Sumbangan Pelajar Indonesia di Jerman untuk Bangsa
Oleh
Luki Aulia dan Iwan Santosa
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Tujuh persoalan penting dan genting yang menjadi tantangan bagi Indonesia yakni teknik, ilmu alam, teknologi informasi, infrastruktur, logistik, industri pangan, dan ilmu kedokteran akan menjadi materi utama yang dibahas dalam konferensi ilmiah, International Conference of Integrated Intellectual Community (ICONIC) yang ketiga, 26-29 April 2018, di Hannover, Jerman.
Konferensi dua tahunan yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman kali ini merupakan konferensi yang ketiga. Dalam tradisi ICONIC, konferensi ini mengangkat beragam tantangan dan persoalan yang dihadapi Indonesia dan dunia dengan harapan hasil konferensi akan bisa menyumbangkan ide-ide sebagai solusi persoalan bangsa. Pada tahun ini, ICONIC mengangkat tema “Science and Technology for Sustainable Development”.
Editor in Chief ICONIC 2018 Risma Rizkia Nurdianti, ketika dihubungi Kompas, Rabu (25/4), mengatakan tema itu dipilih karena mengadaptasi resolusi sidang umum PBB, 25 September 2015. Dari tema itu, ada tujuh bidang yang akan dibahas yakni teknik, ilmu alam, teknologi informasi, infrastruktur, logistik, industri pangan, dan ilmu kedokteran.
Risma menambahkah konferensi ini salah satu bentuk kontribusi mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Jerman untuk Indonesia. Melalui kegiatan-kegiatan ilmiah di konferensi ini, akademisi, ilmuwan, praktisi, dan pembuat kebijakan dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman. Selain itu para peserta juga diharapkan bisa memperluas jaringan melalui acara ini.
“Dibandingkan dua konferensi sebelumnya, tahun ini lebih berkembang karena peserta bukan hanya pelajar tetapi juga akademisi termasuk dosen,” kata Risma yang mendalami bidang ilmu Animal Nutrition and Rangeland Management in the Tropics and Subtropics di University of Hohenheim, Jerman, itu.
Selain peserta, makalah-makalah yang masuk juga tidak hanya dipilih dan dipilah selama setahun oleh tim pengkaji di Jerman tetapi juga dari Italia, Perancis, Belanda, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. “Makalah-makalah yang dipilih sesuai tema yang kami tentukan dan yang bersifat unik dan konkret,” kata Risma.
Pada ICONIC 2018 akan hadir pembicara Boya Nugraha (Peneliti Rehabilitasi Sistem Kesehatan, Departemen Rehabilitasi Medis, Medical School Hannover, Jerman), Azhar Zam (Fakultas Kedokteran University of Basel), Tutuka Ariadji (Ketua Komunitas Sarjana Teknik Perminyakan), Juliana Sutanto (Departemen Ilmu Manajemen, Lancaster University), Siswo Pramono (Kepala Badan Analisis dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri RI), Toto Suharto (Managing Director di PT Robert Bosch Automotive), dan Sandhy Widyasthana (Direktur Portofolio, MDI Venture Telkom Indonesia).
Simposium
Pada tahun ini ICONIC juga menjadi tuan rumah Simposium PPI Amerika dan Eropa bertema “Securing Indonesia’s Energy Sovereignty: The Security-Economy-Sustainable Nexus. Risma menjelaskan, ICONIC lebih fokus memberikan masukan untuk Indonesia di bidang ilmu pengetahuan.
Adapun Simposium PPI Amerika dan Eropa akan memberikan masukan langsung kepada pemerintah Indonesia karena mengelaborasi ide dan mendorong gerakan pertama mengatasi tantangan Indonesia di masa depan. Simposium ini menjadi forum untuk koordinasi antarpelajar dalam perencanaan dan pelaksanaan program kerja.
“Hanya ICONIC saja yang bisa mewadahi program PPI Jerman yang dilandasi kegiatan ilmiah. Yang lain biasanya kegiatan olahraga, pentas seni, dan budaya,” kata Risma. (LUK/ONG)