logo Kompas.id
UtamaPlus Minus Homeschooling
Iklan

Plus Minus Homeschooling

Homeschooling kian marak dan menjadi tren di perkotaan. Meski demikian, sistem belajar secara mandiri di rumah tersebut masih menimbulkan pro kontra di masyarakat.

Oleh
MB DEWI PANCAWATI/ LITBANG KOMPAS
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/y4qbsh6kcCryrGJDqHVyBLig7ow=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F04%2F20180428art1-1.jpg
KOMPAS/LASTI KURNIA

Daun yang dikeringkan dan disimpan di media kertas adalah kegiatan praktik membuat herbarium (koleksi tumbuhan yang diawetkan) oleh anak-anak sekolah mandiri (homeschooling) di Selapa Learning Centre, Jakarta, Rabu (25/4/2007). Praktik belajar langsung dengan media alam semacam ini kerap lebih mudah diserap dan dipahami dalam proses belajar.

Homeschooling awalnya mulai marak dilakukan di Amerika sekitar tahun 1960-an. Metode ini lahir dari keprihatinan seorang guru bernama John Caldwell Holt. Dia mulai mengembangkan sistem pembelajaran dengan memberi kebebasan pada anak untuk mengikuti kepentingan mereka sendiri dengan berbagai macam sarana dan sumber belajar.

Di Indonesia, homeschooling muncul sekitar tahun 1996-an dan semakin berkembang pada tahun 2005. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2015 mencatat, 11.000 anak usia sekolah menempuh sistem belajar di rumah ini.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000