KUALA LUMPUR, KOMPAS -- Keikutsertaan Indonesia dalam pameran buku internasional, termasuk di Malaysia, menjadi ajang untuk mengangkat industri penerbitan dalam negeri. Buku-buku terbitan penerbit Indonesia diminati di Malaysia, bahkan sebagian buku diterjemahkan dalam bahasa Melayu Malaysia.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Josef Ricky Persik mengungkapkan hal itu, saat memberi sambutan dalam pembukaan Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (28/4/2018). Di pesta buku terbesar di Malaysia ini, Indonesia berpartisipasi sebagai negara tamu bersama Arab Saudi.
Pembukaan pameran dihadiri ribuan pengunjung yang datang sejak pagi. Panitia setempat menargetkan pameran yang digelar sejak Jumat (27/4/2018) hingga Minggu (6/5/2018) ini dikunjungi sekitar 2 juta orang. Pameran yang diikuti 770 penerbit dari Malaysia itu berlokasi di Putra World Trade Centre.
Jumat-Sabtu, di stan Indonesia, pengunjung membeludak. Buku-buku bergenre sastra, novel, buku Islami, dan komik, diminati pengunjung. Di sejumlah stan lain milik tuan rumah, banyak buku karya penulis dari Indonesia dijual. Beberapa buku yang menarik perhatian pengunjung antara lain buku karya Sapardi Djoko Damono, Andrea Hirata, dan Habiburrahman El Shirazy.
Menurut Nung Atasana, Direktur Borobudur Agency (unit usaha Ikatan Penerbit Indonesia/Ikapi), pasar buku Indonesia di Malaysia cukup besar. Tahun lalu sekitar 200 judul buku Indonesia dipasarkan di Malaysia, sebagian di antaranya diterjemahkan dalam bahasa Melayu Malaysia.
Industri buku
Keikutsertaan Indonesia dalam ajang itu didukung antara lain Bekraf, Ikapi, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesia menampilkan 1.000 judul buku sebanyak 10.838 eksemplar. Buku-buku itu terdiri dari berbagai genre, seperti anak, sastra, komik, Islami, keterampilan, dan pengetahuan umum.
“Kami bersemangat mengembangkan industri buku dan penerbitan di Tanah Air. Karena itu, dalam sejumlah ajang pameran buku internasional, Indonesia jadi peserta," kata Josef.
Ia berharap, pameran-pameran seperti ini mendorong perkembangan industri penerbitan di Tanah Air. Hal itu merupakan salah satu bentuk promosi bagi karya penulis maupun penerbitan dari Indonesia.
Ketua Umum Ikapi Rosidayati Rozalina mengatakan, KLIBF 2018 jadi kesempatan memperkenalkan produk-produk buku dan nonbuku Indonesia. Itu antara lain, berupa penjualan produk fisik, hak cipta, peluncuran dan promosi produk, penampilan seni budaya, dan jumpa penulis.
Abdul Wahab Bin Ibrahim, Direktur Sektetariat Tetap Majlis Buku Kebangsaan Malaysia, mengatakan, pameran buku seperti ini penting untuk kelanjutan industri penerbitan di tengah maraknya buku digital.
“Ini juga pertama kali kami mengundang negara tamu untuk hadir. Malaysia memiliki pameran buku sangat unik. Kalian bisa ke sejumlah negara yang menggelar pameran buku, tapi Malaysia beda. Kami akan berusaha sebaik-baiknya untuk mempromosikan kreativitas dan karya dari negara Anda,” katanya.