Ribuan perempuan memadati kawasan Silang Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (22/4/2018) pagi. Mengenakan kaus berwarna putih berkombinasi merah jambu, kaum perempuan itu memadati kawasan mulai dari Monas di Jalan Medan Merdeka Barat hingga Merdeka Selatan sejak subuh.
Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Ibu Tri Tito Karnavian, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise berada di antara ribuan perempuan tersebut. Mereka juga memakai kaus sama bertuliskan ”Kartini Run 2018”.
Sejumlah istri petinggi negeri itu datang untuk membuka dan melepas peserta lomba lari bertajuk ”Kartini Run 2018” untuk memperingati Hari Kartini, 21 April 2018. Lomba lari diinisiasi Yayasan Kemala Bhayangkari, wadah para istri anggota kepolisian; Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), wadah para istri anggota kabinet; dan Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi).
Acara diikuti 7.200 peserta sejumlah daerah di Indonesia. Sebagian dari mereka anggota Bhayangkari, anggota kepolisian sejumlah daerah, dan masyarakat umum. Lomba lari yang diikutinya itu terbagi dalam tiga kategori, yakni 10 kilometer (km), 5 km, dan 2,5 km. Sekitar 100 peserta di antaranya kaum difabel yang ikut lomba 2,5 km. Di antara peserta, ada yang mengenakan pakaian adat seperti pakaian adat Papua, Dayak, Toraja, Aceh, dan lainnya.
Dalam keterangan pers, awal April lalu, Tri Tito Karnavian, selaku Ketua Pembina Yayasan Kemala Bhayangkari, menjelaskan, ”Kartini Run 2018” digelar dengan harapan dapat memotivasi masyarakat, khususnya perempuan bersemangat berolahraga, selain membangkitkan semangat juang perempuan Indonesia. Dengan slogan perempuan Indonesia hebat, penyelenggara berharap kaum perempuan Indonesia dapat menyerapi semangat dan perjuangan tokoh emansipasi perempuan tersebut.
Harapan itu tak berlebihan. Sebagian peserta yang mengikuti lomba lari itu memang ingin bersama-sama memperingati sekaligus menyelami maknanya. Esa Natasha, misalnya, mengikuti lomba lari karena ingin menguji kemampuan sekaligus berpartisipasi pada Hari Kartini. ”Saya ikut lomba karena mau cari pengalaman baru, menguji kemampuan berlari, selain mengenal Kartini lebih dalam,” kata warga Cengkareng itu.
Siswa sekolah menengah kejuruan di Jakarta Utara itu senang mengikuti lomba lari Kartini. Pasalnya, acaranya berbeda dengan umumnya Hari Kartini, yang biasanya diwarnai dengan kain kebaya. Namun, kali ini cukup dengan lomba lari.
Banyak cara memang untuk menyerapi semangat perjuangan dan emansipasi Kartini. Di halaman Istana Bogor, Jawa Barat, sehari sebelumnya, OASE KK juga menggelar dialog terbuka. Topiknya, penanganan narkoba dan upaya penanganan penyandang disabilitas. Pembicaranya, Aisyah Dahlan, pegiat perempuan pencegahan narkoba, dan Trusti Moelyono, pimpinan Yayasan Sayap Ibu Bintaro.
Selain Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan istri menteri lainnya, hadir juga istri gubernur se-Indonesia. Dalam pesannya, Ibu Negara Iriana mengingatkan pentingnya peran perempuan dan keluarga mengatasi dua persoalan tersebut.