JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan Gedung Menara Kompas yang berada di Jalan Palmerah Selatan Nomor 21, Jakarta Pusat. Peresmian gedung ini menandai adanya integrasi ruang redaksi antara harian Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV. Gedung ini juga penanda kiprah harian Kompas sebagai surat kabar nasional yang telah terbit selama setengah abad lebih.
Jusuf Kalla hadir pukul 11.00. Kalla meresmikan Menara Kompas setelah menghadiri acara peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia Ke-18 di Istana Wapres di Jakarta. Saat peresmian, Kalla menyampaikan pentingnya peran media massa dalam pembangunan sebuah negara.
”Obyektivitas media harus tetap dijaga. Ini juga bagian dari amanat pendiri Kompas sebelumnya,” ujar Jusuf Kalla, Kamis (26/4/2018).
Tanpa obyektivitas, media massa akan ditinggalkan pembacanya. Jika demikian, kelangsungan bisnis media ini terancam tutup. Namun, Kalla yakin dan mengenal Kompas sebagai media massa yang mengedepankan obyektivitas pemberitaan. ”Jadilah Kompas, tetap sebagai Kompas. Media yang dipercaya oleh pembacanya,” kata Kalla.
Kalla juga banyak menyampaikan pengalaman pribadinya selama bergaul dengan tim redaksi harian Kompas. Salah satunya adalah kenangannya berdiskusi mengenai ekonomi di kala Indonesia mengalami krisis ekonomi. Saat mewakili pengusaha dari Indonesia timur, Kalla kerap hadir di redaksi Kompas untuk berbagi pemikiran. Kenangan itu, menurut Kalla, sangat menyenangkan.
”Untuk hadirnya jurnalisme yang baik, kami berterima kasih kepada para narasumber, pemasang iklan, pembaca, dan pihak-pihak lain. Semua pihak inilah yang selama bertahun-tahun telah menjadi mitra Kompas. Kompas bisa ada sampai saat karena ada semua,” kata Chief Executive Officer Lilik Oetama dalam sambutannya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan gedung baru Kompas merupakan bentuk antisipasi perubahan zaman.
”Saat ini kita semua memasuki era baru di mana ada desentralisasi sumber berita. Setiap orang bisa menjadi pemimpin berita, lewat alat yang dimilikinya, setiap orang dapat menuangkan pemikirannya,” kata Anies.
Karena itu, perlu ada obyektivitas dalam pemberitaan. Pada konteks ini, menurut Anies, Kompas berkewajiban menjaga obyektivitas itu. Kompas juga memiliki tanggung jawab ekstra untuk menjaga persatuan bangsa. ”Di Indonesia bukan hanya ada union, tetapi di Indonesia ada unity,” kata Anies.
Sebagai Gubernur, Anies juga meminta agar pengelolaan gedung ini sebagai contoh baik dalam pengelolaan air dan sampah. Aturan pengelolaan yang ramah lingkungan harus ditaati dengan baik. ”Saya berharap jika ada yang minta contoh baik soal gedung, saya ingin gedung ini disebut,” lanjut Anies.
Hadir di acara ini, presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Anak Agung Ngurah Puspayoga, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Syafrudin, budayawan, penyanyi, dan praktisi media massa.
Sebagai penanda terbitnya Kompas lima dekade lebih, gedung ini dirancang dalam bentuk abstraksi sebuah pena. Pena dipilih untuk mewakili ide itu karena dikenal sebagai alat untuk menuangkan pemikiran manusia. Gedung ini juga dibuat sebagai penanda Kompas Gramedia memasuki era digital. Karena itu, kulit terluar bangunan ini terbuat dari bahan metalik aluminium dengan pola digital acak.
Gedung persegi delapan atau oktagon ini terdiri atas 24 lantai. Adapun lantai terbawah berupa gunungan rumput yang menyimbolkan bumi Nusantara. Meskipun 24 lantai, secara komersial di gedung ini penamaan lantai 29, lantai 4, 13, 14, 22, dan lantai 24 ditiadakan.