IDI, KOMPAS Gubernur Aceh, Panglima Kodam Iskandar Muda, Kepala Kepolisian Daerah Aceh, dan Wakil Bupati Aceh Timur meminta warga menghentikan pengeboran sumur minyak ilegal di Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. Proses hukum kasus ini akan dituntaskan, termasuk menindak tegas jika ada aparat terlibat.
Pernyataan itu ditegaskan para pemimpin daerah di Aceh secara terpisah setelah ledakan sumur minyak ilegal di Desa Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Rabu dini hari.
Hingga Kamis (26/4/2918), sebanyak 22 orang tewas dan 37 warga terluka parah karena tersambar api yang menyembur dari lubang pengeboran. Jumlah korban tewas meningkat dari sehari sebelumnya 18 orang. Beberapa korban yang sebelumnya terluka parah meninggal saat dalam perawatan di rumah sakit.
Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen Teuku Abdul Hafil Fuddin saat memantau lokasi kebakaran, Kamis, menyatakan, peristiwa itu menunjukkan selama ini ada pembiaran terhadap aktivitas penambangan minyak ilegal. ”Kalau ini terus dibiarkan, akan makin mencelakakan rakyat,” katanya.
Pangdam berharap kasus kebakaran sumur minyak itu diusut tuntas. Bahkan, dia akan menindak tegas jika ada anggota TNI terlibat dalam kasus ini. ”Kasus ini harus diinvestigasi. Saya dan Kapolda sepakat menyelesaikan kasus ini. Siapa pun yang terlibat harus ditindak supaya memberikan efek jera bagi yang lain,” ujar Pangdam.
Sehari sebelumnya, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf meminta warga menghentikan pengeboran sumur minyak di Ranto Peureulak. Namun, untuk saat ini, Pemprov Aceh masih fokus menangani korban. Bantuan masa tanggap darurat telah disalurkan kepada korban.
Kapolda Aceh Inspektur Jenderal Rio Septian Djambak yang memantau lokasi kebakaran dan mengunjungi korban berjanji akan mengusut tuntas kasus ini. Hingga kemarin, tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polda Aceh masih melakukan olah tempat kejadian perkara.
Wakil Bupati Aceh Timur Syahrul bin Syamaun juga berjanji segera menutup semua sumur minyak ilegal di kawasan Rantau Peureulak. ”Kami ikuti keputusan Gubernur, Pangdam, dan Kapolda,” kata Syahrul.
Api padam
Semburan api yang terjadi sejak Rabu pukul 02.00 mencapai ketinggian hingga 75 meter. Api baru padam pada Kamis pukul 05.00. Di titik itu juga keluar air bercampur gas dengan ketinggian semburan hingga 50 meter. Pohon-pohon di sekitar lokasi hangus. Begitu juga rangka sepeda motor dan besi peralatan bor.
Hingga radius 100 meter dari titik semburan, bau gas menyengat. Warga yang tinggal di dalam radius 100 meter telah dievakuasi ke luar kawasan. Garis polisi dipasang mengelilingi lokasi kejadian. Warga tidak diizinkan masuk ke areal bekas kebakaran.
Di lokasi kejadian, sisa minyak mentah masih tergenang dan mengalir ke tempat rendah. Untuk menghindari minyak mengalir ke permukiman, petugas membuat kolam penampungan. Minyak mentah yang ditampung di kolam itu nantinya akan disedot ke mobil tangki untuk dibuang ke tempat yang aman.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek mengatakan, sementara ini sumur minyak akan dibiarkan hingga benar-benar berhenti mengeluarkan semburan. Pihaknya bersama tim ahli dari Pertamina dan Medco Energi sedang mengkaji untuk menentukan langkah yang akan diambil. Awalnya, pihaknya merencanakan pembetonan, tetapi dikhawatirkan tekanan gas akan keluar dari sumur lain di kawasan itu.
Berdasarkan pantauan Kompas, di kawasan itu terdapat 20-an sumur minyak. Jarak antara satu sumur dan sumur lainnya berkisar 20 meter-30 meter. Rumah warga dengan sumur hanya berjarak 20 meter. Sumursumur itu sebagian tidak beroperasi lagi. Namun, ada juga sumur yang sedang dibor. Mesin bor, rantai, dan pipa besi berserakan di lokasi.
Wakil Kepala Kepolisian Resor Aceh Timur Komisaris Apriadi mengatakan, penyelidikan terus berlanjut. Hingga saat ini baru satu orang yang diperiksa sebagai saksi. (AIN)