BANDUNG, KOMPAS — Spirit toleransi dan saling menghormati hak individu tanpa diskriminasi yang menjadi fondasi kebangsaan menjadi salah satu tema utama Karnaval Asia Afrika (Asian African Carnival) Ke-4, Sabtu (28/4/2018). Tema lain yang juga diusung adalah optimalisasi Kota Bandung sebagai kota kreatif yang diharapkan menjadi inspirasi bagi kota lain.
Karnaval bertema ”Penghormatan untuk Keberagaman” (”Respect for Diversity”) ini merupakan salah satu agenda Peringatan 63 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Karnaval dengan rute 1,2 kilometer yang diawali pawai pada pukul 13.00 itu mengambil start dari Jalan Asia Afrika. Berikutnya, pawai melintasi Jalan Cikapundung Barat, Jalan ABC, Jalan Naripan, Jalan Tamblong, dan finis di Jalan Asia Afrika.
Tercatat lebih kurang 2.000 peserta dari dalam dan luar negeri berpartisipasi dalam perhelatan ini. Peserta dari luar negeri antara lain dari Thailand, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taiwan, Vietnam, Uganda, Madagaskar, Tanzania, Tajikistan, India, dan Pakistan. Sementara dalam negeri di antaranya DKI Jakarta, Bekasi, Surabaya, Kepulauan Nias (Sumatera Utara), Yogyakarta, Tangerang (Banten), Ciamis, Karawang, Banjar, Pangandaran, Kota Bandung, dan Aceh.
Penjabat Wali Kota Bandung Muhamad Solihin mengatakan, selain mengenang peristiwa KAA 1955, karnaval itu diharapkan bisa menyegarkan ingatan akan pentingnya RI lepas dari penjajahan, menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, dan membangun kerja sama antarbangsa dalam berbagai bidang.
”Semangat kebangsaan diharapkan makin dipererat yang dibangun dengan toleransi, rasa saling menghormati hak individu tanpa diskiriminasi, serta memosisikan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan,” kata Solihin.
Sementara Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti menyatakan, kegiatan ini penting bukan hanya dalam pengembangan semangat toleransi, melainkan juga bagi Kota Bandung sebagai kota kreatif yang diharapkan akan selalu menghadirkan karya-karya kreatifnya.
Menurut Esthy, Karnaval Asia Afrika yang rutin digelar setahun sekali itu juga telah ditetapkan oleh Menteri Pariwisata sebagai salah satu kalender pariwisata dari tujuh agenda unggulan pariwisata Jabar.
”Kegiatan ini juga dapat memperkuat ikon Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja dan kuliner. Diharapkan, pada penyelenggaraan berikutnya akan lebih banyak lagi wisatawan yang hadir,” ujar Esthy.
Hiburan warga
Karnaval yang menampilkan sejumlah atraksi seni budaya itu berlangsung meriah dan menarik perhatian ribuan masyarakat yang berbondong-bondong memadati pinggir Jalan Asia Afrika. Dari Hotel Savoy Homann sampai Alun-Alun Kota Bandung.
Kunjungan turis asing ke Kota Bandung pada 2016 mencapai 173.000 orang dan pergerakan wisatawan domestik lebih kurang 4,8 juta orang. Tahun ini ditargetkan kunjungan wisatawan asing 17 juta orang dan wisatawan Nusantara 270 juta orang.
”Dengan atraksi menarik, Karnaval Asia Afrika ini diharapkan dapat mendorong pencapaian target kunjungan wisatawan tahun ini,” ujar Esthy.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari berharap karnaval ini dapat memperkuat ingatan akan peristiwa sejarah KAA 1955 dalam mengusung kerja sama antarnegara guna menciptakan perdamaiana dunia, di antaranya lewat peningkatan kerja sama ekonomi dan kebudayaan.
”Hari Minggu (29/4/2018) masih ada rangkaian kegiatan lainnya, yakni lomba lari 6,3 kilometer bertema ’Unity Run’, untuk mempererat persatuan dan kesatuan antarnegara yang tergabung dalam KAA lewat olahraga,” ujar Kenny.