Gadis Cilik Pintar Ceria Itu Pergi dengan Mengenaskan
BOGOR, KOMPAS — Polres Bogor sampai Selasa (1/5/2018) petang belum memastikan dugaan pelaku pembunuh Grace Gabriela Bimusu yang berusia lima tabun. Delapan saksi sudah memberi keterangan, di luar saksi dari keluarga korban.
Jasad korban, yang semasa hidupnya dikenal sebagai anak periang dan pintar itu, ditemukan dalam kondisi mengenaskan di karung plastik transparan di rumpun pohon pisang di tengah kebun singkong, sekitar 100 meter dari rumahnya, Minggu pukul 01.50. Korban bersama orangtuanya tinggal di Blok K, RT 006 RW 011, Perumahan Bogor Asri, Cibinong, Kabupaten Bogor.
”Kami masih melakukan penyelidikan, belum bisa memberi keterangan rinci. Yang pasti, anak ini korban kekerasan. Penyebab korban meninggal masih menunggu hasil otopsi. Laporan dari anggota di lapangan, tidak ada luka terbuka di tubuh korban akibat senjata tajam,” kata Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky Pastika.
Ibu korban, Immi Nancy Elisa (35), terakhir bertemu anak keduanya itu pada Senin (30/4) pukul 09.00-pukul 10.00. Korban mengenakan kaus putih bergambar (Dewa) Khrisna cilik, rok merah jambu, dan bersandal.
”Korban minta uang untuk membeli es krim. Ibunya memberikan. Lalu setelah es krim dibeli, korban menemui ibunya lagi, menyerahkan uang kembalian. Setelah itu, korban keluar rumah lagi,” kata Ketua RT setempat Joko Bandung (34) kemarin siang.
Menurut Joko, ia baru tahu Grace hilang setelah Immi memberitahunya selepas dzuhur, satu-dua jam setelah dia mencari anaknya. Seorang warga, lanjut Joko, antara pukul 10.00 dan pukul 11.00 sempat melihat korban di jalan depan pos ronda.
”Katanya, korban seorang diri, dan dia tidak melihat siapa-siapa. Dia juga enggak begitu perhatikan sekelilingnya,” kata Joko.
Siang itu, Joko juga bertemu ayah korban, Jemi Anamias Bimusu (34), yang pulang cepat dari tempat kerja setelah mendapat laporan anaknya hilang. Joko tidak sempat berbicara dengan Jemi yang dengan motornya berkeliling mencari korban ke rumah-rumah kerabat dan teman korban.
”Ibu korban mencari-cari sejak sebelum dzuhur. Kami, warga dan petugas keamanan, mulai mencari selepas dzuhur. Cari di rumah teman-teman korban dan tempat-tempat yang kemungkinan menjadi tempat main anak-anak. Rumah kosong juga kami periksa, kali-kali korban jatuh atau terperosok dalam lubang. Namun, sampai sore tidak ditemukan,” kata Joko.
Sriyono, petugas keamanan perumahan, mengatakan, mereka juga menyusuri jalan-jalan dan menjaga pintu-pintu keluar masuk perumahan. Saat itu, yang dibayangkan warga, korban diculik dan masih hidup.
”Jadi, kami tidak memeriksa teliti kebun singkong karena untuk ke situ agak susah. Dari badan jalan mesti naik agak terjal karena tanah kebun lebih tinggi.
Rumah kosong itu juga saya periksa. Pintunya tidak terkunci. Tapi karena sudah malam dan senter saya kecil, saya tidak periksa sampai naik ke dak. Lagi pula, di depan tangga naik dihalangi toren (drum plastik untuk menampung air) yang berat. Jadi, saya pikir, anak kecil tidak akan naik karena saya juga kesulitan untuk menggesernya dari depan tangga,” kata Sriyono.
Rumah kosong itu kemarin pagi diberi garis polisi oleh anggota tim penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor. Rumah itu merupakan rumah kedua di sebelah kanan rumah korban. Di sebelah rumah kosong itu ada satu rumah lagi, yang bagian kanannya berbatasan dengan kebun singkong tempat jasad korban ditemukan di rumpun pohon pisang di tengah kebun itu.
Walaupun diberi garis polisi, seperti juga lokasi temuan jasad korban, pintu rumah itu dibiarkan terbuka lebar. Terlihat tangki plastik biru yang kemarin siang posisinya sudah di atas bagian tengah tangga. ”Enggak tahu kenapa sekarang di situ. Polisi kali yang mengesernya biar bisa meriksa dak,” katanya.
Di ruang tamunya ada gerobak untuk berdagang yang diakui Ny Kalimah (34) miliknya dan ditaruh di situ sejak setahun lalu. Ia juga mengatakan biasa menjemur pakaian di tambang jemuran di depan rumah kosong.
”Saya berdagang cendol. Sejak setahun ini tidak pakai gerobak itu lagi karena susah dorongnya. Karena enggak dipakai lagi, karena ganti pakai meja permanen di warung, gerobak saya taruh di sini,” kata Kalimah, yang rumahnya di depan rumah kosong itu.
Ia memastikan, Senin pagi itu, jalan depan rumahnya sepi. ”Padahal, biasanya ramai sekali. Banyak anak dan orang lalu lalang,” kata Ny Henny (35), tetangga Kalimah.
Henny menambahkan, ia dan warga di sini kenal baik Grace dan orangtuanya. ”Anaknya pintar dan lantang. Sudah bisa bahasa Inggris, padahal belum sekolah. Dia suka ikut bapaknya kalau ke rumah warga mungut iuran RT. Grace tuh yang teriakan, assalamualaikum. Ceria anaknya,” tutur Hanny.
Kemarin siang, orangtua dan sejumlah kerabatnya terlihat sangat terpukul atas nasib malang yang menimpa anak mereka. Menurut rencana, jasad korban akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Kupang, NTT, hari ini.
”Pihak keluarga memberi tahu, dari rumah duka akan dibawa ke gerejanya. Lalu pada malam hari keluarga akan membawa pulang ke kampung halaman di Kupang untuk dimakamkan di sana,” kata Joko sore kemarin.
Ia mengatakan sangat terpukul atas kematian Grace, apalagi orangtua korban aktif dalam kegiatan lingkungan. Jemi salah seorang pengurus RT.
”Dia karyawan pabrik. Minggu kemarin kami masih ngumpul-ngumpul di seketariat RT, ngobrol macam-macam sambil ngopi dan guyon. Tidak ada cerita dia lagi punya masalah atau ada musuh di pekerjaannya,” kata Joko.
Ia menambahkan, karung plastik berisi jasad korban ditemukan oleh Mulyadi yang bersama beberapa warga bertugas ronda. ”Mereka memeriksa kebun singkong dengan senter. Lihat sedikit putih-putih mengilap, lalu disorot lebih dekat. Daun pisang kering yang menutupi diangkat. Lemaslah Pak Mulyadi, ketika itu karung plastik terikat berisi jasad korban,” kata Joko.
Asep Subali (84), mantan ketua RW setempat, mengatakan, pada siang hari dan sore sudah ada warga yang memeriksa kebun singkong itu, tapi tidak melihat di situ ada karung atau sampah. ”Maghrib kali, pelaku buang korban di situ. Saya khawatir, pelakunya orang yang kami kenal. Mudah-mudahan polisi cepat menangkapnya. RW kami sejak 2014 adalah RW ramah lingkungan. Warganya guyub. Kami kaget sekali ada kejahatan keji begini,” katanya.