KUALA LUMPUR, KOMPAS - Indonesia meraih empat penghargaan dalam ajang Anugerah Buku ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (30/4/2018). Penghargaan tahunan yang menjadi rangkaian Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) ini diberikan kepada penulis dan penerbit dengan karya-karya terbaik untuk sejumlah kategori.
Keempat buku maupun penulis Indonesia yang mendapat penghargaan adalah dua buku karya Sapardi Djoko Damono, yakni "Hujan Bulan Juni" untuk kategori Kompilasi Terbaik dan buku "Yang Fana Adalah Waktu" yang memperoleh anugerah kategori Penulisan Prolifik. Keduanya terbitan Gramedia Publishing.
Dua lainnya adalah buku "Sang Pemimpi" karya Andrea Hirata terbitan Bentang Pustaka yang memperoleh anugerah Buku Adaptasi Terbaik dan "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990" karya Pidi Baiq terbitan Dar Mizan dalam kategori Fiksi Terbaik.
H Hasan Hamzah, Ketua Yayasan Pembangunan Buku Negara, mengatakan, Anugerah Buku ASEAN ini adalah salah satu cara untuk memicu penerbit dan penulis melahirkan karya-karya terbaik. Ini juga adalah bentuk penghargaan tinggi atas karya-karya literasi terbaik di ASEAN.
Sebelum penghargaan, delegasi Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama dengan Malaysia. Perjanjian itu melibatkan Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Institut Terjemahan dan Buku Malaysia (ITBM). Dalam kerja sama ini, ITBM akan menerbitkan buku "Harimau-Harimau" karya Mochtar Lubis dan Indonesia menerbitkan buku "Anak Mat Lela Gila" karya Ishak Haji Muhammad.
Ketua Yayasan Pustaka Obor Kartini Nurdin mengatakan, kerja sama ini bukan hal baru karena merupakan yang ketujuh kalinya. Kerja sama ini diharapkan bukan sebatas penerbitan buku, tapi akan meluas ke banyak hal lain.
"Kami berharap ini memberi keuntungan bagi kedua belah pihak. Selain itu, menjadi sarana untuk lebih dekat dan akrab. Kerja sama ini bagian untuk bisa memahami bahasa dan budaya masing-masing. Harapannya, dari kerja sama buku ini, hubungan kedua negara juga akan makin erat dan meluas ke berbagai sektor," katanya.
Sementara itu, Ketua Pegawai Eksekutif ITBM M Khair Ngadiron mengatakan, hubungan di bidang penerbitan antara Indonesia dan Malaysia sudah terjalin sejak lama. Bahkan, perkembangan kesusastraan Malaysia tak lepas dari Indonesia.
"Sejak dahulu karya-karya sastra terbaik Indonesia sudah hadir di sekolah menengah di negara ini, seperti \'Salah Asuhan\' karya Abdul Muis, \'Atheis\' karya Achdiat Karta Mihardja, hingga karya Pramoedya Ananta Toer. Sejumlah antologi cerpen Indonesia dan Malaysia juga sudah terbit. Kami berharap kerja sama ini akan terus terjalin," katanya.