Peran Perempuan Semakin Penting
BOGOR, KOMPAS — Peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang serta masih adanya ancaman kejahatan terhadap anak dan perempuan merupakan tantangan yang harus diatasi bersama. Peranan kaum perempuan kini semakin penting dalam meningkatkan kesadaran sosial untuk bersama mengatasi hal tersebut.
Peran aktif perempuan, mulai dari keluarga, lingkungan, hingga lingkup masyarakat yang lebih luas, menjadi kian dibutuhkan. Hal ini menunjukkan perempuan memiliki peran strategis dalam memajukan Bangsa Indonesia.
Ancaman peredaran narkoba terhadap anak bangsa dan perlindungan anak berkebutuhan khusus turut dibahas dalam dialog terbuka Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo bersama perempuan aktivis sosial di halaman Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/4/2018). Ibu Negara didampingi Nyonya Mufidah Jusuf Kalla, sejumlah perempuan anggota Kabinet Kerja, istri menteri Kabinet Kerja yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja, dan istri gubernur se-Indonesia. Nyonya Iriana memandu jalannya dialog interaktif itu. ”Berat sekali persoalannya, narkoba itu sangat mengerikan,” kata Iriana.
Perempuan aktivis pencegahan narkoba, Aisyah Dahlan, menyampaikan, narkoba kini makin mengancam generasi muda. Hal ini diawali dengan persentuhan anak dengan benda di sekitarnya, seperti lem, spidol, bensin, atau pembersih kamar mandi dengan kandungan zat adiktif, sehingga memicu anak terus menghirup aroma wanginya yang sebenarnya berbahaya.
Trusti Moelyono, pemimpin Yayasan Sayap Ibu, Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Banten, yang merawat dan mendidik anak berkebutuhan khusus yang telantar, mengatakan, anak-anak ini seharusnya mendapatkan perlindungan yang layak. Meski berkebutuhan khusus, anak-anak itu tetap berhak mendapatkan masa depan yang cerah.
Peringatan Hari Kartini di Istana Kepresidenan Bogor juga diisi dengan sejumlah kegiatan untuk mempromosikan produk unggulan daerah, terutama yang diproduksi perempuan. Kegiatan ini diharapkan bisa mempermudah akses perempuan perajin lokal di seluruh Indonesia langsung kepada pembeli sehingga turut meningkatkan kesejahteraan mereka dan membangun perekonomian daerah.
Di lokasi acara, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yohana Yambise mengatakan, perempuan Indonesia harus terus berjuang untuk meraih kesuksesan. Perjuangan perempuan meraih akses yang sama dengan laki-laki masih panjang. ”Saya menyerukan kepada seluruh perempuan agar perempuan Indonesia bangkit. Melihat potensi dan aset diri, dan melanjutkan perjuangan Kartini,” kata Yohana.
Dalam konteks kekinian, perjuangan perempuan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya kekerasan kepada perempuan. Angka kekerasan terhadap perempuan sejauh ini masih cukup tinggi di Indonesia.
Atasi diskriminasi
Peringatan Hari Kartini di sejumlah daerah pun berlangsung meriah. Di Cirebon, Jawa Barat, Asosiasi Perempuan Pelaut Indonesia (IFMA) mengisinya dengan meluncurkan kapal tunda (tugboat) yang diawaki 10 perempuan pelaut.
Mereka mengawaki kapal tandu berbobot 172 gros ton dari Pelabuhan Cirebon ke perairan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jabar. Pelayaran itu dipimpin Captain Vera Melinda,
”Ini sejarah. Kami sering ditolak perusahaan pelayaran. Saat melamar kerja, berkas kami hanya sampai di meja sekuriti. Tidak diberikan kesempatan wawancara. Kami ingin membuktikan, perempuan pelaut juga memiliki kemampuan dan intelektualitas tinggi,” ujar Ketua Umum IFMA Captain Suarniati.
Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPP Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia (INSA) Captain Zaenal Arifin Hasibuan mengatakan, banyak perempuan diterima belajar kemaritiman di sekolah pelayaran. Namun, mereka kerap kesulitan mencari pekerjaan sebagai pelaut setelah lulus pendidikan. ”Padahal, perempuan nyaris tidak punya kendala untuk melaut, kecuali saat hamil,” ujarnya.
Zaenal mengatakan, INSA kerap meminta pengusaha pelayaran swasta dan BUMN mendukung perempuan pelaut. Apalagi, saat ini, banyak kapal yang tidak lagi memerlukan kekuatan fisik karena sudah dioperasikan secara otomatis.
Di Bandung, Jabar, Hari Kartini diperingati beragam pihak dengan berbagai acara. Di Kota Bandung, Komunitas New Hope menggelar acara bertema ”Semangat Kartini dan Kepedulian Hari Autis Sedunia” di Gedung Indonesia Menggugat Bandung. Komunitas ini fokus pada pendampingan anak-anak berkebutuhan khusus.
Anggota panitia penyelenggara, Nunun Nurhayati, mengatakan, beragam acara digelar dalam acara ini, seperti diskusi berbagi pengalaman ibu dari anak berkebutuhan khusus serta penampilan musik dari siswa Art Therapy Center Widyatama.
”Kami berharap semangat Kartini bisa terus menginspirasi ibu dan perempuan agar selalu peduli pada anak berkebutuhan khusus. Ibu dengan anak berkebutuhan khusus juga agar selalu menggali potensi istimewa yang dimiliki buah hatinya,” katanya.
Sementara Polisi Wanita (Polwan) Satuan Lalu Lintas Polresta Tasikmalaya memperingati Hari Kartini dengan menggunakan kebaya saat bertugas. Mereka juga memberikan setangkai bunga mawar dan gantungan kunci bagi perempuan yang membayar pajak kendaraan dan membuat surat izin mengemudi (SIM).
Kepala Polresta Tasikmalaya Ajun Komisaris Besar Febry Ma’aruf mengatakan, ini momen yang tepat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat.
Di Surabaya, Jawa Timur, peringatan Hari Kartini dimeriahkan dengan perlombaan yang diikuti perempuan pegawai Pemkot Surabaya dengan mengenakan kebaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Kartini zaman now harus berprestasi dan mampu memiliki pendapatan sendiri. Namun, para perempuan harus bisa meyakinkan kepada keluarga bahwa dirinya bisa dipercaya untuk berkarier dan mengurus keluarga. ”Kepercayaan dari keluarga tersebut lalu diberikan timbal balik berupa bukti konkret,” katanya.
Peringatan Hari Kartini di Solo, Jawa Tengah, pun berlangsung meriah. Salah satu kampung yang memperingati secara unik perayaan kesetaraan hak bagi perempuan Indonesia itu adalah Pedukuhan Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari.
Acara yang digelar sederhana, tetapi meriah itu berlangsung penuh keakraban antarwarga. ”Acara ini menjadi hiburan bagi kami kaum ibu karena di tempat kerja kami belum tentu ada perayaan (Hari Kartini),” kata Kushandari, salah satu peserta lomba mendorong drum, yang bekerja di Pasar Klewer, Solo.
Lomba tersebut digelar di kampung yang dideklarasikan sebagai ”Kampung Piala Dunia”. Bendera dari 32 peserta event sepak bola kelas dunia itu dilukis di aspal jalan kampung itu dan menjadi landasan tempat kaum ibu berpacu mendorong drum.