JAKARTA, KOMPAS -- Kebutuhan habitat baru bagi badak jawa sudah sangat mendesak. Fauna langka yang tersisa 67 ekor ini hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon dengan ancaman perkawinan sedarah, penularan penyakit ternak, dan rasio jenis kelamin yang tak ideal.
Pilihan lokasi saat ini mengerucut pada Cagar Alam Cikepuh di Sukabumi, Jawa Barat. Di situ tak ditemukan pesaing badak jawa dan terdapat banyak tanaman pakan bagi badak jawa.
“Kajian masih terus kami intensifkan. Secara fisik seharusnya tidak ada masalah (di Cikepuh),” kata Herry Subagiadi, Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (26/4/2018) di Jakarta.
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan hewan soliter yang diperkirakan menghuni daratan pegunungan bagian selatan Jawa. Namun tekanan lahan dan perburuan di masa lalu membuat keberadaannya hanya tersisa di Ujung Kulon.
Ancaman perkawinan sedarah
Mamat Rahmat, Kepala Balai TN Ujung Kulon, menambahkan, ancaman perkawinan sedarah bisa terjadi karena keterbatasan luas habitat. Ia mengatakan perkawinan sedarah ini sedang diantisipasi dalam riset balai bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Eijkman Institute.
“Konservasi eksitu sangat diperlukan untuk breeding stock (persediaan makanan),” kata dia.
Tim kesehatan yang diterjunkan secara rutin di Ujung Kulon menemukan kandungan penyakit berbahaya pada kotoran kerbau. Hal ini berbahaya karena masyarakat setempat melepas kerbau peliharaan ke alam.
Di dalam hutan itu, kerbau menggunakan kubangan sama dengan badak jawa. “Ditemukan anthraks pada kotoran kerbau. Tapi masih negatif pada kotoran badak,” kata Mamat.
Tantangan lain, yaitu rasio jenis kelamin pada badak jawa yang tidak ideal. Dari 67 individu – masih termasuk pejantan bernama Samson yang ditemukan mati Senin kemarin – terdiri 24 betina, 30 pejantan, dan 13 anak (7 pejantan dan 6 betina). Jumlah ini ditambah 2 anak badak (anak indukan bernama Puri dan Dewi) yang terekam kamera tersembunyi pada Februari 2018 dan masih belum diketahui jenis kelaminnya.
Idealnya, kata dia, rasio jenis kelamin badak 1 pejantan untuk 4 betina. Saat betina matang telur dan siap kawin dengan cara mengeluarkan feromon, terjadi persaingan antarpejantan yang bisa berakibat infeksi hingga kematian.