CIREBON, KOMPAS — Tim Merpati Bali akhirnya harus menyerah kalah kepada Surabaya Fever pada pertarungan penentuan jawara Piala Srikandi 2018 setelah pada babak final play off yang berlangsung di GMC Arena, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (21/4/2018), Merpati Bali menyerah 47-61.
”Ini merupakan pertemuan kedelapan kalinya setelah saya tangani Merpati Bali. Sejak pertemuan di Piala Flying Wheel Makassar tahun lalu, kami tidak pernah menang,” kata Bambang Asdianto Pribadi, Pelatih Merpati Bali yang juga asisten pelatih tim nasional di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, sebelum pertandingan.
Yang pasti, ujar Dora Livita, power forward yang diturunkan Bambang selama 21 menit 23 detik, dirinya tetap puas dengan penampilan teman-temannya sekalipun harus kalah.
”Sekalipun kami kalah, yang pasti kami bukan badut-badut mereka. Sebab, kami ini tim binaan dari bawah. Bukan pemain-pemain yang sudah jadi. Kami terus berkembang. Mungkin dua tahun ke depan kami sudah lebih baik lagi,” tutur Dora dengan mata berkaca-kaca.
Dora, yang mempersembahkan medali emas untuk tim DKI di Pekan Olahraga Mahasiwa Nasional (POMNas) 2017 di Makassar, merupakan pemain yang selalu mengangkat moral teman-temannya ketika tertinggal atau bahkan harus menyerah kalah.
Pernah kalah juga
Sebenarnya Surabaya Fever sudah menurunkan pemain dengan tinggi badan rata-rata hampir sama dengan pemain yang menjadi starter Merpati Bali.
”Kami bukan menganggap enteng, tetapi hal itu saya lakukan karena setiap kali menghadapi mereka (Merpati Bali), pasti mereka sudah mengantisipasi untuk menghadapi pemain tinggi kami,” ucap Wellyanto Pribadi, pelatih yang sudah bolak-balik membawa Surabaya Fever menjadi jawara liga bola basket putri Indonesia.
Surabaya Fever memang menjadi satu-satunya tim putri terkuat di Indonesia saat ini walau mereka pernah frustrasi ketika harus menyerah kalah kepada Tomang Sakti Jakarta pada musim 2013 dan 2014.
Pada saat itu, liga bola basket nasional digulirkan oleh DBL Indonesia yang meletakkan standar tertinggi untuk pelaksanaan liga basket profesional, dengan menggunakan nama Women National Basket Ball League (WNBL) untuk putri dan National Basket Ball League (NBL) untuk putra.
Tomang Sakti Jakarta kemudian dibeli oleh Deddy Setiawan, lalu diubah namanya menjadi Merpati Bali.
Sebelum kalah dari Tomang Sakti Jakarta pada 2013 dan setelah 2014 hingga saat ini, Surabaya Fever tidak terkalahkan oleh tim mana pun.
Tentu bukan kedigdayaan Surabaya Fever yang menjadi daya tarik bagi pemain putri yang ingin berkarier di pentas bola basket nasional. Sebab, menurut Natasha Debby Christaline, salah satu shooting guard tim nasional yang akhirnya memutuskan pindah dari Sahabat Semarang ke Surabaya Fever, bukan masalah iming-iming fasilitas.
”Di Fever pun saya harus berjuang untuk dapat bermain baik agar dapat tempat di setiap pertandingan Fever. Jadi usahanya tetap sama. Apalagi untuk tetap bisa dipercaya bermain di tim nasional. Ya, saya harus tetap berlatih keras,” tuturnya seusai pertandingan.
Pada pertarungan ini, Debby menjadi pencetak poin tertinggi setelah membuat 15 poin, 6 rebound, dan 3 asis. Diikuti Gabriel Sophia, center tim nasional Indonesia yang membuat double-double seusai mencetak 14 rebound, 12 poin, dan 2 steal.
Memang, dengan tujuh pemain nasional yang dimilikinya membuat Surabaya Fever menjadi tim yang tidak terhalangi sepanjang tiga seri dan babak play off Piala Srikandi musim ini yang diikuti delapan tim.
Posisi ketiga Piala Srikandi tahun ini ditempati Tenaga Baru Pontianak yang mengalahkan Merah-Putih Samator Jakarta dengan skor 55-45.
Posisi kelima ditempati Sahabat Semarang seusai mengalahkan Tanago Fiesian Jakarta lewat babak tambahan, 75-68. Setelah kuarter keempat usai, kedudukan masih imbang 63-63.
Sementara itu, tuan rumah GMC Cirebon yang menjadi pendatang baru harus puas sebagai juru kunci setelah menyerah 40-49 kepada Flying Wheel Makassar.
Musim berikutnya, menurut Deddy Setiawan yang juga Koordinator Piala Srikandi, akan diawali dengan laga pramusim. Menurut rencana, akan digelar awal Agustus mendatang di Denpasar, Bali.