi besar,” ujar Mustofa.
Dia mengaku, sejak harga gabah naik tiga pekan terakhir, penggilingan padinya tutup. Dia tidak sendirian. Di sepanjang jalan Gajah-Dempet, dari sekitar tujuh penggilingan padi, hanya dua yang masih beroperasi.
Petani yang juga pedagang beras asal Kedondong, Demak, Kustono (57) menuturkan, harga beras kini sulit ditebak. Hal ini menyulitkan pemilik gabah untuk menjualnya. Mudah sekali terjadi fluktuasi harga di pasaran.
Setiap hari, selalu terjadi perubahan harga. Naik-turun dengan selisih antara Rp 50 per kg dan Rp 500 per kg. “Sebagai pedagang, saya juga rugi. Satu ton beras bisa rugi sampai Rp 2 juta. Itu terjadi karena pedagang sudah telanjur membeli beras dengan harga tinggi, tapi ternyata begitu mau dijual, harganya mendadak jadi lebih murah,” keluh Kustono.
Dampak mekanisasi
Bahkan, isu mengenai akan dikeluarkannya kebijakan baru dari pemerintah untuk menurunkan harga beras medium menjelang Ramadan, justru memicu kenaikan harga beras awal pekan ini. Sesuai ketetapan pemerintah, harga beras medium yang awalnya Rp 8.700 per kg, turun menjadi Rp 8.030 per kg ternyata tidak diikuti oleh pasar.
Harga beras medium di pasaran justru terus di atas Rp 9.400 per kg. Memasuki akhir Maret, harga beras baru anjlok menjadi sekitar Rp 8.000 per kilogram.
Pengurus Dewan Pakar Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pedagang Beras (Perpadi) Provinsi Jawa Tengah, Damin Hartono mengemukakan, kabar pemerintah hendak mengeluaran kebijakan harga beras sekitar Rp 7.300 per kg menjelang Ramadhan telah direspons para pedagang kecil maupun besar.
Menurut Damin, rencana pemerintah yang hendak menekan harga beras medium menjadi di bawah Rp 8.000 per kg, akan sulit diterapkan jika harga gabah di tingkat petani masih di atas Rp 5.000 per kg. Tingginya harga gabah kering panen, di antaranya akibat penerapan teknologi mekanisasi pertanian padi yang gencar diterapkan di sejumlah sentra padi di Jawa.
Dia mencontohkan, gabah hasil panen dengan mesin Harvester, dijual di tingkat petani paling murah Rp 4.600 per kg hingga Rp 5.800 per kg. Adapun gabah yang diproses dengan mesin perontok padi (thresher) sekitar Rp 4.200 per kg-Rp 4.300 per kg.