SEOUL, JUMAT — Menjelang pertemuan bilateral Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, pekan depan, hubungan Korea Selatan dan Korea Utara semakin mesra. Kini, pemimpin kedua negara bisa berkomunikasi intensif setelah jaringan telepon langsung (hotline) terpasang. Kualitas jaringannya pun dilaporkan sangat baik.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan dan Komite Urusan Negara Korea Utara, Jumat (20/4/2018), menguji coba sambungan langsung itu selama 4 menit dan 19 detik. ”Kita seperti bertelepon dengan tetangga sebelah rumah saja,” kata Direktur Pusat Kendali Pemerintahan Youn Kun-young.
Dengan sambungan langsung itu, lanjut Youn, Moon tinggal angkat telepon di ruang kerjanya jika sewaktu-waktu perlu berbicara dengan Jong Un. Moon tidak perlu lagi menghubungi Jong Un melalui hotline yang ada di Kawasan Keamanan Bersama di wilayah perbatasan Korsel-Korut di Desa Panmunjom.
Rencana pemasangan hotline ini awalnya diungkapkan Penasihat Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong setelah bertemu dengan Jong Un di Pyongyang, bulan lalu.
Korsel dan Korut secara teknis masih dalam kondisi perang karena Perang Korea (1950-1953) berakhir hanya dengan kesepakatan gencatan senjata dan bukan perjanjian perdamaian. Namun, hubungan keduanya membaik sejak Korut berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin di Korsel, Februari lalu. Seiring dengan itu, perang mulut antara Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga mereda. Bahkan, mereka berencana akan bertemu akhir Mei atau awal Juni ini dengan topik pembicaraan perlucutan nuklir Korut.
Ide membuka hotline Korsel-Korut dimulai sejak Juni 2000 ketika Presiden Korsel Kim Dae-jung dan Pemimpin Korut Kim Jong Il, ayah Jong Un, bertemu dalam pertemuan bilateral pertama. Pada waktu itu, bentuknya menyediakan akses telepon, faksimile, dan layar dengan koneksi internet agar bisa berbicara melalui video.
Penggagas kebijakan Sinar Matahari, yang berupaya mendekatkan Korsel-Korut kembali, Lim Dong-won, dalam memoarnya tahun 2007, menyebutkan pentingnya hotline dalam penyelesaian persoalan-persoalan yang sensitif. Jalur komunikasi itu juga pernah digunakan Presiden Korsel Roh Moo-hyun. Namun, ketika situasi kawasan tegang akibat Korut gencar mengembangkan program persenjataan, tidak ada komunikasi apa pun selama dua tahun. Jalur ini kembali aktif Januari lalu.
Pada masa-masa tanpa komunikasi langsung itu, pihak Korsel terkadang menggunakan cara-cara tradisional untuk berkirim pesan ke Korut. ”Pengaktifan kembali hotline ini bersejarah,” kata Youn.
Perkembangan positif KorselKorut ini membuat Korsel semakin yakin perdamaian bisa terwujud. Korsel disebutkan akan mengupayakan isu ini saat bertemu Korut. Namun, sampai saat ini belum diketahui rencana pembicaraan atau tanggapan Korut tentang pertemuan tersebut.
”Korut sudah menunjukkan keinginan untuk melucuti nuklir sepenuhnya dan tidak menuntut penarikan pasukan AS dari Korsel. Mereka hanya membicarakan jaminan keamanan mereka sendiri. Masih terlalu dini untuk membicarakan hasil pertemuan akan seperti apa. Masih belum jelas,” kata Moon.
Kantor berita Korut, KCNA, menyebutkan satu-satunya pernyataan dari Korut mengenai pertemuan bilateral Korut malah terkait pertemuan Korut dan AS. Jong Un, pekan lalu, sempat membahas prospek dialog Korut-AS.
Komite Pusat Partai Pekerja, partai yang berkuasa di Korut, telah mengadakan pertemuan untuk membicarakan ”babak
baru” dari apa yang mereka sebut ”periode penting dan bersejarah pengembangan revolusi Korea”. Namun, KCNA menyebutkan, dalam pertemuan tersebut diyakini tidak akan ada perubahan kebijakan rezim Korut. (AFP/REUTERS/LUK)