Ramai Swafoto di Gang Tiga Dimensi
Ada yang berbeda ketika memasuki Gang Husada RT 006 RW 006, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Tidak seperti gang perumahaan pada umumnya, di Gang Husada terdapat gunung, lembah, dan sungai.
Tidak hanya itu, banyak warga yang berfoto dan berswafoto atau selfie di sana. Oh gunung, lembah, dan sungai itu bukan sebenarnya, tetapi lukisan di jalan dan tembok. Selamat datang di gang tiga dimensi Gang Husada!
Jumat (20/4/2018) siang, matahari sedang terik-teriknya, tetapi Diah (32) dan 3 temannya asyik memperagakan berbagai pose dengan latar lukisan pemandangan alam tiga dimensi itu. Diah berpose sedang berjalan dengan hati-hati di atas kayu yang seakan-akan berada di atas jurang di antara dua gunung.
Ibu dua anak itu berganti-gantian dengan temannya saling memotret dengan kamera ponsel miliknya. Sesekali mereka meminta tolong pemuda yang berjaga untuk memotret mereka.
”Nanti foto saya unggah di Instagram dan Facebook. Biar eksis. Kan lagi viral,” ujar Diah dan teman-temannya seraya terbahak.
Ia bercerita, seusai mengantar anaknya ke sekolah, Diah yang tinggal di Depok, Jawa Barat, sengaja datang ke Gang Husada. Dia rela bepergian sekitar 20 kilometer selama lebih dari 1 jam mengendarai mobil demi berfoto di gang itu.
”Lukisannya bagus-bagus. Jadi penasaran dan pengin ke sini,” ujar Diah.
Di siang yang terik itu, Diah dan teman-temannya tidak sendiri. Jalan sepanjang 75 meter dengan lebar sekitar 6 meter itu dipenuhi remaja dan dewasa, baik laki-laki maupun perempuan sedang asyik berpose dan berfoto.
Pemuda warga sekitar juga menyediakan bangku agar warga bisa mengambil foto dari sudut atas. Mereka juga bersedia dimintai tolong untuk mengambil gambar, bahkan memberikan saran posisi dan pose paling cocok agar mendapatkan hasil foto terbaik.
Meski berseliweran di tengah jalan, pengunjung tidak perlu khawatir mengganggu arus lalu lintas atau terserempet kendaraan bermotor. Sebab, gang perumahan dan bukan jalan umum itu sengaja ditutup agar pengunjung bisa leluasa berfoto.
Namun, akses kendaraan bermotor tetap diperbolehkan bagi warga penghuni yang rumahnya berada persis di depan gang itu. Pengendara lainnya juga tetap bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan jalan berputar yang hanya berjarak 20 meter dari Jalan Husada, yang tersambung dengan ujung gang tiga dimensi.
Ketua RW 006 Kelurahan Pamulang Barat Mu’min Saputra menjelaskan, dalam sehari, ada sekitar 200 orang yang berkunjung ke gang itu. Pada akhir pekan, jumlahnya bahkan bisa dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
”Beberapa waktu lalu ada serombongan ibu dari Bali menggunakan bus ke mari untuk foto-foto,” ujar Mu’min.
Demi menyambut membeludaknya pengunjung, pihaknya menyiapkan lapangan badminton untuk lapangan parkir motor dan lapangan sepak bola untuk parkir mobil dan bus. Lokasi lapangan-lapangan itu hanya berjarak sekitar 20 meter dari Gang Husada.
Berbagai manfaat
Mu’min menjelaskan, ide untuk membuat gang tiga dimensi itu berasal dari warga. Pada saat bersamaan, Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga sedang membuat program Gang Cantik di permukiman warga. Syaratnya, gang itu memiliki jalan dan tembok yang siap dihias.
”Ada keinginan bersama untuk memperindah lingkungan tempat tinggal,” ujar Mu’min.
Pihaknya kemudian menghubungi Madropi, seniman lokal yang juga tinggal di Pamulang, agar membantu menghias gang itu.
”Gang cantik itu harus dihias dengan lukisan alam karena Pamulang identik dengan danau atau situ. Pamulang juga punya latar pegunungan di Bogor. Itu sekilas ide saya,” ujar Madropi.
Untuk bisa menghasilkan lukisan tiga dimensi itu, dia menggunakan teknik penggunaan kamera ponsel.
”Tekniknya dengan bantuan ponsel. Kami bisa lihat obyek yang proporsional sebab lukisan tiga dimensi tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Kalau tidak pas, akan kami perbaiki,” ujar Madropi.
Pengerjaan lukisan itu memakan biaya total Rp 20 juta-Rp 23 juta, Rp 12 juta disumbangkan oleh APBD Kota Tangsel dan sisanya sumbangan swadaya masyarakat dan berbagai pihak.
Akhirnya setelah dikerjakan selama 2 minggu oleh Madropi dan asistennya, lukisan tiga dimensi di Gang Husada itu rampung pada 27 Maret.
Warga pun menyambut antusias gang tiga dimensi itu lalu berfoto dan mengunggahnya di sosial media. Tak butuh waktu lama, gang tiga dimensi itu pun menjadi viral dan kini ramai dikunjungi orang.
Mu’min mengatakan, tidak sekedar memperindah, kehadiran gang tiga dimensi ini juga mendorong perekonomian warga. Meski tidak dipungut biaya sepeser pun, warga menaruh ember dengan harapan pengunjung bisa memberikan donasi untuk perawatan.
”Uangnya sebagian juga untuk uang kas pemberdayaan warga, sebagian lagi untuk perawatan,” ujar Mu’min.
Tidak hanya menambah pundi-pundi kas RT dan RW, kehadiran gang itu juga menambah pundi-pundi warga setempat. Di sekitar lapangan parkir, warga berjualan minuman dan makanan ringan, seperti siomay dan gorengan.
Hari sudah mulai gelap. Matahari yang terik sempat digantikan awan gelap dan guyuran hujan. Namun, sesaat setelah hujan reda, pengunjung kembali datang dan berfoto.
”Habis hujan selesai langsung ke sini, sebelum gelap,” ujar Arvi (26), pengunjung asal Pamulang yang sudah beberapa kali ke lokasi.
Agaknya ungkapan filsuf Rene Descartes, cogito ergo sum, yang berarti saya berpikir maka saya ada, sudah tidak relevan lagi. Barangkali harus diganti dengan selfito ergo sum yang berarti ”dengan berfoto eksis di media sosial, saya ada”.