Kala Menteri Susi Sampaikan Aspirasi Nelayan Pangandaran
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
Susi Pudjiastuti bukan orang baru di Pangandaran. Kiprahnya dimulai dengan memulai bisnis ikan di wilayah ini puluhan tahun lalu. Semangat dan kerja kerasnya membuat sektor perikanan di Pangandaran terkenal. Beberapa tahun kemudian, Susi mendirikan maskapai Susi Air dan menjadikan Pangandaran sebagai salah satu wilayah utama penerbangan Susi Air.
Kini sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi menempatkan satu proyek percontohan keramba jaring apung lepas pantai (KJA offshore) di Pangandaran, Jawa Barat, selain di Sabang, Aceh, dan Karimun Jawa, Jawa Tengah.
Dalam peresmian KJA lepas pantai di Pangandaran oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (24/4/2018), Susi tak lupa menyampaikan harapan para nelayan kepada dua menteri yang mendampingi Presiden, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
”Pak Presiden, ada permintaan karena warga sudah nodong saya sejak pagi sebelum Bapak datang, terutama disampaikan kepada Pak Menteri PUPR dan Pak Budi untuk pembangunan breakwater (pemecah ombak) dan dermaga macam ini di Parigi dan Batukaras,” ujar Susi.
Di Pangandaran, menurut dia, umumnya nelayan bukan meninggal di tengah laut, melainkan di saat akan pergi dan pulang. Sebab, saat akan melaut, mereka kerap terhantam ombak tinggi, sementara laut dangkal di muara. Oleh karena itu, nelayan berharap sungai dikeruk, demikian pula bagian muaranya. Dengan demikian, kapal bisa keluar masuk dengan mudah.
”Betul tidak? Berdiri yang setuju!” ujar Susi disambut jawaban, ”Betuulll!” dari para nelayan yang hadir.
”Ini enggak di-setting, lho, Pak. Janji nih,” kata Susi.
Disebutkan pula beberapa muara sungai yang perlu dikeruk. Ada Sungai Cikidang, Sungai Putrapinggan, serta Pelawangan Segara Anakan. Pengerukan, kata Susi, sebenarnya mudah dan murah.
”Pokoknya saya tidak mau tahu, Anda berdua tanggung jawab. Kalau enggak diselesaiin, kita ke Jakarta main ke kantor beliau, ya. Nah tuh Pak.... Boleh begitu, kan, Pak Presiden sama teman kerja. Boleh kok,” kata Susi.
Susi menambahkan, pekerjaan ini harus selesai. Pengerukan diperlukan tidak hanya oleh nelayan, tetapi juga untuk sawah-sawah di bagian yang lebih hulu. Ketika hujan, akibat endapan, sawah pun kebanjiran.
Aksi provokatif Susi pun segera ditanggapi Presiden Joko Widodo dalam sambutannya. ”Tadi Pak Menteri PU, Pak Menteri Perhubungan sudah diperintah Bu Susi untuk mengeruk sungai. Benar memang dibutuhkan? Tapi yang perintah mestinya bukan Bu Susi, yang perintah itu Presiden. Jangan-jangan Bu Susi ini pengin jadi Presiden? Atau pengin jadi wapres ini kelihatannya,” kata Presiden.
Presiden memang tak memperpanjang urusan capres-cawapres ini dan hanya memanggil beberapa perwakilan nelayan untuk menjelaskan alasan pengerukan diperlukan.
Kenyataannya, nama Susi Pudjiastuti memang selalu muncul dalam survei-survei calon wakil presiden. Dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas pada pertengahan Maret sampai 1 April 2018, nama Susi Pudjiastuti mendapatkan elektabilitas 4,8 persen jika mendampingi Joko Widodo dan 2,5 persen jika menjadi Prabowo Subianto.
Selain itu, pengikut setia Susi di media sosial bukan sedikit. Setidaknya tercatat ada 621.000 pengikut di akun Twitter Susi.
Namun, Susi seakan enggan menanggapi. Dia memilih tetap bekerja. ”Saya ini, kan, lulus SMA juga enggak. Nanti malah ditembaki banyak orang. Mending bekerja saja,” ujarnya.
Kendati tak lulus SMA, prestasi Susi melebihi banyak orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Bahasa Inggrisnya lancar. Susi pun berhasil menapaki bisnis ikan sampai membangun kerajaan bisnis ekspor hasil perikanan dan transportasi Susi Air. Namun, tentu soal pencapresan dan pemilihan cawapres, banyak hal menjadi pertimbangan.
Susi pun masih banyak pekerjaan rumah: meningkatkan kesejahteraan nelayan, memajukan perikanan Indonesia, dan menjaga kelestarian sumber daya laut Indonesia. Semangat!