”Gringo”, Komedi yang Menegangkan
Harold Soyinka adalah seorang yang taat hukum dan mencintai pekerjaannya. Ia menjadi manajer biasa di Promtheus, sebuah perusahaan farmasi. Hidupnya berubah total ketika ia tahu posisinya terancam. Ia pun terpaksa melawan hukum saat menjadi Gringo di Meksiko.
Gringo merupakan sebutan bagi orang yang bukan orang Latin atau Hispanik. Kata ini berasal dari bahasa Spanyol dan kerap digunakan di wilayah Amerika Latin.
Mungkin itu alasan mengapa judul film ini Gringo. Karena salah satu pemeran utamanya, Harold Soyinka, yang diperankan oleh David Oyelowo, aktor keturunan Nigeria-Inggris yang kemudian beraksi di Meksiko.
Film ini dimulai ketika Richard Rusk (Joel Edgerton), pemilik perusahaan farmasi, sedang berselingkuh dengan Elaine Markinson (Charlize Theron) di kantornya di Chicago, Amerika Serikat.
Film ini dimulai ketika Richard Rusk (Joel Edgerton), pemilik perusahaan farmasi, sedang berselingkuh dengan Elaine Markinson (Charlize Theron) di kantornya di Chicago, Amerika Serikat.
Saat sedang asyik, tiba-tiba telepon berdering, Richard kemudian menerima telepon itu. Ternyata Harold yang menelepon, suaranya menderita bahkan ia menangis seperti bayi. Harold mengaku diculik dan penculiknya meminta uang tebusan sebesar 5 juta dollar AS.
Harold percaya Richard akan menebusnya karena mereka berdua adalah sahabat. Namun, yang terjadi selanjutnya sungguh jauh dari harapan Harold.
Layar kemudian mundur ke dua hari sebelum drama penculikan Harold. Suatu pagi Harold, Richard, dan Elaine pergi ke Meksiko untuk melihat perkembangan pabrik pil ganja milik perusahaan. Pil itu seperti pil anti-depresan yang sebenarnya merupakan bisnis utama di perusahaan Richard.
Saat akan pulang ke Chicago, Harold kabur dari hotel dan menginap di sebuah motel murah. Richard dan Elaine pun pulang tanpa Harold.
Di motel itu, Harold merencanakan penculikannya. Rencana itu dibuat karena Harold merasa posisinya di perusahaan terancam karena Richard dan Elaine berencana untuk melakukan merger dan merotasi posisi-posisi manajer.
Jika dipecat, hal itu akan membuat hubungan Harold dengan istrinya, Bonnie Soyinka (Thandie Newton), makin renggang. Apalagi mereka sedang bermasalah dengan urusan perselingkuhan dan keuangan keluarga.
Atas alasan itu semualah Harold membuat rencana bodoh tentang penculikan. Di motel tadi, ia meminta bantuan petugas motel untuk melancarkan rencananya.
Makin runyam
Untuk menyelamatkan Harold, Richard menyewa Mitch (Sharlto Copley) dan mengirimnya ke Meksiko. Mitch bertemu Harold dan berusaha membawanya pulang ke Chicago.
Takut dramanya terungkap, Harold kabur dari pantauan Mitch. Apa yang menyambutnya di depan tak terduga.
Harold benar-benar diculik oleh kartel besar Meksiko. Ia tidak tahu kalau di Meksiko, Richard memiliki banyak musuh dan saingan bisnis. Harold pun dijadikan umpan agar bisa menguras kekayaan Richard.
Petualangan Harold pun mulai menegangkan. Pertarungan demi pertarungan muncul. Namun, 20 menit sebelum film berakhir, pertaruangan yang seru baru terjadi, tidak hanya senjata-senjata otomatis, bom-bom yang menggelegar juga ada. Sayangnya pertaruangan epik ini hanya ada di akhir film.
Kehidupan kartel, bisnis narkoba, dan pembunuhan tampaknya menggambarkan suasana dan kondisi sebenarnya di Meksiko belasan atau puluhan tahun lalu. Namun, Nash Edgerton, sang sutradara, mengemasnya dalam situasi modern.
Pertama kali
Dalam sebuah wawancara ekslusif di James Corden Show, Cherlize mengatakan sangat mengagumi akting David. Pasalnya, film Gringo merupakan film komedi dengan peran lucu pertama yang diperankan David Oyelowo.
David dikenal banyak bermain film-film serius. Contohnya dalam film Selma saat ia memerankan Marthin Luther Jr. Karena film ini, David masuk dalam nominasi aktor terbaik di ajang bergengsi, seperti Satellite Award dan Golden Globe Award.
Selain Selma, film Queen of Katwe juga merupakan salah satu film terbaik David. Ia berperan sebagai Robert Katende, pelatih catur asal Afrika yang melatih ratu catur dunia, Phiona Mutesi.
Dalam dua film itu, David selalu berperan serius, berhubungan dengan politik atau misionaris. Namun, gambaran karakter David berubah total ketika memerankan Harold di film Gringo.
Akting David dalam film ini memang memukau. Harold yang polos dan lucu sangat tergambar dalam akting David. Seperti pada saat Harold hendak disuntik oleh Mitch, ia berteriak dengan menyebut needle tetapi bunyi yang keluar lebih seperti noodle. Momen ini sempat membuat penonton di CGV Cinemas Grand Indonesia tertawa pada Selasa (24/4/2018) sore.
Selain David, Nash si sutradara juga mengaku baru pertama kali membuat film drama, komedi, dan trailer menjadi satu. Nash yang dikenal sebagai aktor dan stuntman yang juga kakak kandung Joel Edgerton mencoba sesuatu yang baru.
Di film ini, aktris cantik dan seksi Charlize tidak hanya mengambil peran. Ia juga berposisi sebagai produser dalam film ini.
Film ini tampaknya menjadi percobaan yang serius untuk hal-hal baru para pemain sampai sutradara.
Plot berubah
Film ini berlangsung selama 1 jam 51 menit. Namun, sebelum film ini berakhir, beberapa penonton beranjak dari kursi bioskop dan tak kembali lagi.
Mungkin karena plot yang terus berubah dan begitu banyak genre yang dipadu dalam satu film. Antara konflik perusahaan dan bisnis, kriminal dan kartel Meksiko, drama rumah tangga, perselingkuhan hingga aksi tembak-menembak dan penculikan. Semua tersaji tanpa arah.
Nash memadukan semua hal dan mencampurnya dalam alur yang berubah-ubah. Alurnya memang maju mundur. Film ini dimulai langsung dengan masalah. Namun, film ini tetap menyisakan twist yang mengagumkan ketika ia benar-benar diculik kartel Meksiko.
Film dengan banyak plot berubah dan tak terarah akan membuat penonton banyak berpikir. Hal itu akan sulit dilakukan ketika film yang ditonton adalah film komedi. Penoton mungkin akan berharap sesuatu yang cuma lucu tetapi menegangkan tanpa harus memikirkan plot.
Fransiska Nada Permata (25), salah satu pengunjung, mengatakan, banyak cerita yang melompat-lompat. Ia menjadi bingung karena harus menghubungkan bagian-bagian film di kepalanya.
”Filmnya lucu dan menegangkan. Cuma saya jadi telat mikir karena ceritanya melompat-lompat ke mana-mana,” kata Nada.